Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Wto (The World Trade Organization) Dalam Membangun Kerjasama Perdagangan Internasional

Pada peluang kali kita akan mengulas salah satu topik yang berkaitan dengan perdagangan internasional (international trade), yakni menyangkut tata kelola dan kesepakatan bersama dalam transaksi produk dan/atau jasa antar negara.

Pada peluang kali kita akan mengulas salah satu topik yang berkaitan dengan perdagangan Peran WTO (the World Trade Organization) dalam Membangun Kerjasama Perdagangan Internasional
Dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan terkena perdagangan internasional semoga berjalan dengan terbuka dan adil, maka dibutuhkan satu institusi yang mempunyai fungsi sebagai jembatan untuk memperlancar perdagangan antar negara.

Oleh lantaran itu, pada 1947 dibentuklah entitas yang kiprah utamanya mengatur perdagangan antar negara melalui perjanjian kerjasama (mutual agreement), yang antara lain berupa pengurangan tarif dan kendala perdagangan (tariffs and trade barriers). Institusi ini dikenal dengan nama the General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), yang ialah cikal bakal the World Trade Organization (WTO).



Sebenarnya model forum kerjasama ini sudah digagas dalam pertemuan di Bretton Woods pada pertengahan 1944. Namun demikian, pembahasan tersebut tidak segera diikuti dengan realisasi, dan gres dilaksanakan beberapa tahun kemudian setelah terbentuknya the International Monetary Fund (IMF) dan the World Bank.

Dalam situs resminya, WTO menyatakan diri sebagai satu-satunya organisasi internasional yang kiprah utamanya berkaitan eksklusif dengan hukum perdagangan antar negara. Manifestasi hukum perdagangan itu termaktub dalam kesepakatan bersama yang disebut dengan WTO Agreements (www.wto.org).

Kerjasama antar negara dalam koridor WTO berkembang pesat dari tahun ke tahun. Apabila pada pertama berdirinya (saat masih memakai nama GATT) spesialuntuk beranggotakan 23 negara, maka pada 2003 terdapat 146 negara yang bergabung dalam forum ini. Data terakhir dari www.wto.org mencatat bahwa pada tamat Nopember 2015, the World Trade Organization sudah beranggotakan 162 negara.

Dalam perjalanannya selama lebih dari empat dekade, GATT sudah berhasil mengurangi banyak sekali tarif dan kendala perdagangan internasional (international trade-barriers). Walaupun demikian, GATT juga mengalami banyak sekali duduk kasus dalam kebijakan-kebijakannya, terutama menyangkut hukum atas subsidi ekspor dan kesepakatan ihwal foreign direct investment (FDI).

Selain itu, pada periode-periode pertama tersebut ada beberapa jenis komoditi, khususnya produk agrikultur dan tekstil, yang dikecualikan dari kesepakatan perdagangan. Unsur komoditi ini menjadi begitu penting, lantaran dari keseluruhan negara anggota WTO, terdapat lebih dari dua pertiga diantaranya berasal dari negara berkembang dengan sektor komoditi sebagai faktor pencetus utama perekonomian.

Masalah lain yakni terkena transaksi jasa yang belum dikelola dengan baik, padahal perkembangan transaksi jasa tidak kalah pesat jikalau dibandingkan dengan transaksi barang.

Kemudian yang tidak kalah penting yakni ihwal duduk kasus hak atas kekayaan intelektual (intellectual-property right), mengingat semakin menjamurnya barang-barang tiruan/tiruan di pamasukan. Apabila tidak terselesaikan dengan baik, tentunya hal ini akan merugikan pemilik sah atas hak tersebut (Crowley, M. An Introduction to the WTO and GATT, 2003).

Dalam perkembangannya kemudian, pada 1994 terjadi kesepakatan untuk memperluas cakupan kerjasama GATT dengan memasukkan kerjasama dibidang pinjaman atas hak cipta dan jasa terkait. Selain itu, untuk lebih menguatkan institusi, maka nama the General Agreement of Tariff and Trade (GATT) diubah menjadi the World Trade Organization (WTO).

WTO secara resmi bertugas semenjak 1 Januari 1995 menurut persetujuan Marrakech (Marrakech Agreement). Selain merumuskan kesepakatan terkena tarrif and trade barriers, WTO juga menetapkan kerangka kerjasama perdagangan serta mengatakan solusi apabila terjadi sengketa atau perdebatan terkait dengan kasus perdagangan internasional.

Selanjutnya, pada Nopember 2001 anggota-anggota WTO bertemu dan melaksanakan kesepakatan kerjasama perdagangan dalam tajuk the Doha Development Agenda (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Doha Round). Doha round ialah kelanjutan dari kesepakatan-kesepakatan yang sebelumnya sudah disetujui. melaluiataubersamaini demikian sanggup disimpulkan bahwa kerjasama diantara anggota WTO ikut berkembang menyesuaikan kebutuhan negara anggota serta perubahan jaman.

Lebih jauh, terdapat prinsip-prinsip penting yang diangkat dalam kesepakatan Doha Round, salah satu diantaranya ialah membawa misi pembangunan sebagai elemen inti sistem perdagangan internasional (international trade system).

Dalam penjabarannya, prinsip-prinsip yang menjadi dasar dalam kesepakatan Doha Round antara lain menyerupai tersebut dibawah ini:
  • adanya terusan pasar untuk komoditi dibidang agrikultur, produk industri, serta jasa. Khusus terkena komoditi agrikultur memang menjadi concern negara-negara anggota, terutama dari negara-negara berkembang (developing countries) yang perekonomiannya banyak ditunjang dari sektor agrikultur; sehingga dengan dibukanya akses, negara-negara tersebut sanggup memasarkan produk mereka ke pasar internasional.
  • adanya kesepakatan dan kebijakan anti-dumping. Sebagai informasi, dumping ialah istilah dalam perdagangan internasional yang menggambarkan suatu kondisi ketika harga sebuah produk diperlakukan secara tidak sama untuk pasar domestik dan pasar internasional. Lebih jelasnya, produk yang dijual di pasar internasional dipatok dengan harga yang lebih rendah daripada harga produk yang sama namun dijual di pasar domestik (www.wto.org). Dumping ialah salah satu trik atau seni administrasi dalam perdagangan. Dalam beberapa hal, praktik ini tidak dilarang; namun demikian untuk menghindari persaingan tidak sehat diantara pelaku pasar, praktik menyerupai ini cenderung tidak direkomendasikan. Taktik yang kurang lebih senada dengan praktik dumping yakni predatory pricing.
  • adanya unsur pembangunan. Perdagangan internasional (international trade) semestinya diletakkan dalam rangka kerjasama (mutual benefit) yang mempunyai kegunaan bagi pembangunan jangka panjang setiap negara anggota.
(European Union. The European Union and the World Trade Organization, Fact Sheet on the European Union, 2016).

Kemudian yang perlu dicatat bahwa program-program yang dilaksanakan oleh WTO juga menjadi bab integral dari target-target yang diputuskan dalam kampanye the Sustainable Development Goals (SGDs).

Sebagai penutup, WTO mengemban misi besar dalam rangka perwujudan kerjasama perdagangan internasional yang saling menguntungkan, dengan menempatkan ‘pembangunan’ sebagai inti dari kerjasama tersebut. **


ARTIKEL TERKAIT :
Sekilas ihwal the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
Melihat Sejarah Gerakan Non Blok (Non-Aligned Movement) dan Relevansinya di Dunia Modern
Sekilas ihwal the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
Sejarah Terbentuknya Blok Uni Eropa (the European Union)

Posting Komentar untuk "Peran Wto (The World Trade Organization) Dalam Membangun Kerjasama Perdagangan Internasional"