Perkembangan Industri Di Korea Selatan
Sesudah sebelumnya mengulas terkena perekonomian Korea Selatan secara umum, sekarang kita akan mengupas lebih detil ihwal perkembangan sektor perindustrian Korea Selatan yang berdasarkan banyak studi dikategorikan sebagai sebuah pencapaian yang fenomenal.
Industri di Korea Selatan secara umum berorientasi pada pasar ekspor. Konsep internasionalisasi industri ini memang menjadi visi pemerintah Korea Selatan dalam upaya mengakibatkan negara tersebut sebagai penguasa pangsa pasar di sektor perindustrian berskala global.
Salah satu upaya pemerintah Korea Selatan dalam memacu peningkatan sektor perindustrian ialah dengan memperkenalkan konsep universitas riset (research universities) beserta sentra penelitian (research center) yang secara aktif melaksanakan penelitian-penelitian. Salah satu contohnya ialah Korea Technology Transfer Center (KTTC) yang didirikan pada 2000.
Angka statistik memperlihatkan bahwa perkembangan teknologi Korea Selatan, yang ditunjang dengan strategi, transfer teknologi, dan komersialisasi teknologi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini cukup beralasan, alasannya ialah pemerintah Korea Selatan menyediakan dana dalam jumlah besar untuk investasi pada riset dan pengembangan (research and development/R&D).
Pada 2004 saja, pemerintah Korea Selatan menggelontorkan dana sebear US$ 22 miliar untuk pengembangan teknologi. Hasilnya adalah: Korea Selatan mempunyai lebih dari 300 ribu ilmuwan besar lengan berkuasa dalam sektor perindustrian. Selain itu, hasil riset-riset tersebut juga diterapkan oleh industri-industri besar Korea Selatan (Chaebol) yang beberapa diantaranya menguasai pangsa pasar dunia (Young Roak Kim. Technology Commercialization in Republic of Korea, 2001).
Menilik kebelakang, sejarah pertama perkembangan perindustrian di Korea Selatan dimulai pada kurun 1950 dan pertama-pertama 1960’an, dimana pada dikala itu industri-industri lebih terserius pada model industri manufaktur sederhana yang strateginya menjiplak model yang sudah ada di pamasukan, namun mengatakan harga yang lebih terjangkau.
Kemudian di kurun 1960 hingga pertama 1970’an, pemerintah Korea Selatan mulai membuatkan industri-industri gres yang lebih modern, yakni dengan menggarap pasar ekspor secara terbatas. Hal ini diikuti dengan reformasi kebijakan ekonomi dan perindustrian melalui instrumen fiskal dan moneter, antara lain dengan mempersembahkan subsidi pajak, menyalurkan kredit dengan suku bunga yang terjangkau, serta aturan-aturan pendukung lainnya.
Era 1970’an ditandai dengan didirikannya industri-industri berat, ibarat peralatan pertahanan dan keamanan, industri baja dan perkapalan, serta industri otomotif. Selain itu, untuk menyaingi Jepang dalam sektor perindustrian, pemerintah Korea Selatan membangun infrastruktrur yang lebih teratur dan terhubung diberbagai lini.
Pemerintah Korea Selatan juga mempersembahkan insentif pada kelompok industri besar biar bisa berkembang dengan lebih cepat. Di kurun ini mulai terlihat kemajuan-kemajuan industri besar Korea Selatan, yang dikemudian hari bertransformasi menjadi perusahaan multinasional yang diperhitungkan oleh para pesaing.
Kemudian kurun riset dan pengembangan (R&D) sendiri gres mulai muncul dipertama-pertama 1980 hingga 1990’an, dimana industri-industri terus mengalami kemajuan, dan pada risikonya berkembang menjadi menjadi raksasa-raksasa yang menguasai aneka macam lini perjuangan di pasar internasional.
Akan tetapi, terjadinya krisis moneter dipertengahan 1997 membuat kondisi perekonomian Korea Selatan terpuruk, sehingga banyak perusahaan besar menghadapi belum sempurnanya likuiditas dan risikonya mengalami kebangkrutan. Era ini ialah kurun kelabu dalam sejarah perekonomian modern, lantaran krisis tersebut bukan spesialuntuk menimpa Korea Selatan, namun juga banyak negara lain di daerah Asia, ibarat Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Sesudah melaksanakan aneka macam restrukturisasi utang dan meminta menolongan pada the International Monetary Fund (IMF), Korea Selatan bisa melaksanakan recovery kondisi perekonomian dalam negeri. Meskipun masih menyisakan banyak persoalan, terutama meningkatnya angka pengangguran, pemerintah Korea Selatan berhasil keluar dari krisis yang mendera negeri itu dalam waktu relatif singkat.
Sementara di kurun 2000’an, sektor industri Korea Selatan mengalami kebangkitan, disusul kemudian dengan keberhasilan pemerintah Korea Selatan melunasi pinjamannya pada IMF. Kemampuan Korea Selatan mengatasi krisis ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari kalangan internasional.
Hingga kini, banyak industri Korea Selatan sudah menguasai pasar global, contohnya industri peralatan elektro (televisi, lemari pendingin), industri telekomunikasi (smartphones, tablets), industri otomotif, dan industri besar lainnya. Merk-merk populer dari industri-industri tersebut tentunya dekat di indera pendengaran kita, antara lain: Samsung, LG Electronics, Hyundai, Daewoo, serta KIA.
Sebagai penutup, meskipun dalam sejarah perkembangannya, industri-industri di Korea Selatan sempat mengalami keterpurukan akhir krisis ekonomi serta menyisakan problem domestik berupa peningkatan angka pengangguran, namun patut dicatat bahwa negeri ini sudah berhasil membangun sektor perindustrian hingga bisa menjadi pemenang dalam pasar persaingan global. **
UPDATE ARTIKEL (Minggu, 13 Agustus 2017):
Pada perkembangan terkini, industri-industri di Korea Selatan menghadapi persaingan fokus dengan China. Dalam aneka macam aspek, China bisa melaksanakan inovasi-inovasi, baik dalam proses produksi maupun pada produk-produk teknologi dan industri yang dijual di pasar. melaluiataubersamaini kata lain, melalui efisiensi, China mengatakan produk-produk dengan harga yang lebih kompetitif di pasar dunia.
Seperti yang diungkapkan oleh the Korea Institute for Industrial Economics and Trade (KIET), dari beberapa industri yang ada, contohnya industri otomotif, perkapalan, besi dan baja, telekomunikasi, semikonduktor, hingga perlengkapan rumahtangga, kualitas produk-produk China bisa menyamai, bahkan lebih unggul daripada produk-produk buatan Korea Selatan; dengan harga jual yang lebih kompetitif (english.hani.co.kr. South Korea’s leading industries feeling the heat of competition from China, July 01, 2016).
Namun demikian KIET memperkirakan bahwa industri makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, serta tekstil akan sanggup bersaing dengan lebih unggul pada 2017. Selain itu teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) yang dikembangkan Korea Selatan akan menjadi revolusi mutakhir yang permintaannya semakin meningkat di pasar global.
Sebagai informasi, Artificial Intelligence mengacu pada teknologi dimana komputer digital dan/atau mesin yang dikendalikan oleh komputer bisa mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan tertentu (www.britannica.com); sedangkan Internet of Things ialah konsep dalam teknologi-komputerisasi, dimana objek-objek tertentu sanggup terkoneksi melalui internet dan berkomunikasi satu dengan yang lain (dictionary.cambridge.org).
Disisi lain, kebijakan proteksionisme yang diterapkan Amerika Serikat disinyalir akan besar lengan berkuasa negatif terhadap pertumbuhan penjualan produk-produk Korea Selatan di Amerika Serikat; hal ini terjadi lantaran harga produk impor yang masuk ke Amerika Serikat dikenai bea masuk yang lebih tinggi, sehingga akan kesusahan untuk bersaing dengan produk-produk lokal (www.businesskorea.co.kr. Industry Outlook For 2017, External Uncertainties Offset Positive Sides for S. Korean Major Industries, August 12, 2017).
Beberapa hal tersebut diatas akan menjadi tantangan bagi sektor perindustrian Korea Selatan di 2017 dan masa-masa diberikutnya. ***
ARTIKEL TERKAIT :
Menyoroti Perkembangan Industri Ritel (Retail Industry) di Era Digitalisasi
Perkembangan Teknologi dan Industrialisasi di Jepang
Perekonomian Korea Selatan: antara Data dan Realita
Mencermati Perkembangan Kekuatan Ekonomi China
Industri di Korea Selatan secara umum berorientasi pada pasar ekspor. Konsep internasionalisasi industri ini memang menjadi visi pemerintah Korea Selatan dalam upaya mengakibatkan negara tersebut sebagai penguasa pangsa pasar di sektor perindustrian berskala global.
Salah satu upaya pemerintah Korea Selatan dalam memacu peningkatan sektor perindustrian ialah dengan memperkenalkan konsep universitas riset (research universities) beserta sentra penelitian (research center) yang secara aktif melaksanakan penelitian-penelitian. Salah satu contohnya ialah Korea Technology Transfer Center (KTTC) yang didirikan pada 2000.
Angka statistik memperlihatkan bahwa perkembangan teknologi Korea Selatan, yang ditunjang dengan strategi, transfer teknologi, dan komersialisasi teknologi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini cukup beralasan, alasannya ialah pemerintah Korea Selatan menyediakan dana dalam jumlah besar untuk investasi pada riset dan pengembangan (research and development/R&D).
Pada 2004 saja, pemerintah Korea Selatan menggelontorkan dana sebear US$ 22 miliar untuk pengembangan teknologi. Hasilnya adalah: Korea Selatan mempunyai lebih dari 300 ribu ilmuwan besar lengan berkuasa dalam sektor perindustrian. Selain itu, hasil riset-riset tersebut juga diterapkan oleh industri-industri besar Korea Selatan (Chaebol) yang beberapa diantaranya menguasai pangsa pasar dunia (Young Roak Kim. Technology Commercialization in Republic of Korea, 2001).
Menilik kebelakang, sejarah pertama perkembangan perindustrian di Korea Selatan dimulai pada kurun 1950 dan pertama-pertama 1960’an, dimana pada dikala itu industri-industri lebih terserius pada model industri manufaktur sederhana yang strateginya menjiplak model yang sudah ada di pamasukan, namun mengatakan harga yang lebih terjangkau.
Kemudian di kurun 1960 hingga pertama 1970’an, pemerintah Korea Selatan mulai membuatkan industri-industri gres yang lebih modern, yakni dengan menggarap pasar ekspor secara terbatas. Hal ini diikuti dengan reformasi kebijakan ekonomi dan perindustrian melalui instrumen fiskal dan moneter, antara lain dengan mempersembahkan subsidi pajak, menyalurkan kredit dengan suku bunga yang terjangkau, serta aturan-aturan pendukung lainnya.
Era 1970’an ditandai dengan didirikannya industri-industri berat, ibarat peralatan pertahanan dan keamanan, industri baja dan perkapalan, serta industri otomotif. Selain itu, untuk menyaingi Jepang dalam sektor perindustrian, pemerintah Korea Selatan membangun infrastruktrur yang lebih teratur dan terhubung diberbagai lini.
Pemerintah Korea Selatan juga mempersembahkan insentif pada kelompok industri besar biar bisa berkembang dengan lebih cepat. Di kurun ini mulai terlihat kemajuan-kemajuan industri besar Korea Selatan, yang dikemudian hari bertransformasi menjadi perusahaan multinasional yang diperhitungkan oleh para pesaing.
Kemudian kurun riset dan pengembangan (R&D) sendiri gres mulai muncul dipertama-pertama 1980 hingga 1990’an, dimana industri-industri terus mengalami kemajuan, dan pada risikonya berkembang menjadi menjadi raksasa-raksasa yang menguasai aneka macam lini perjuangan di pasar internasional.
Akan tetapi, terjadinya krisis moneter dipertengahan 1997 membuat kondisi perekonomian Korea Selatan terpuruk, sehingga banyak perusahaan besar menghadapi belum sempurnanya likuiditas dan risikonya mengalami kebangkrutan. Era ini ialah kurun kelabu dalam sejarah perekonomian modern, lantaran krisis tersebut bukan spesialuntuk menimpa Korea Selatan, namun juga banyak negara lain di daerah Asia, ibarat Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Sesudah melaksanakan aneka macam restrukturisasi utang dan meminta menolongan pada the International Monetary Fund (IMF), Korea Selatan bisa melaksanakan recovery kondisi perekonomian dalam negeri. Meskipun masih menyisakan banyak persoalan, terutama meningkatnya angka pengangguran, pemerintah Korea Selatan berhasil keluar dari krisis yang mendera negeri itu dalam waktu relatif singkat.
Sementara di kurun 2000’an, sektor industri Korea Selatan mengalami kebangkitan, disusul kemudian dengan keberhasilan pemerintah Korea Selatan melunasi pinjamannya pada IMF. Kemampuan Korea Selatan mengatasi krisis ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari kalangan internasional.
Hingga kini, banyak industri Korea Selatan sudah menguasai pasar global, contohnya industri peralatan elektro (televisi, lemari pendingin), industri telekomunikasi (smartphones, tablets), industri otomotif, dan industri besar lainnya. Merk-merk populer dari industri-industri tersebut tentunya dekat di indera pendengaran kita, antara lain: Samsung, LG Electronics, Hyundai, Daewoo, serta KIA.
Sebagai penutup, meskipun dalam sejarah perkembangannya, industri-industri di Korea Selatan sempat mengalami keterpurukan akhir krisis ekonomi serta menyisakan problem domestik berupa peningkatan angka pengangguran, namun patut dicatat bahwa negeri ini sudah berhasil membangun sektor perindustrian hingga bisa menjadi pemenang dalam pasar persaingan global. **
UPDATE ARTIKEL (Minggu, 13 Agustus 2017):
Pada perkembangan terkini, industri-industri di Korea Selatan menghadapi persaingan fokus dengan China. Dalam aneka macam aspek, China bisa melaksanakan inovasi-inovasi, baik dalam proses produksi maupun pada produk-produk teknologi dan industri yang dijual di pasar. melaluiataubersamaini kata lain, melalui efisiensi, China mengatakan produk-produk dengan harga yang lebih kompetitif di pasar dunia.
Seperti yang diungkapkan oleh the Korea Institute for Industrial Economics and Trade (KIET), dari beberapa industri yang ada, contohnya industri otomotif, perkapalan, besi dan baja, telekomunikasi, semikonduktor, hingga perlengkapan rumahtangga, kualitas produk-produk China bisa menyamai, bahkan lebih unggul daripada produk-produk buatan Korea Selatan; dengan harga jual yang lebih kompetitif (english.hani.co.kr. South Korea’s leading industries feeling the heat of competition from China, July 01, 2016).
Namun demikian KIET memperkirakan bahwa industri makanan dan minuman, informasi dan komunikasi, serta tekstil akan sanggup bersaing dengan lebih unggul pada 2017. Selain itu teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) yang dikembangkan Korea Selatan akan menjadi revolusi mutakhir yang permintaannya semakin meningkat di pasar global.
Sebagai informasi, Artificial Intelligence mengacu pada teknologi dimana komputer digital dan/atau mesin yang dikendalikan oleh komputer bisa mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan tertentu (www.britannica.com); sedangkan Internet of Things ialah konsep dalam teknologi-komputerisasi, dimana objek-objek tertentu sanggup terkoneksi melalui internet dan berkomunikasi satu dengan yang lain (dictionary.cambridge.org).
Disisi lain, kebijakan proteksionisme yang diterapkan Amerika Serikat disinyalir akan besar lengan berkuasa negatif terhadap pertumbuhan penjualan produk-produk Korea Selatan di Amerika Serikat; hal ini terjadi lantaran harga produk impor yang masuk ke Amerika Serikat dikenai bea masuk yang lebih tinggi, sehingga akan kesusahan untuk bersaing dengan produk-produk lokal (www.businesskorea.co.kr. Industry Outlook For 2017, External Uncertainties Offset Positive Sides for S. Korean Major Industries, August 12, 2017).
Beberapa hal tersebut diatas akan menjadi tantangan bagi sektor perindustrian Korea Selatan di 2017 dan masa-masa diberikutnya. ***
ARTIKEL TERKAIT :
Menyoroti Perkembangan Industri Ritel (Retail Industry) di Era Digitalisasi
Perkembangan Teknologi dan Industrialisasi di Jepang
Perekonomian Korea Selatan: antara Data dan Realita
Mencermati Perkembangan Kekuatan Ekonomi China
Posting Komentar untuk "Perkembangan Industri Di Korea Selatan"