Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hubungan Ilmu, Teknologi, Kebudayaan, Filsafat Dan Agama



HUBUNGAN ILMU, TEKNOLOGI, KEBUDAYAAN, FILSAFAT DAN AGAMA

TIK :  Sesudah membaca serpihan ini, mahasiswa bisa mengambarkan kekerabatan ilmu, teknologi,   kebudayaan, filsafat, dan agama.
Subpokok bahasan : Hubungan ilmu dengan teknologi, kekerabatan ilmu dengan kebudayaan, kekerabatan teknologi dengan kebudayaan, patokan nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hubungan ilmu, filsafat dan agama.

X,1 HUBUNGAN ILMU, TEKNOLOGI, DAN KEBUDAYAAN
A.    Pengantar
Ilmu sebagai hasil acara insan yang mengkaji banyak sekali hal, baik diri insan itu sendiri maupun realitas di luar dirinya, sepanjang sejarah perkembangannya, hingga ketika ini selalu mengalami ketegangan dengan banyak sekali aspek lain dari kehidupan manusia. Pada dataran mudah operasional selalu diperbincangkan kembali kekerabatan timbal balik antara ilmu dan teknologi. Sering muncul polemik, terutama di Negara berkembang, manakah yang lebih penting antara menyebarkan ilmu murni dan ilmu dasar dengan menyebarkan teknologi melalui alih teknologi maupun industrialisasi ? Apabila keduanya penting, bagaimana taktik yang seharusnya dibangun untuk menyebarkan keduanya mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki rata-rata Negara berkembang ? Ada kekaburan pengertian ihwal ilmu, teknologi, maupun kebudayaan. Tersirat pula di dalamnya kekaburan pemahaman kekerabatan anta ilmu, teknologi, dan kebudayaan. Berikut ini akan dijelaskan ketiga kekerabatan tersebut.

B.     Hubungan Ilmu dan Teknologi
Mengenai teknologi ada tiga pendapat
1)      Teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu.
2)      Teknologi ialah ilmu, yang dirumuskan dengan dikaitkan aspek eksternal, yaitu industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material “ilmu” maupun aspek “murni-terapan”.
3)      Teknologi ialah “keahlian” yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Untuk lebih memperjelas identifikasi ilmu dan teknologi ada tujuh pembeda.
1)      Teknologi ialah suatu system adapatasi yang efisien untuk tujuan-tujuan yang sudah diputuskan sebelumnya. Tujuan simpulan dari teknologi yaitu untuk memecahkan masalah-masalah material manusia, atau untuk membawa perubahan-perubahan mudah yang diimpikan manusia. Sedangkan ilmu bertujuan untuk memahami dan mengambarkan fenomena fisik, biologis, psikologis, dan dunia sosial insan secara empires.
2)      Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan pikiran manusia, sedangkan teknologi memuasatkan diri pada manfaat dan tujuannya yaitu untuk menambah kapasitas kerja manusia.
3)      Tujuan ilmu yaitu memajukan pembangkitan pengetahuan, sedangkan teknologi yaitu memajukan kapasitas teknis dan membuat barang atau layanan.
4)      Perbedaan ilmu terknologi berkaitan dengan pemegang peran. Bagi ilmuan dibutuhkan untuk mencari pengetahuan murni dari jenis tertentu, sedangkan teknolog untuk tujuan tertentu. Ilmuan “mencari tahu”, “teknologi mengerjakan”.
5)      Ilmu bersifat supranasional (mengatasi batas Negara) sedangkan teknologi harus menyesesuaikan diri lingkungan tertentu.
6)      Imput teknologi majemuk jenis yaitu material alamiah, daya alamiah, keahlian, metode, alat, mesin, ilmu, dan pengetahuan sari banyak sekali macam, contohnya kebijaksanaan sehat, pengalaman,  ilham, intuisi, dan lain-lain. Adapun imput ilmu yaitu pengetahuan yang sudah tersedia.
7)      Output ilmu yaitu pengetahuan baru, sedangkan teknologi menghasilkan produk berdimensi tiga.
Dari penelusuran terhadap konsep ilmu dan teknologi dengan berbgai aspek dan nuansanya, kiranya mulai terang keterkaitan antara ilmu dan teknologi. Beberapa titik singgung antara keduanya mungkin sanggup dirumuskan :
1)      Bahwa baik ilmu maupun teknologi ialah komponen dari kebudayaan.
2)      Baik ilmu maupun teknologi mempunyai aspek ideasional maupun faktual, dimensi abnormal maupun konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis.
3)      Terdapat kekerabatan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu menyediakan materi pendukung penting bagi kemajuan teknologi, yakni teori-teori. Pada sisi lain penemuan-penemuan teknologi sangat memmenolong ekspansi cakrpertamaa penelitian ilmiah yakni dengan dikembangkannya perangkat-perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan sanggup dikatakan bahwa cukup umur ini kemajuan ilmu mengandaikan pinjaman teknologi, sebaiknya sebaiknya kemajuan teknologi mengabaikan pinjaman ilmu.
4)      Sebagai penjelasan konsep, istilah ilmu lebih sanggup dikatakan dengan konteks teknologi, sedankan istilah pengetahuan lebih sesuai dipakai dalam konteks teknis.

C.    Hubungan Ilmu dengan Kebudayaan
Ilmu ialah serpihan dari pengetahuan dan pengetahun ialah unsure dari kebudayaan. Kebudayaan disini ialah seperangkat sistem nilai, tata hidup dan masukana bagi insan dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional ialah kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan impian suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengambangan kebudayaan nasional ialah serpihan kegiatan dari suatu bangsa, baik disari atau tidak maupun ditetapkan secara eksplisit atau tidak.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada suatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dilain pihak, pengembangan ilmu akan mensugesti jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan struktur sosial dan tradisi kebudayaan, mereka saling mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu sanggup berkembangkan secara pesat, demikian sebaliknya, masyarakat tersebut tak sanggup berfungsi dengan masuk akal tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapannya.
Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunya peranan ganda.
1)      Ilmu ialah sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebbudayaan nasional.
2)      Ilmu ialah sumber nilai yang mengisi pembentukan tabiat suatu bangsa.
Pada kenyataanya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional kita tidak sanggup dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurung cukup umur ini yang populer sebagai kurun ilmu teknologi, kebudayaan kitapun tak lepas dari pengaruhya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Sayangnya yang lebih lebih banyak didominasi pengaruhnya terhadap kehidupan kita yaitu teknologi yang ialah produk dari kegiatan ilmiah. Sedangkan hakikat keilmuan itu sendiri yang ialah sumber nilai yang konstruktif bagi pengembangan kebudayaan nasional pengaruhnya sanggup dikatakan minimal sekali.
Ada pemahaman yang memisahkan ilmu dan kebudayaan baik secara konseptual maupun faktual, tidak sanggup diterima lagi. Ilmu ialah komponen penting dari kebudayaan. Bahkan kecenderungan simpulan masa ini semakin member daerah bagi dominasi ilmu dalam membuat universum-universum simbolok atau dunia kemasukakalan. Tidak perlu disangkal bahwa memang timbul segala marginalisasi unsure-unsur pengetahuan non ilmiah sebagai unsure pengetahuan yang berada diluat objektivitas.
sepertiyang tabiat yang sudah menempel pada kebudayaan insan scientism pada akhirnya sanggup reaksi paling tidak dengan munculnya reorientasi atau pengembangan orientasi gres bagi pengembangan ilmu baru. Gejala yang tampak semakin luas yaitu mulai ditinggalkannya ideologi ilmu untuk ilmu atau ilmu bebas nilai. Ideoloi yang sedemikian terang mengingkari kekerabatan dialektis antara ilmu sebagai unsur sistem kebudayaan dengan unsur sistem kebudayaan yang lain, baik itu religi, struktur sosial kepentingan politis maupun subjektifitas insan itu sendiri. Persoalan yang kemudian menuntut pemikiran bersama lebih lanjut yaitu taktik pengembangan ilmu yang sungguh-sungguh mempertimbangkan unsur-unsur sistem kebudayaan yang lain secara integral dan integratif. Kesalahan pemilihan taktik pembelajaran ilmu akan mempunyai akhir eksklusif bagi integrasi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Setiap kebudayaan mempunyai hierarki nilai yang tidak sama sebagai dasar penentuan skala prioritas. Ada sistem kebudayaan yang memilih nilai teori dengan mendudukan rasiolisme, empirisme, dan metode ilmiah sebagai dasar penentu dunia adil. Terdapat pula sistem kebudayaan yang menempatkan nilai ekonomi sebagai acua dasar dari seluruh dinamika unsur kebudayaan yang lain. Ada juga sistem kebudayaan yang meletakkan nilai positif sebagai dasar pengendali unsur-unsur kebudayaan yang lain, selain ada sistem kebudayaan yang menempatkan nilai religius, nilai estetis, nilai sosial sebagai dasar dasn orientasi seluruh kebudayaan setiap pilihan orientsi nilai dari kebudayaan akan mempunyai konsekuensi masing-masing, baik pada taraf ideasional maupun operasional.
Untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan pada pokoknya mengandung beberapa pikiran.
1)      Ilmu ialah serpihan dari kebudayaan dan oleh alasannya itu langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
2)      Ilmu ialah salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Disamping ilmu masih terdapat cara-cara lain yang sah sesuai lingkungan dan permasalahannya masing-msaing.
3)      Asumsi dasar dari tiruana kegiatan dalam menemukan kebenaran yaitu rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
4)      Pendidikan ilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.
5)      Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
6)      Kegiatan ilmiah harus bersifat otonomi yang terbatas dari tekanan struktur kekuasaan.
Pada hakikatnya tiruana unsur kebudayaan harus didiberi otonomi dalam membuat paradigma mereka sendiri. Terlalu banyak campur tangan dari luar spesialuntuk menjadikan paradigma mereka tiruana yang tidak ada gunanya. Paradigma supaya bias berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat yakni kondisi rasionalitas dan kondisi psikososial kelompok. Kondisi rasionalitas menyangkut dasar pikiran paradigma yang berkaitan dengan makna, hakikat dan relevansinya dengan keterlibatan tiruana anggota kelompok dalam menyebarkan dan melakukan paradigma tersebut.

D.    Hubungan Teknologi dan Kebudayaan
Sejak dimulai revolusi industri di Eropa, teknologi yang dihasilakan oleh masyarakat Eropa, kemudian disebarkan keseluruh dunia ternyata mempunyai diberikut :
1)      Watak irit yang pada pada dasarnya berorientasi pada efisiensi irit dengan mengutamakan kendali pada elit pendukong finansial dan elit tenaga ahli.
2)      Ditinjau dari aspek sosial teknologi barat ternyata bersifat meabadikan sifat ketergantungan. Ketergantungan ini terkait, baik dengan metode produksi maupun contoh konsumsi. Mata rantai produsen dan konsumen terputus. Artinya, produsen memilih produk lebih berorientasi pada kemajuan teknologi. Iklan-iklan banyak sekali media massa ialah “nabi-nabi” bagi pencipta kebutuhan baru.
3)      Struktur kebudayaan teknologi barat sudah melahirkan struktur kebudayaan yang:
a.       Memandang ruang geografis dengan kacamata pusat pinggiran dengan dunia barat sebagai pusatnya.
b.      Adapun kecenderungan untuk melihat waktu sebagai suatu hal yang berkaitan dengan kemajuan dan berkembang secara linier;
c.       Adanya kecenderungan untuk memahami relaitas secara terpisah, dan memahami kekerabatan antara serpihan sebagai kekerabatan mekanistis sehingga perubahan pada suatu serpihan menuntut adanya penyesesuaian pada serpihan yang lain;
d.      Kecenderungan untuk memandang insan sebagai tuan atas alam dan hak-hak yang terbatas.
melaluiataubersamaini mempertimbangkan tabiat teknologi barat yang demikian, susah kiranya untuk tidak menyebut mahir teknologi barat sebagai invasi kebudayaan barat. Globalisasi ialah bukti betapa gelombang invasi terjadi dengan dahsyatnya. Perbincangan ihwal kekerabatan antara teknologi dan kebudayaan sanggup dititip dari dua sudut pandang, yakni dari teknologi dan kebudayaan. Dari sudut pandang teknologi terbuka alternatif untuk memandang kekerabatan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positifistis atau dalam paradigma teknologi tepat. Masing-masing pilihan mengandung konsekuensi yang tidak sama terhadap komponen-komponen kebudayaan yang lain. Paradigma teknologi positifistis yang didasari oleh metafisika matearialistis terang mempunyai kekuatan dalam menguasai, menguras, dan memuaskan hasrat insan yang tak terbatas. Sedangkan paradigma teknologi sempurna lebih menuntut kearifan insan secara wajar. Dari sudut pandang kebudayaan bagaimanapun juga teknologi cukup umur ini ialah anak kandung kebudayaan barat. Hal ini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistematik terhadap teknologi harus dilihat dalam rangka komunikasi antar sistem kebudayaan. melaluiataubersamaini demikian, Negara atau masyarakat pengembang teknologi bahwa suatu inovasi teknologi gres ialah momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun dunia adil yang baru, sedangkan bagi Negara atau masyarakat konsumen teknologi, suatu konsumsi teknologi gres sanggup bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, atau bahkan invasi kebudayaan.

E.     Patokan Nilai yang Perlu DIperhatikan dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ada 4 hal pokok ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan secara manusiawi:
1.                   Penghormatan pada hak-hak asasi manusia, yang menegaskan bahwa secara positif dan secara konkrit unsur-unsur nama yang dihentikan dilanggar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat supaya masyarakat itu tetap manusiawi. Rumusan hak asasi ialah masukana hokum untuk menjamin penghormatan terhadap manusia. Individu-individu perlu dilindungi dari dampak penindasan ilmupengetahuan.
2.                   Keadilan dalam bidang sosial, politik dan ekonomi sebagai hal yang mutlak. Perkembangan teknologi sudah membawa akhir serius kekuatan ekonomi maupun kekuatan politik. Mau memanusiakan pengembangan ilmu pengetahuam dam teknologi berarti mau mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan dam bidang polotik dan ekonomi. Ini berarti pelaksanaan keadilan harus member pada setia individu peluang yang sama memakai hak-haknya.
3.                   Soal lingkungan hidup. Tak seorangpun berhak menguras tandas sumber-sumber alam dan manusiawi tanpa memperhatikan akubat-akibatnya pada seluruh masyarakat. Ekologi mengajarkan kita bahwa ada kaitan bersahabat antar benda yang satu dengan benda yang lain di alam ini. Ada kekerabatan timbale balik antara manusia, alam dan benda-benda. Ini berarti pengolahan sepihak terhadap salah satu dari tiga rtealitas tadi akan membawa akhir dan dampak pada bagian-bagian lain. Ekologi mengejar kita pula mengetasi batas-batas kritis dari dunia: energy dan sumber daya alam yang terbatas. Pertimbangan soal lingkungan menuntut perhatian pada akibat-akibat pada pencemaran alam, penyiujtasn kehidupan dimasa depan bagi bangsa manusia.
4.                   Nilai insan sebagai pribadi. Daslam dunia yang dikuasa metode, harga insan dinilai dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem manajemen kantor tertentu. Akibatnya insan dinilai bukan sebagai pribadi tetapi lebih dari sudut kegunaannya atau dilihat sejauh manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilainya sebagai pribadi menurut kekerabatan sosial, dasar kerihanian dan penghayatan hidup sebagai insan dikesampingkan. Bila pengembangan ilmu penetahuan dan teknologi mau manusiawi perhatian pada nilai insan sebagai nilai pribadi tak boleh dikalahkan oleh mesin.
Hal ini penting lantaran sistem teknokratis cenderung kearah dehumanisasi. Mengapa? Karena nilai-nilai sistem teknokrasi berdasar pada yang objek nyata. Sebagai data serta paham instrumentalisme. Teknologi ternyata mengeser nilai-nilai dasar insan sebagai dasar pribadi. Maka pengembangan teknologi yang manusiawi harus secara dasar menempatkan insan sebagai pribadi, sebagai objek yang bernilai pada dirinya. Itulah 4 hal pokok sebagai ulasan bagi jalan keluarga masalah kompleksitas pengembangan ilmu pengetahuan dasn teknologi.

X.2 HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA

A.    Tiga Institut Kebenaran
Manusia ialah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri, dan menemukan kebenaran, yaitu : ilmu, filsafat, dan agama. Ketiga cara ini mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari, menghampiri, dan menemukan kebenaran. Ketiga institut itu mempunya titik persamaan, titik kebenaran, dan titik singgung yang satu terhadap yang lain.
1.      Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan itu ialah perjuangan pemahaman insan yang disusun dalam suatu sistem terkena kenyataan, struktur, pertolongan, bagian-bagian dan hokum-hukum ihwal hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang sanggup dijangkau daya pikiran insan yag dimenolong pengindraannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
2.      Filsafat
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawaban masalah-masalah yang tidak sanggup dijawaban oleh ilmu pengetahuan biasa, lantaran masalah-masalah termaksud diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya insan dengan kebijaksanaan budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sesuatu yang-ada:
a.       Hakikat Tuhan
b.      Hakikat alam semesta; dan
c.       Hakikat manusia;
Serta perilaku insan termaksud sebagai konsekuensi dari pada faham (pemahaman)-nya tersebut.

3.      Agama
Agama (pada umumnya) ialah:
-        Satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia.
-        Suatu sistema ritus (tata peribadatan) insan terhadap yang dianggapnya.
-        Suatu sistema normal (tata kaidah) yang mengatur kekerabatan insan dengan insan dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termasuk diatas.
Ditinjau dari segi sumbernya maka agama (tata keimanan, tata keperibadatan, dan tata aturan) itu sanggup dibedakan atas dua bagian.
Pertama, agama samawi (agama langit, agama wahyu, agama profetis).
Kedua, agama budaya (agama bumi, agama filsafat, natural religion)
Agama islam adalah:
-        Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepadas segenap umat mausia; sepanjang masa dan setiap persada;
-        Satu sistem keyakinan tata ketentuan Ilahi yang mengatur segala perikehidupan dengan Tuhannya, maupun kekerabatan insan dengan alam lainnya (nabati, hewani, dan sebagainya);
-        Bertujuan keridhaan Allah, keselamatan dunia dan alam abadi serta rahmat bagi segenap alam; padas garis besarnya terdiri atas“ ‘akidah, syari’ah (yang mencakup ibadah daslam arti khas dasn mu’amalah dalam arti luas) dan akhlaq;
-        Bersumberkan kitab suci yaitu Al-Quranul karim sebagai penyempurnya wahyu-wahyu Allah sebelumnya, semenjak insan digelarka keatas persada buana ini, yang dilengkapi dan ditafsirkan oleh sunnah Rasulullah saw.

B.     Titik persamaan
      Baik ilmu, filsafat ataupun agama bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama, yaitu: kebenaran. Ilmu pengetahuan, dengan tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan metodenya sendiri, mencari kebenaran ihwal alam dan (termasuk didalamnya) manusia: filsafat, dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran, baik ihwal alam maupun ihwal insan (yang belum atau tidak daspat dijawa oleh ilmu, lantaran diluar atau diatas jangkauannya) ataupun ihwal Tuhan. Agama, dengan karakteristiknya sendiri pula, mempersembahkan jawabanan atas, segala problem asasi yang dipertanyakan manusia; baik ihwal alam maupun ihwal insan ataupun tentan Tuhan.

C.    Titik perbedaan
Baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu; ra’yu (akal, budi, rasio, nous, rede, vertand, vernunft) manusia. Sedasngkan agama bersumber pada wahyu dari Allah.
Ilmu pengetahuan, mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset), pengelaman (empiris) dasn percobaan (eksperimen) sebagai kerikil ujian. Filsafat menghampiri kebenran dengan cara mengembarakan atau mengelanakan daypikir secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal tangannya, sendiri berjulukan logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawabanan perihal) banyak sekali masalah asasi dari atau kepada Kitab Suci, kodifikasi, firman Ilahi untuk insan di atas plguat bumi ini.
Kebenaran ilmu pengetahuan yaitu kebenaran positif (berlaku hingga dengan ketika ini), kebenaran filsafat yaitu kebenaran spekulatif (dugaan yang tak sanggup dibuktikan secara empiri, riset, dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu, maupun kebenaran filsafat, kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama yaitu wahyu yang dturunkan oleh Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak dan Maha Sempurna, yaitu Allah SWT.
Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya dimulai dengan perilaku sangsi atau tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan perilaku percaya pada iman.

D.    Titik singgung
Tidak tiruana masalah yang dipertanyakan insan sanggup dijawaban secara positif oleh ilmu-pengetahuan, lantaran ilmu itu terbatas; terbatas oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh objeknya (baik objek material maupun objek formanya), oleh metodologinya. Tidak tiruana masalah yang tidak atau belum terjawaban oleh ilmu, lantas dengan sendirinya sanggup dijawaban oleh filsafat. Jawaban filsafat sifatnya spekulatif dan juga alternatif, ihwal suatu masalah asasi yang sama terdapat pelbagai jawabanan filsafat (para filsuf) sesuai dan sejalan dengan titik tolak sang mahir filsafat itu. Agama memdiberi jawabanan ihwal banyak (pelbagai) soal asasi yang sama sekali tidak dijawaban oleh ilmu, yang dipertanyakan (namun tidak terjawaban tiruana secara bulat) oleh filsafat. Akan tetapi perlu kita tegaskan disini; juga tidak tiruana problem insan terdapat jawabananya dalam agama. Adapun soal-soal insan yang tiada jawabanannya dalam agama sanggup kita sebutkan sebgai diberikut:
Pertama: soal-soal kecil, detail, yang tidak prinsipil, seperti: jalan kendaraan sebelah iri atau sebelah kanan, soal rambut panjang atau pendek, soal cek, wesel dan sebagainya.
Kedua, persoalan-persoalan yang tiada terang dan tegas tersurat dalam Al-Quran (As-sunnah), yang diserahkan kepada ijtihad (hasil daya pemikiran insan yang tiada berlawanan dengan jiwa dan semangat Al-Quran dan As-Sunnah).
Ketiga, persoalan-persoalan yang tetap ialah misteri, dikabuti diam-diam yang tiada terjangkau akal-budi dan fakuultas-fakultas rohaniah insan lainnya lantaran kebijaksanaan-Nya, tiada dilimpahkan-Nya kepada manusia; ibarat hakikat ruh, hakikat qadha dan qadar dan sebagainya.
melaluiataubersamaini kekuatan akal-budi (Ilmu dan filsafat)-Nya, manusia”naik” menghampiri dan memetik kebenran dei kebenaran yang sanggup dijangkau dengan kapasitanya sendiri yang terbatas itu. Di samping itu lantaran sifat Rahamatnya, Allah SWT berkenan “menurunkan” wahyu-Nya dari “atas” kepada umat insan di atas plguat bumi ini, supaya mereka mencapai dan menemukan kebenaran asasi dasn hakiki, yang tidak sanggup dicapai dan diketemukan spesialuntuk sekedar dengan kekuatan akal-budinya semata-mata. Allah sudah menganugrahkan kepada manusia: (1) alam, (2) daypikir dan (3) wahyu. melaluiataubersamaini akal-budinya insan sanggup lebih memahami, baik ayat Qur-aniyah (wahyu) maupun ayat Kauniyah (alam) untuk kebahagiaan mereka yang hakiki.

E.     Renungan
1)   Mustahillah terdapat perperihalan antara agama Islam pada satu pihak dengan Ilmu pengetahuan (dan filsafat) yang benar (!) pada pihak lainnya. Sebab ilmu (dan filsafat) yang benar tiada lain ialah perjuangan insan dengan kekuatan akal-budinya yang relative berhasil dalam memahami kenyataan alam; susunan alam, pertolongan alam, bagian-bagian alam dan hokum (yang berlaku bagi) alam. Al-Quran (Ayat Quraniyah) tidak lain adalah: pembukuan segenap alam semesta (Ayat kauniyah) dalamsatu Al-Kitab. Kedua ayat Allah (Ayat Quraniyah dan Ayat Kauniyah) itu saling menafsirkan.
Penafsiran yang satu terhadap yang lainnya tidak (akan) pernah kontradiksi, lantaran kedua-duanya berasal dari Allah; yang pertama sabda Allah (the words of Allah) dan yang kedua karya Allah (the works of Allah).
Perbedaan (dan bukan perperihalan) perumusan antara agama (Al-Quran) pada satu pihak dan ilmu (dan filsafat) yang benar pada pihak lainnya yaitu mungkin saja. Perbedaan formulasi antara ilmu yang satu dengan yang lainnya ihwal suatu masalah tertentu adalh lazim dalam dunia ilmu pengetahuan. Bahkan formulasi antara dua antripologi (antropologi fisik pada satu pihak dan antropologi budaya pada pihak lainnya) terkena “perbedaan antara insan dengan binatang “ umpanya, besar kemungkinan tidak sama sekali.
2)   Agama (Al-Quran) lebih banyak sanggup dihayati (difahami, diselami, dan didalami) oleh lantaran itu lebih banyak berbicara kepada insan yang diberilmu pengetahuan (dan berfilsafat) luas dan dalam.
Bagi seorang natural scientist (sarjana ilmu pengetahuan alam), Al-Quran ialah Buku (dengan B besar) ihwal alam. Bagi seorang social dan cultural scientist (sarjana ilmu pengetahuan sosial dan budaya), Al-Quran ini ialah Buku ihwal Tuhan dan Ketuhanan. Bagi seorang filsuf (ahli filsafat), Al-Quran itu ialah Buku terkena pelbagai masalah asasi yang menjadi materi perbincangan filsafat dari masa ke masa.
Agama (Al-Quran) mempersembahkan dorongan (motif), pengarahan dan tujuan kepada ilmu (dan filsafat).
Bagi mahasiswa sebagai calon seorang ilmuan maka supaya ilmu sanggup lebih aktif dan bisa serta berfungsi sebagaimana mestinya, perlu ada perjuangan untuk meningkatkan dirinya. Ada 6 hal yang perlu menerima perhatian yang yaitu:
1)      Ilmu harus bisa memahami kebudasyaan masyarakat daerah ilmu itu berkiprah, dengan demikian sanggup dihindari konflik yang tidak perlu.
2)      Harus disadari bahwa banyak cara untuk menemukan kebenaran, salah satunya ialah melalui ilmu. melaluiataubersamaini ini maka dihentikan ada anggapan seakan-akan spesialuntuk ilmu saja yang bisa menemukan kebenaran, dengan ini kemudian penerapan terhadap kebijaksanaan secara berlebihan.
3)      Menambah bobot para ilmuan dan lembaga-lembaga keilmuan. Dalam kehidupan bermasyarakat, kepribadian yang berpribadi luhur, akan menerima kepercayaan dan sekaligus mempunya bobot yang cukup meyakinkan.
4)      Mengedakan pendidikan moral pancasila, supaya para ilmuan juga mempunya kepribadian pancasila.
5)      Perlunya filsafat ilmu didiberikan sebagai mata kuliah diperguruan tinggi.
6)      Mandirinya ilmu. melaluiataubersamaini kemandirian itu, ilmu sanggup menyebarkan diri, dalam hal ini kebebasan mimbar akademik dalam batas-batas nilai pancasila harus dilaksanakan.

X.3 RANGKUMAN  
Hubungan ilmu, teknologi dan kebudayaan bekerjsama ialah realitas yang komplek. Masing-masing ialah jalinan yang rumit dan berpihak pada dua aspek realitas yang tidak sama, yaitu abnormal ideasional dan aspek konkrit operasional. Kedua aspek tersebut saling mengadaikan sehingga sudah terdapat kekerabatan antara ilmu, teknologi, dan kebudasyaan mau tidak mau meski mempertimbangkan dinamika kekerabatan antara aspek konkret dengan aspek abnormal pada ketiganya. Mengabaikan salah satu aspek spesialuntuk akan menghasilakan telaah yang timpang sama ibarat hasrat insan sekarang untuk memecahkan kebutuhan dengan cara sederhana melalui teknologi, hasrat untuk mengambarkan kekerabatan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan dalam suatu uraian sederhana ialah suatu hal yang kontradiktif. Tidak ada pemecahan sederhana untuk suatu kekerabatan dari realitas yang komplek.
Akhirnya hal yang sangat penting untuk selalu dicamkan dan diperhatikan yaitu:
1)      Menghindari perilaku ilmu untuk ilmu dan teknologi untuk teknologi seharusnya ilmu dan teknologi, untuk kesejahteraan dan kebahagian manusia.
2)      Penerapan ilmu dan teknologi di Indonesia harus didasarkan atas pancasila. Karena pancasila yaitu dasar Negara republik Indonesia, dan selanjutnya ilmu dan teknologi harus diabdikan kepada Negara dan masyarakat Indonesia dengan kata lain, ilmu dan teknologi harus diabdikan kepada kepentingan nasional.

X.4 Soal dan Diskusi

1.      Jelaskan persmaan dan perbedaan ilmu, teknologi dan kebudayaan?
2.      Jelaskan hubungan ilmu dengan kebudayaan
3.      Jelaskan hubungan teknologi dan kebudayaan
4.      Jelaskan hubungan ilmu, filsafat dan agama


DAFTAR PUSTAKA

1.      Suryo Ediyono, 2010, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Penerbit Kaliwangi


Posting Komentar untuk "Hubungan Ilmu, Teknologi, Kebudayaan, Filsafat Dan Agama"