Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asbabun Nuzul


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an bukanlah ialah sebuah buku dalam pengertian umum, lantaran ia tidak pernah dikormulasikan tetapi diwahyukan secara berangsur-amgsur kepada Nabi Muhammad Saw sesuai dengan situasi yang menuntutnya. Al-Qur’an sendiri sangat menyadari kenyataan ini sebagai suatu yang akan menjadikan keusilan dikalangan pembantahnya, menyerupai yang diyakini hingga sekarang, pewahyuan al-Qur’an secara total dan secara sekaligus itu mustahil lantaran al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada.Untuk memahami pesan dari al-Qur’an sebagai suatu kesatuan yakni dengan mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling bersahabat yakni aktivitas Nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun dibawah bimbingan al-Qur’an, jadi kita harus benar-benar memahami pesan al-Qur’an sebagai suatu keutuhan serta memahami bahasanya dan historisnya.
Dari sedikit paparan tentang al-Qur’an diatas, sehingga kita sanggup menyadari betapa penting al-Qur’an bagi umat muslim, jd al-Qur’an bukan saja Cuma di baca dan di pahami maknanya, tetapi kita juga harus mengetahui penyebab mengapa ayat-ayat dalm al-Qur’an diturunkan oleh Allah atau sering  disebut Asbabun Nuzul. Untuk dari itu semoga kita lebih memahami tentang Asbabun Nuzul akan diperjelas pada halaman selanjutnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul?
2.      Apa yang melatarbelakangi turunnay Al-Qur’an?
3.      Bagaimana ungkapan-ungkapan Asbab al-Nuzul?
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Asbabun Nuzul
            Asbabun Nuzul secara bahasa berarti alasannya yakni turunnya ayat-ayat al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan  Allah secara berangsur-angsur dalam masa lebih kurang 23 tahun. al-Qur’an diturunkan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan insan yang sudah menyimpang dari kebenaran.
Makna asbabun nuzul ialah sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung alasannya yakni itu yang mempersembahkan jawabanan tentang alasannya yakni itu, atau menunjukan hukumnya pada masa terjadinya insiden itu. Yakni suatu insiden yang terjadi di zaman Rasullullah SAW. atau suatu  pertanyaan yang dihadapkan kepada nabi dan di turunkanlah sesuatu atau beberapa ayat dari Allah SWT. yang bekerjasama dengan insiden itu, atau jawabanan dari pertanyaan itu baik itu insiden yang ialah pertengkaran ataupun ialah  kesalahan yang dilakukan suatu insiden atau suatu keinginan yang baik.
B.     Latar belakang turunnya Al-Qur’an
Latar belakang turunnya al-Qur’an adakalanya berbentuk insiden dan adakalanya berbentuk pertanyaan.
Sebab-sebab turunnya ayat dalam bentuk insiden ada 3 macam :
1.      peristiwa berupa pertengkaran
Perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan orang yahudi sehingga mereka berteriak-teriak. “senjata, senjata”.  Peristiwa tersebut menimbulkan turunnya beberapa ayat dari firman Allah dalam Surah Ali Imran :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä bÎ) (#qãèÏÜè? $Z)ƒÌsù z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# Nä.rŠãtƒ y÷èt/ öNä3ÏZ»oÿÎ) tûï̍Ïÿ»x. ÇÊÉÉÈ  
Artinya :
Hai orang-orang yang diberiman, jikalau engkau mengikuti sebahagian dari orang-orang yang didiberi Al Kitab, pasti mereka akan mengembalikan engkau menjadi orang kafir sehabis engkau diberiman. (QS. Ali-Imran [3] :100).
2.      Peristiwa berupa kesalahan yang fokus
Seperti halnya dalam surah al-kaafiruun, ia baca
ö@è% $pkšr'¯»tƒ šcrãÏÿ»x6ø9$# ÇÊÈ  ßç6ôãr& $tB tbrßç7÷ès? ÇËÈ  
Artinya :
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku akan menyembah apa yang engkau sembah.
            melaluiataubersamaini tanpa لأ pada لأَ أعبد insiden ini menimbulkan turunnya ayat :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur 3t»s3ß 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès? $tB tbqä9qà)s? 
Artinya :
Hai orang-orang yang diberiman, tidakbolehlah engkau shalat, sedang engkau dalam Keadaan mabuk, sehingga engkau mengerti apa yang engkau ucapkan, (tidakboleh pula hampiri mesjid). (QS. An Nisaa’ [4] : 43)
3.      Peristiwa berupa impian dan keinginan
            Sebagai rujukan Imam al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Umar berkata : “Aku setuju dengan Tuhanku dalam tiga hal : Aku katakan kepada rasul bagaimana sekiranya kita jadikan makam Ibrahim daerah shalat.
            Adapun  sebab-sebab turun ayat dalam bentuk pertanyaan sanggup dikelompokkan kepada 3 macam :
1. Pertanyaan yang bekerjasama dengan sesuatu yang sudah lalu.
2. Pertanyaan yang bekerjasama dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu.
3. Pertanyaan yang bekerjasama dengan masa yang akan hadir.
            Asbabun nuzul yang dikemukakan diatas membawa kepada dukungan ayat-ayat Al-qur’an kepada dua kelompok :
1. kelompok yang turun tanpa alasannya yakni
2. kelompok yang turun dengan alasannya yakni tertentu
            Dapat diketahui bahwa tidak tiruana ayat-ayat memiliki alasannya yakni turunnya. Bahkan banyak ayat  yang menyambut keimanan, kewajiban, dan syari'at agama turun tanpa sabab al Nuzul. Karena pernyataan sebagian teman dekat, menyerupai Ali, Ibn Mas’ud dan lain-lain, tentang tidak suatu ayat pun diturunkan kecuali salah seorang mereka mengetahui tentang apa ayat itu diturunkan, tentang siapa ayat itu diturunkan, dan dimana ayat itu diturunkan, seharusnya tidak dipahami. Pemahaman ini dipahami melalui beberapa kemungkinan.
Pertama     :     melaluiataubersamaini pernyataan menyerupai ini mereka bermaksud mengungkapkan betapa kuatnya perhatian mereka terhadap al-Qur’an dan mengikuti setiap keadaan yang bekerjasama dengannya
Kedua       :     Mereka berbaik sangka apa yang mereka dengar dan saksikan pada masa Rasul menginginkan semoga orang mengambil apa yang mereka ketahui itu sehingga tidak akan lenyap dengan berakhirnya hidup mereka.
Ketiga       :     Para periwayat menambah dalam periwayatannya dan membangsakan kepada teman dekat.
            Al-Qur’an turun kepada nabi disetiap waktu dalam rentang waktu lebih kurang 23 tahun. Ayat-ayat  al-Qur’an tidak selamanya turun saat Nabi berada dalam mesjid dan diwaktu siang hari. Al-Qur’an sanggup turun saat Nabi berada di Madinah, di Makkah, Arafah dalam perjalanan, di waktu siang dan malam hari. Tentunya para teman bersahabat mustahil mengikuti Nabi setiap waktu.
            Memang dimaklumi bahwa para teman bersahabat memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu. Intensitas keimanan yang tinggi dan kecintaan mereka kepada Nabi sudah mendorong mereka untuk mempersembahkan perhatian terbaik kepada apa yang dibawa Nabi sehingga mereka bukan saja berupaya menghafal ayat-ayat al-Qur’an, tetapi juga mereka melestarikan sunnah Nabi. Karena itu, segala apa yang diketahui tentang sebab-sebab turunnya al-Qur’an diperoleh dari mereka.
            Para ulama salaf sangat berhati-hati dalam mendapatkan dan meriwayatkan Asbab al-Nuzul. Muhammad Ibn Sirin (w.110 H.) : pernah bertanya kepada ‘Ubaidah tentang suatu ayat al-Qur’an. Ia menjawaban : “Bertakwalah kepada Allah dan katakanlah yang benar. Telah pergi orang-orang yang mengetahui tentang hal kepada siapa ayat itu diturunkan”.
            Akan tetapi, kewaraan dan kehati-hatian semacam ini tidak hingga menghalangi mereka untuk mendapatkan riwayat teman bersahabat dalam masalah asbab al-Nuzul, sebetulnya perkataan seorang teman bersahabat tentang sesuatu yang tak sanggup dijangkau dengan budi dan ijtihad, tetapi dasarnya yakni periwayatan dan pendengaran, dipahami bahwa teman bersahabat mendengar dari Nabi SAW. Sebab, susah sekali diterima budi bahwa teman bersahabat menyampaikan yang demikian dari pendapatnya sendiri.
Al-Wahidi berkata :“Tidak boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turun al-Qur’an melainkan dengan dasar riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu diturunkan dan mengetahui sebab-sebab turunnya serta mengulas pengertiannya”.
Al-Hakim menunjukan dalam ilmu hadits bahwa apabila seorang teman bersahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-Qur’an diturunkan, meriwayatkan tentang suatu ayat al-Qur’an bahwa ayat tersebut turun tentang sesuatu (kejadian), maka hadits itu dipandang hadits musnad.
            Berdasarkan keterangan di atas, maka asbabun nuzul yang diriwayatkan dari seorang teman bersahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung oleh riwayat yang lain. Adapun sabab al-Nuzul dengan hadits mursal, yaitu hadits yang gugur dari sanadnya seorang teman bersahabat dan mata rantai periwayatnya spesialuntuk hingga kepada seorang tabi’i, maka riwayat menyerupai ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih dan dikuatkan oleh hadits mursal lainnya. Disamping itu, periwayatnya harus pula termasuk imam-imam tafsir yang mengambil tafsirnya dari para teman dekat, menyerupai Mujtahid, Ikrimah, dan Sa’id Ibn Jubair. melaluiataubersamaini demikian, para ulama menetapkan bahwa tidak ada jalan untuk mengetahui asbab al-Nuzul kecuali melalui riwayat yang sahih. Asbab al-Nuzul dari suatu ayat atau sekelompok ayat tidak selamanya hadir dari satu riwayat. Tidak jarang riwayat-riwayat asbab al-Nuzul  bagi ayat tertentu tidak sama-beda yang kadang-kadang memerlukan tarjih. Untuk melaksanakan tarjih diharapkan analisis dan ijtihad.
Dari segi jumlah alasannya yakni dan ayat yang turun, dibagi kepada :
-          Ta’addud al-Asbab Wa al-Nazil Wahid  (sebab turunnya lebih dari satu dan inti persoalannya yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun satu).
-          Ta’addud al-Nazil Wa al-Sabab Wahid (inti problem yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang alasannya yakni turunnya satu).
Sebab turun ayat disebut “Ta’addud” bila ditemukan dua riwayat yang tidak sama atau lebih tentang alasannya yakni turun suatu ayat atau sekelompok ayat tertentu. Sebaliknya, alasannya yakni turun itu disebut Wahid atau tunggal bila riwayatnya spesialuntuk satu. Suatu ayat atau sekelompok ayat yang turun disebut Ta’addud al-Nazil, bila problem yang terkandung dalam ayat yang turun sehubungan dengan alasannya yakni tertentu lebih dari satu persoalan.
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang alasannya yakni turun ayat dan masing-masing sebut suatu alasannya yakni yang terang dan tidak sama dari yang disebutkan lawannya, maka kedua riwayat diteliti dan dianalisis.
Permasalahannya ada empat bentuk yaitu :
1.      Salah satu dari keduanya sahih dan lainnya tidak.
2.      Keduanya sahih, satunya memiliki penguat dan lainnya tidak.
3.      Keduanya sahih dan keduanya sama-sama tidak memiliki penguat (murajjih). Akan tetapi, keduanya sanggup diambil sekaligus.
4.      Keduanya sahih, tidak memiliki penguat dan mustahil mengambil keduanya sekaligus.

C.    Ungkapan-Ungkapan Sabab Al-Nuzul
Ungkapan-ungkapan yang dipakai para teman bersahabat untuk menunjukkan alasannya yakni turunnya al Qur’an tidak selamanya sama.
Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk yaitu sebagai diberikut :
1.   Sabab al-Nuzul disebutkan dengan ungkapan yang jelas, menyerupai :
 سَبَبُ نُزوْ لِ هذِ هِ اْ لا يَةِ كَذَ ا(Sebab turun ayat ini demikian). Dan tidak mengandung kemungkinan makna lain.
2.   Sabab al-nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan menhadirkan lafal ف sesudah pemaparan suatu insiden atau insiden yang menunjukkan insiden itu yakni alasannya yakni bagi turunnya ayat tersebut.
3.   Sabab al-Nuzul dapat dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya, menyerupai alasannya yakni turunnya ayat tentang ruh yang diriwayatkan dari Ibn Mas’ud
4.   Sabab al-Nuzul mengandung makna alasannya yakni dan makna lainnya, yaitu tentang aturan kasus atau problem yang sedang dihadapi. Menurut al-Zarqani, satu-satunya jalan untuk memilih salah satu dari dua makna yang terkandung dalam ungkapan itu yakni konteks pembicaraannya. Al-Zarqani menunjukan bahwa jikalau ditemukan dua ungkapan tentang problem yang sama, salah satu daripadanya secara nash menunjukkan alasannya yakni turunnya suatu ayat atau sekelompok ayat, sedang lainnya tidak demikian, maka diambil ungkapan yang pertama dan yang lainnya dianggap klarifikasi bagi aturan yang terkandung dalam ayat tersebut. Misalnya riwayat al-Bukhari dari Ibn Umar. Ibn Umar berkata : ”Masalah menhadiri  (menggauli) perempuan-perempuan pada dubur mereka”.
PENUTUP
Simpulan :
Asbabun Nuzul yakni sebab-sebab turunnya suatu ayat dari Allah SWT secara berangsur-angsur baik bentuk insiden maupun berbentuk pertanyaan. Dan ayat-ayat al-Qur’an tidak selamanya turun saat Nabi SAW. berada didalam mesjid dan diwaktu siang hari. Karena ayat al-Qur’an juga sanggup diturunkan saat Nabi berada di Madinah, Mekkah, Arafah dalam perjalanan dan juga dikarenakan teman bersahabat memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu dan juga melestarikan sunnahnya Nabi.
Dari segi jumlah alasannya yakni dan ayat yang turun, dibagi kepada :
-          Ta’addud al-Asbab Wa al-Nazil Wahid  (sebab turunnya lebih dari satu dan inti persoalannya yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun satu).
-          Ta’addud al-Nazil Wa al-Sabab Wahid (inti problem yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang alasannya yakni turunnya satu).
Ungkapan-ungkapan yang dipakai para teman bersahabat untuk menunjukkan alasannya yakni turunnya al Qur’an tidak selamanya sama.
Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk yaitu sebagai diberikut :
1.      Sabab al-Nuzul disebutkan dengan ungkapan yang jelas, menyerupai :
 سَبَبُ نُزوْ لِ هذِ هِ اْ لا يَةِ كَذَ ا(Sebab turun ayat ini demikian). Dan tidak mengandung kemungkinan makna lain.
2.   Sabab al-nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan menhadirkan lafal ف sesudah pemaparan suatu insiden atau insiden yang menunjukkan insiden itu yakni alasannya yakni bagi turunnya ayat tersebut.
3.   Sabab al-Nuzul dapat dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya, menyerupai alasannya yakni turunnya ayat tentang ruh yang diriwayatkan dari Ibn Mas’ud.
4.      Sabab al-Nuzul mengandung makna alasannya yakni dan makna lainnya, yaitu tentang aturan kasus atau problem yang sedang dihadapi.



















DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihuon. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung. 2000.
Wahid, Rahli Abdul. Ulumul Qur’an. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Bina Ilmu. Surabaya. 1982.

Posting Komentar untuk "Asbabun Nuzul"