Ringkasan Kisah Malin Kundang
Ringkasan dongeng malin kundang - Malin Kundang ialah dongeng rakyat yang berasal dari sumatera barat. Adanya bukti baktu kutukan malin kundang menjadikanya petunjuk bahwa dongeng ini memang benar adanya. Cerita ini berkisah wacana seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi sebongkah batu. Yuk, baca ringkasanya..!!!!
Ringkasan Cerita Malin Kundang
Di suatu desa terpencil dipesisir pantai wilayah sumatera barat, hiduplah sebuah keluarga nelayan. Mereka hanya mempunyai seorang anak berjulukan malin kundang namun keluarga mereka sangat miskin dan hidup serba kekurangan. Untuk memperbaiki nasib, sang ayah memutuskan merantau keluar pualau dengan menyebrangi lautan. Sepeninggal ayah malin yang tidak pernah kembali, sang ibu harus rela banting tulang untuk menafkahi malin.
Malin tergolong anak yang cerdas hanya saja sedikit nakal. Kebiasaanya yang sering mengejar dan memukul ayam dengan sapu menciptakan ibunya sering memarahinya. Suatu hari, saat ia tengah asik mengejar ayam ia tersungkur sebab menyandung sebuah batu. Akibatnya, ia mengalami luka yang bekasnya tidak bisa dihilangkan.
Suatu sore saat malin sedang makan malam bersama ibunya, malin mengutarakan niatnya untuk merantau. Ia ingin hidup lebih baik dan menjadi saudagar kaya biar ibunya tidak perlu bekerja lagi untuk menafkahinya.
Niat malin kundang tentu menerima saingan dari ibunya, mengingat ayah malin tidak pernah kembali lagi sesudah memutuskan merantau. Akan tetapi sesudah malin meyakinkan bahwa ia akan segera kembali sesudah ia sukses menggapai impianya menciptakan ibu malin memperlihatkan restunya. Malin menumpang kapal milik seorang saudagar. Selama dalam perjalanan malin banyak berbincang dengan anak buah kapal yang memberinya banyak pengetahuan wacana pelayaran.
Kehadiran bajak maritim yang tiba-tiba menyerang kapal sang saudagar menciptakan suasana menjadi ricuh. Bajak maritim mengambil semua barang dagangan yang dibawa pedagang dan membunuh semua awak kapal. Malin sangat ketakutan namun ia segera bersembunyi di ruangan kecil yang tertutup kayu sehingga bajak
laut tidak membunuhnya.
Malin kundang berada ditengah maritim seorang diri hingga karenanya ia terdampar di pantai yang erat sebuah desa. Dengan tertatih ia berjalan kearah desa untuk meminta pertolongan. Ternyata, desa yang ia tuju ialah sebuah desa yang makmur sehingga dengan kerja kerasnya malin bisa berhasil menjadi orang yang kaya raya. Malin mempunyai seratus anak buah dan mempunyai banyak kapal. malin jatuh cinta dengan seorang perempuan bagus yang kemudian dipersunting menjadi istrinya.
Berita kesuksesan Malin Kundang yang telah menjadi saudagar kaya dan mempunyai istri bagus jelita telah hingga ketelinga ibunya. Ibu malin mengucap syukur atas keberhasilan anaknya dan tidak sabar untuk menemuinya. Oleh karenanya, Ibu malin selalu mampir kedermaga setiap hari berharap anaknya akan segera datang.
Penantian yang dinantikan ibu malin karenanya tiba juga. Suatu hari kapal malin berlabuh didermaga kampungnya. Ia berlayar bersama istri dan seluruh anak buahnya. Ibu malin terus mencari-cari keberadaan anaknya, hingga pada karenanya sepasang mata perempuan itu tertuju pada dua orang yang bangun tegak di atas kapal. ibu malin merasa yakin bahwa kedua orang itu ialah anak beserta menantunya.
Ibu malin segera berlari menghampirinya. Ia memandang dengan penuh hati-hati. Adanya bekas luka dilengan laki-laki itu menciptakan ibu malin tak kuasa berlari untuk segera memeluknya. Ibu malin sangat yakin bahwa ia ialah malin anak yang dilahirkanya. "Malin Kundang, anakku, mengapa kamu pergi begitu usang tanpa mengabari ibu nak?",kata perempuan itu sembari memeluknya. Malin menyadari bahwa perempuan tua itu ialah ibunya, tetapi sebab perempuan itu berpakaian sangat lusuh malin merasa sangat aib kepada istri dan anak buahnya. Malin kundang karenanya tidak mau mengakui ibunya.
Ibu malin kundang sangat stress berat mendengar perlakuan anaknya. Ia merasa sangat marah. Ia tidak pernah menduga malin akan menjadi anak yang durhaka. Malin segera kembali berlayar, namun topan besar mengombang ambingkan kapalnya hingga hancur. Ditempat lain, kemarahan ibu malin tidak terbendung lagi hingga beliau menyumpah dan berteriak "Tuhan! bila benar ia malin anakku, maka ku kutuk kamu jadi batu..!!!"
Petir tiba-tiba menyambar dahsyat dan badan malin kundang secara berlahan kaku dan bertahap berubah bentuk menjadi watu karang.
Sampai kini watu karang jelmaan dari malin kundang masih bangun kokoh di pantai air manis kota padang. Batu ini dijadikan cerminan betapa posisi seorang ibu sangat mulia. Ingat bahwa “Surga berada ditelapak kaki ibu” jadi kita harus hormat dan mematuhinya.
Ringkasan Cerita Malin Kundang
Di suatu desa terpencil dipesisir pantai wilayah sumatera barat, hiduplah sebuah keluarga nelayan. Mereka hanya mempunyai seorang anak berjulukan malin kundang namun keluarga mereka sangat miskin dan hidup serba kekurangan. Untuk memperbaiki nasib, sang ayah memutuskan merantau keluar pualau dengan menyebrangi lautan. Sepeninggal ayah malin yang tidak pernah kembali, sang ibu harus rela banting tulang untuk menafkahi malin.
Malin tergolong anak yang cerdas hanya saja sedikit nakal. Kebiasaanya yang sering mengejar dan memukul ayam dengan sapu menciptakan ibunya sering memarahinya. Suatu hari, saat ia tengah asik mengejar ayam ia tersungkur sebab menyandung sebuah batu. Akibatnya, ia mengalami luka yang bekasnya tidak bisa dihilangkan.
Suatu sore saat malin sedang makan malam bersama ibunya, malin mengutarakan niatnya untuk merantau. Ia ingin hidup lebih baik dan menjadi saudagar kaya biar ibunya tidak perlu bekerja lagi untuk menafkahinya.
Niat malin kundang tentu menerima saingan dari ibunya, mengingat ayah malin tidak pernah kembali lagi sesudah memutuskan merantau. Akan tetapi sesudah malin meyakinkan bahwa ia akan segera kembali sesudah ia sukses menggapai impianya menciptakan ibu malin memperlihatkan restunya. Malin menumpang kapal milik seorang saudagar. Selama dalam perjalanan malin banyak berbincang dengan anak buah kapal yang memberinya banyak pengetahuan wacana pelayaran.
Kehadiran bajak maritim yang tiba-tiba menyerang kapal sang saudagar menciptakan suasana menjadi ricuh. Bajak maritim mengambil semua barang dagangan yang dibawa pedagang dan membunuh semua awak kapal. Malin sangat ketakutan namun ia segera bersembunyi di ruangan kecil yang tertutup kayu sehingga bajak
laut tidak membunuhnya.
Malin kundang berada ditengah maritim seorang diri hingga karenanya ia terdampar di pantai yang erat sebuah desa. Dengan tertatih ia berjalan kearah desa untuk meminta pertolongan. Ternyata, desa yang ia tuju ialah sebuah desa yang makmur sehingga dengan kerja kerasnya malin bisa berhasil menjadi orang yang kaya raya. Malin mempunyai seratus anak buah dan mempunyai banyak kapal. malin jatuh cinta dengan seorang perempuan bagus yang kemudian dipersunting menjadi istrinya.
Berita kesuksesan Malin Kundang yang telah menjadi saudagar kaya dan mempunyai istri bagus jelita telah hingga ketelinga ibunya. Ibu malin mengucap syukur atas keberhasilan anaknya dan tidak sabar untuk menemuinya. Oleh karenanya, Ibu malin selalu mampir kedermaga setiap hari berharap anaknya akan segera datang.
Penantian yang dinantikan ibu malin karenanya tiba juga. Suatu hari kapal malin berlabuh didermaga kampungnya. Ia berlayar bersama istri dan seluruh anak buahnya. Ibu malin terus mencari-cari keberadaan anaknya, hingga pada karenanya sepasang mata perempuan itu tertuju pada dua orang yang bangun tegak di atas kapal. ibu malin merasa yakin bahwa kedua orang itu ialah anak beserta menantunya.
Ibu malin segera berlari menghampirinya. Ia memandang dengan penuh hati-hati. Adanya bekas luka dilengan laki-laki itu menciptakan ibu malin tak kuasa berlari untuk segera memeluknya. Ibu malin sangat yakin bahwa ia ialah malin anak yang dilahirkanya. "Malin Kundang, anakku, mengapa kamu pergi begitu usang tanpa mengabari ibu nak?",kata perempuan itu sembari memeluknya. Malin menyadari bahwa perempuan tua itu ialah ibunya, tetapi sebab perempuan itu berpakaian sangat lusuh malin merasa sangat aib kepada istri dan anak buahnya. Malin kundang karenanya tidak mau mengakui ibunya.
Ibu malin kundang sangat stress berat mendengar perlakuan anaknya. Ia merasa sangat marah. Ia tidak pernah menduga malin akan menjadi anak yang durhaka. Malin segera kembali berlayar, namun topan besar mengombang ambingkan kapalnya hingga hancur. Ditempat lain, kemarahan ibu malin tidak terbendung lagi hingga beliau menyumpah dan berteriak "Tuhan! bila benar ia malin anakku, maka ku kutuk kamu jadi batu..!!!"
Petir tiba-tiba menyambar dahsyat dan badan malin kundang secara berlahan kaku dan bertahap berubah bentuk menjadi watu karang.
Sampai kini watu karang jelmaan dari malin kundang masih bangun kokoh di pantai air manis kota padang. Batu ini dijadikan cerminan betapa posisi seorang ibu sangat mulia. Ingat bahwa “Surga berada ditelapak kaki ibu” jadi kita harus hormat dan mematuhinya.
Posting Komentar untuk "Ringkasan Kisah Malin Kundang"