Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peluang Dan Tantangan Asean Dalam Perekonomian Global

Sesudah beberapa waktu kemudian mengulas KTT ASEAN ke-27 di Kuala Lumpur, Malaysia, kali ini kita akan menelusuri lebih jauh terkena peluang dan tantangan ASEAN dalam perekonomian global.

Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Vietnam). Data ini ialah total data ekonomi masing-masing negara ASEAN pada 2014.

Tercatat bahwa Gross Domestic Product (GDP) ASEAN pada 2014 mencapai US$ 2.57 triliun, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4.7%. Capaian GDP tersebut menjadikan ASEAN masuk dalam tujuh besar perekonomian dunia. Besarnya GDP ini dibutuhkan menjadi salah satu modal ASEAN untuk bersaing dengan negara-negara maju ibarat China, Jepang, Jerman, dan Inggris (www.asean.org, ASEAN statistics).



Kemudian dari lalu-lintas perdagangan barang, total ekspor ASEAN pada 2014 senilai US$ 1.29 triliun, sementara untuk impor sebesar US$ 1.23 triliun. Selain itu jumlah wisatawan internasional yang hadir ke wilayah ASEAN pada 2014 mencapai lebih dari 105 juta orang. Angka ini menawarkan besarnya potensi ASEAN, baik disektor perdagangan, pariwisata, maupun jasa.

Disamping itu, dengan total populasi yang tercatat lebih dari 620 juta jiwa, ASEAN menjadi pasar yang sangat potensial dari sisi konsumsi maupun investasi. Besarnya jumlah populasi penduduk juga berpotensi menyumbang angka tenaga kerja produktif yang melimpah bagi industri-industri yang diberinvestasi di daerah ASEAN.

Ketika perekonomian global mengalami penurunan, ditandai dengan perlambatan ekonomi Jepang, China, dan beberapa negara Eropa; ASEAN melaksanakan pembenahan melalui integrasi ekonomi dan pembentukan pasar tunggal. Hal ini membuat ASEAN berpotensi menjadi kawan strategis dalam kerjasama perdagangan ekonomi antar negara-antar kawasan.

Selain itu, pasar bebas ASEAN mempunyai beberapa keunikan, antara lain dari beragamnya identitas masyarakat dari perspektif suku bangsa, kepercayaan, maupun kebudayaan; dengan kata lain, heterogenitas menjadi keunikan istimewa yang dimiliki ASEAN.

Adapun faktor-faktor yang menjadi serius ASEAN untuk memenangkan persaingan global antara lain:
  • reformasi struktural. Agenda tersebut dilaksanakan melalui tata kelola pemerintahan yang terbuka dan bebas penyelewengan (good governance), transparansi kebijakan publik, serta penguatan stabilitas makroekonomi untuk membuat iklim investasi dan bisnis yang sehat.
  • inovasi dan riset yang berkelanjutan. Inovasi ini antara lain berupa variasi produk/jasa, jaenteng pemamasukan, efisiensi dan efektivitas produksi, serta acara penunjang produktivitas lainnya.
  • pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan diupayakan melalui pemeliharaan keseimbangan antara memanfaatkan hasil alam (eksploitasi) dengan pemeliharaan dan pemulihan (konservasi) untuk mewujudkan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Sebagai penutup, jikalau bisa menawarkan identitas diri sebagai sebuah entitas yang utuh, integral, dan terbuka; maka ASEAN diyakini bisa menjawaban tantangan persaingan global. **

UPDATE ARTIKEL (Jumat, 19 Januari 2018):

Dalam beberapa waktu terakhir, terjadi dinamika pertumbuhan GDP di beberapa negara anggota ASEAN.

Indonesia mengalami pertumbuhan GDP sebesar 5.1% di 2017, lebih baik dari capaian 2016, 5.0%. Sementara pertumbuhan GDP Malaysia di 2017 mencapai 5.4%, naik 1.2% dari tahun sebelumnya.

Peningkatan pertumbuhan GDP juga dialami Thailand, dari 3.2% di 2016 menjadi 3.5% pada 2017; demikian juga Vietnam dari 6.2% di 2016 menjadi 6.3% di 2017. Singapura mencatatkan pertumbuhan sebesar 2.7% di 2017, lebih tinggi dari 2016, 2.0%.

Kamboja juga mencatatkan pertumbuhan positif, dari 6.9% di 2016 menjadi 7.1% pada 2017, kemudian Myanmar dari 5.7% di 2016 menjadi 7.7% di 2017. Sedangkan Brunei Darussalam yang pada 2016 mencatatkan pertumbuhan negatif (2.5%), di 2017 ini mengalami pertumbuhan 0.0%.

Sementara Filipina mengalami penurunan pertumbuhan, dari 6.9% di 2016 menjadi 6.5% di 2017; demikian pula dengan Laos, dari 7.0% di 2016 menjadi 6.9% di 2017.

Adapun rata-rata pertumbuhan ekonomi 10 negara anggota ASEAN pada 2017 berada diangka 5.0%, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 4.8% (the ASEAN Secretariat. ASEAN Economic Integration Brief, No. 02/November, 2017).

Capaian pertumbuhan ASEAN tersebut jauh melampaui pertumbuhan perekonomian global di 2017 yang spesialuntuk mencapai 3.6% (IMF. World Economic Outlook, Seeking Sustainable Growth: Short-Term Recovery, Long-Term Challenges, October 2017).

Selain itu, total GDP negara-negara anggota ASEAN pada 2016 mencapai US$ 2.55 triliun, menempatkannya sebagai pasar ekonomi terbesar ke-6 secara global, dan ke-3 di Benua Asia (the ASEAN Secretariat. ASEAN Economic Progress, July 2017).

Transaksi perdagangan di internal daerah pada 2016 tercatat sebesar US$ 2.23 triliun, sedikit menurun dari 2015, US$ 2.27 triliun. Penurunan juga terjadi pada investasi yang masuk ke ASEAN melalui Foreign Direct Investment (FDI), yang pada 2016 mencapai US$ 98.0 miliar, sedangkan di 2015 sebesar US$ 120.5 miliar (the ASEAN Secretariat. ASEAN Economic Integration Brief, No. 02/November, 2017).

ASEAN terus berupaya memperkuat jaenteng kerjasama daerah melalui implementasi the ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint 2025. Adapun visi yang mendasari agenda tersebut adalah:
  1. menciptakan perekonomian yang berpengaruh dan terintegrasi.
  2. mewujudkan ASEAN yang kompetitif, inovatif, dan dinamis.
  3. meningkatkan konektivitas dan kerjasama antar sektor.
  4. mencapai ASEAN yang terbuka, toleran, dan berorientasi pada manusia.
  5. menuju ASEAN yang berskala global.
Secara garis besar, visi diatas antara lain diwujudkan dalam peningkatan transaksi perdagangan barang maupun jasa, pengembangan teknologi, inovasi, peningkatan produktivitas, kontribusi konsumen, memanfaatkan energi terbarukan yang ramah lingkungan, sampai tata kelola pemerintahan yang jujur, terbuka, dan bebas korupsi (the ASEAN Secretariat. ASEAN Economic Community Blueprint 2025, 2015).

Namun demikian, ASEAN menghadapi tantangan-tantangan yang berpotensi menghambat tujuan yang sudah diputuskan. Beberapa diantaranya:
  • melambatnya pertumbuhan ekspor serta produktivitas sektor riil.
  • penerapan suku bunga rendah oleh beberapa negara yang mengakibatkan persaingan dalam perdagangan semakin ketat.
  • kesentidakboleh memanfaatkan teknologi komunikasi dan gosip (ICT), contohnya internet sudah diakses oleh lebih dari 73% masyarakat Singapura, sementara di Myanmar gres sekitar 1%. Secara total terdapat sekitar 67% populasi ASEAN atau setara 417 juta orang masih belum mendapat saluran internet.
  • disparitas GDP per kapita antar negara anggota ASEAN, contohnya GDP per kapita Singapura mencapai US$ 52.96 ribu pada 2016, sementara Myanmar US$ 1.29 ribu dan Kamboja US$ 1.26 ribu.
  • persaingan antar negara anggota dalam perdagangan internasional dan FDI; hal ini mengakibatkan terhambatnya akselerasi pembangunan daerah Asia Tenggara.
  • hambatan non-tarif (non-tariff barrier). Meskipun kendala tarif perdagangan (tariff barrier) antar negara ASEAN bisa ditekan, namun kendala non-tarif justru meningkat. Adapun yang termasuk kendala non-tarif diantaranya kebijakan pemakaian kandungan lokal, biaya terkait perijinan dan investigasi barang di perbatasan, mekanisme keimigrasian, dan sebagainya.
(dirangkum dari banyak sekali sumber).

Demikian perkembangan terakhir yang menjadi peluang dan tantangan ASEAN untuk berkiprah dalam perekonomian global. ***


ARTIKEL TERKAIT :
Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018
Sekilas wacana the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
Dinamika Kerjasama ASEAN Plus Three (APT)
Menelisik Hubungan Kerjasama ASEAN-Amerika Serikat

Posting Komentar untuk "Peluang Dan Tantangan Asean Dalam Perekonomian Global"