Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tinjauan Wacana Modal Sosial (Social Capital) Serta Kaitannya Dengan Ekonomi Dan Pembangunan

Modal sosial (social capital) ialah konsep yang multidisipliner. Berbagai penelitian, baik dalam kajian sosiologi, kebudayaan, maupun ekonomi, mempersembahkan aksentuasi secara khusus wacana konsep modal sosial. Tulisan ini akan merangkum beberapa tinjauan wacana modal sosial (social capital) dan kaitannya dengan ekonomi dan pembangunan.

 mempersembahkan aksentuasi secara khusus wacana konsep modal sosial Tinjauan wacana Modal Sosial (Social Capital) serta Kaitannya dengan Ekonomi dan Pembangunan
Hingga ketika ini belum ada janji tunggal yang bisa menggambarkan makna modal sosial.

Setiap peneliti mempunyai sudut pandang yang tidak sama-beda atas pengertian yang menempel pada konsep tersebut. Dibawah ini terdapat beberapa pihak yang menyatakan pandangannya wacana konsep dasar modal sosial (social capital).



Pierre Bourdieu.
Bourdieu, seorang sosiolog asal Perancis beropini bahwa konsep masyarakat (society) tidak spesialuntuk bisa dilihat dari sudut pandang ekonomi semata, namun juga dari perspektif yang lebih luas.

Lebih lanjut berdasarkan Bourdieu, social capital ialah sumberdaya yang terdapat pada individu maupun kelompok masyarakat yang terhubung dalam sebuah jaenteng (network), yang terkait dalam korelasi yang bersifat institusional maupun non-institusional, dan saling menguntungkan satu sama lain.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, modal sosial intinya ialah jalinan yang menghubungkan antara individu dan kelompok masyarakat, yang memdiberi dampak positif bagi masing-masing pihak.

Dimenambahkan pula bahwa jalinan yang menghubungkan antara individu dan masyarakat tersebut bukanlah suatu yang muncul begitu saja (given), melainkan ialah hasil interaksi secara individual maupun kolektif yang dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar, sehingga menghasilkan korelasi yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang (Bourdieu, Pierre. The Forms of Capital, in John C. Richardson (ed), Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education, p.241-258, 1986).

James Coleman.
Dari perspektif Coleman, social capital ialah sumberdaya yang memdiberi dampak berupa kemampuan bagi individu-individu untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan. Coleman menekankan kapasitas modal sosial sebagai kekuatan untuk menuntaskan bermacam duduk kasus dalam masyarakat.

Ditekankan pula bahwa social capital muncul seiring dengan interaksi antar individu yang membentuk struktur atau referensi yang menghubungkan individu-individu tersebut. Struktur atau referensi itu mencakup beberapa aspek norma yang tercipta dari interaksi, nilai dalam perilaku, pengetahuan, serta korelasi antar individu (Coleman, James. Social Capital in the Creation of Human Capital, American Journal of Sociology, Vol. 94, 1988).

Robert Putnam.
Putnam menyatakan bahwa social capital ialah wujud masyarakat yang terorganisir, baik ditinjau dari jaenteng kerja, norma, serta nilai kepercayan, yang berperan dalam kerjasama dan tindakan yang bermanfaa.

Secara khusus ia beropini bahwa lunturnya ikatan dalam keluarga dan masyarakat akan membawa dampak signifikan dalam kehidupan bersosial. Lebih jauh, lunturnya ikatan tersebut cenderung diakibatkan oleh semakin menurunnya nilai kepercayaan yang ada.

Selain itu, modal sosial terbentuk mulai dari level kecil sampai ke populasi yang lebih luas. Kekuatan modal sosial ini juga sangat besar lengan berkuasa terhadap kesehatan ekonomi dan politik (Putnam, Robert D. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community, 2001).

Francis Fukuyama.
Fukuyama menegaskan bahwa social capital ialah syarat mutlak bagi terciptanya demokrasi yang stabil. Ia juga mengungkapkan bahwa modal sosial sangat besar lengan berkuasa pada efisiensi dari fungsi perekonomian modern.

Bagi Fukuyama, social capital ialah norma-norma yang membentuk jalinan kerjasama antara dua atau lebih individu. Norma ini bisa ialah interaksi antar individu, baik dalam bentuk yang sederhana menyerupai perkawanan, maupun yang lebih kompleks menyerupai keyakinan yang hidup dalam masyarakat.

Norma ini hidup berlandaskan pada kejujuran, komitmen, serta keterikatan satu sama lain, sehingga membentuk kerjasama dalam komunitas masyarakat. Lebih lanjut, Fukuyama membuktikan bahwa fungsi ekonomi dari social capital ialah untuk mengurangi biaya transaksi (transaction costs), atau dengan kata lain untuk meningkatkan efisiensi. Efisiensi ini bisa bermanifestasi menjadi bermacam-macam bentuk, menyerupai dalam prosedur kontrak kerjasama, hirarki organisasi, hukum birokrasi, dan lain-lain.

Oleh alasannya itu disimpulkan bahwa kekuatan modal sosial bisa menjadi perekat bagi perkembangan yang sehat untuk kehidupan ekonomi dan politik (Fukuyama, Francis. Social Capital and Civil Society, IMF Working Paper WP/00/74, 2000).

Neva R. Goodwin.
Sementara Goodwin dalam studinya membuktikan bahwa pembangunan jangka panjang membutuhkan peningkatan modal-modal secara produktif, baik berupa modal finansial (financial capital), modal alam (natural capital), modal fisik (produced capital), modal insan (human capital), serta modal sosial (social capital). Modal-modal tersebut mempersembahkan efek pada referensi produksi, distribusi, dan konsumsi.

Social capital sendiri digambarkan sebagai kepercayaan, kesepahaman bersama, norma, serta pengetahuan yang bisa mendorong acara dan koordinasi ekonomi. Social capital juga menjadi perekat bagi modal-modal lain dalam mengakselerasi proses ekonomi, sehingga bisa menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan.

Yang membedakan social capital dengan modal-modal yang lain adalah, keempat modal yang lain dipakai secara eksklusif dalam proses produksi, sehingga mengurangi jumlah, nilai, dan/atau kapasitas modal tersebut, sementara modal sosial tidak dipakai secara eksklusif dalam produksi dan tidak mengalami penurunan manfaat (Goodwin, Neva R. Five Kinds of Capital: Useful Concepts for Sustainable Development, G-DAE Working Paper No. 03-07, 2003).

The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menegaskan bahwa social capital ialah jaenteng yang terbentuk dengan norma, nilai kepercayaan, dan rasa saling pengertian, yang menjadi dasar kerjasama sebuah komunitas atau antar komunitas. Jaenteng ini ialah jembatan yang menghubungkan antara individu dalam sebuah komunitas maupun diantara komunitas (Organisation for Economic Co-operation and Development, The Well-being of Nations: The Role of Human and Social Capital, 2001).

Sebagai penutup, meskipun terdapat perdebatan dan perbedaan pandangan wacana konsep modal sosial (social capital), namun demikian ada benang merah yang menghubungkan banyak sekali pendapat yang sudah dirangkum diatas, yakni bahwa modal sosial memdiberi nilai dan bantuan yang bisa dimanfaatkan dalam perekonomian dan pembangunan. **


ARTIKEL TERKAIT :
Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus
Mengenal Konsep Cashless Society
Teori dan Konsep Dasar Negara Kesejahteraan (Welfare State)
Mengenal Konsep Gross National Happiness (GNH) dan Happiness Index

Posting Komentar untuk "Tinjauan Wacana Modal Sosial (Social Capital) Serta Kaitannya Dengan Ekonomi Dan Pembangunan"