Pertumbuhan Populasi Penduduk Dunia Beserta Permasalahannya
Berkaitan dengan kasus populasi, jikalau sebelumnya kita mempelajari fenomena penurunan populasi yang terjadi di Jepang, maka pada peluang kali ini kita akan melihat tren pertumbuhan penduduk secara global, kemudian memetakan permasalahan yang ditimbulkan oleh semakin banyaknya populasi penduduk.
Menurut data the United Nations Population Fund (UNFPA), pada 2015 terdapat total populasi penduduk sebesar 7,349 juta jiwa di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun semenjak 2010 sd 2015 sebesar 1.18% (www.unfpa.org).
Dari pertumbuhan populasi tersebut, apabila di break-down berdasarkan tingkat kemajuan suatu negara, hasilnya mengatakan bahwa pertumbuhan populasi lebih banyak terjadi di negara berkembang (1.36%) dan negara belum berkembang (2.38%), dibandingkan dengan yang terjadi di negara maju (0.29%).
Secara umum, peningkatan jumlah populasi terjadi apabila angka kelahiran (birth rate) lebih tinggi daripada angka janjkematian (death rate). Selain itu, pertambahan jumlah penduduk juga disokong oleh semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, terutama dibidang medis dan kedokteran yang bisa membuat obat-obatan dan vaksin, yang bisa mempersembahkan pencegahan dan pengobatan terhadap banyak sekali penyakit.
Alhasil, selain bisa menekan angka janjkematian akhir penyakit, kemajuan tersebut sekaligus turut andil dalam meningkatkan angka impian hidup (life expectancy).
Yang menarikdanunik ialah meskipun di negara berkembang dan negara belum berkembang, tingkat pertumbuhan populasi relatif tinggi, namun tingkat janjkematian pun tercatat lebih tinggi daripada yang terjadi di negara maju.
Hal ini terjadi akhir masih rendahnya usia impian hidup di negara-negara tersebut, terutama dipengaruhi oleh kurangnya standar kesehatan serta asupan nutrisi bergizi. melaluiataubersamaini alasan ini, keluarga cenderung mempunyai banyak anak untuk menjaga kemungkinan ada salah satu anak yang meninggal.
Alasan lain ialah masih relatif rendahnya tingkat pendidikan di beberapa negara berkembang dan belum berkembang, sehingga marak terjadi ijab kabul usia muda yang berpotensi meningkatkan jumlah populasi dengan cepat.
Sebaliknya di negara-negara maju, dimana standar dan kemudahan kesehatan relatif lebih bagus, orang renta cenderung menentukan mempunyai keluarga kecil, lantaran sudah tidak ada lagi kekhawatiran apabila ada anaknya yang mengalami sakit atau meninggal.
Lebih daripada itu, ada kesadaran orang renta untuk mempersembahkan pendidikan yang lebih tinggi kepada anak-anaknya. Ini berpotensi menunda angka ijab kabul usia dini. Pada akhirnya, kesehatan dan pendidikan yang layak bisa menghasilkan generasi yang lebih terdidik, serta mempunyai usia impian hidup yang lebih tinggi.
Penelitian juga mengatakan bahwa dinamika pertumbuhan penduduk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, kemiskinan, serta ketersediaan sumberdaya, baik fisik (misalnya infrastruktur untuk pembangunan), alam (termasuk hasil budidaya hutan, air, dan sebagainya), serta insan (meliputi kesehatan, pendidikan, dan keterampilan) (Cincicotta and Engelman. Economics and Rapid Change: The Influence of Population Growth, Population Action International, October, 2007).
Angka kelahiran yang tinggi dipercaya berkorelasi positif terhadap bertambahnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta upah minimum yang diterima oleh tenaga kerja. Alasannya ialah dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja yang tersedia (sementara jumlah lapangan kerja terbatas), membuat upah minimum menjadi tidak kompetitif.
Selain itu, banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor non-formal dengan pendapatan yang tidak bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Kemudian, semakin banyak angka kelahiran dalam suatu keluarga juga mengakibatkan semakin kecilnya peluang untuk diberinvestasi dan menabung, alasannya ialah pendapatan yang diperoleh mesti dialokasikan untuk memenuhi lebih banyak kebutuhan. Lebih jauh, kelahiran yang tinggi pun berdampak terhadap ketersediaan sumberdaya, lantaran terjadi peningkatan konsumsi (pangan, air, dan sebagainya).
Mengingat bahwa dampak negatif pertambahan populasi begitu nyata, maka diharapkan solusi untuk mengatasi duduk masalah ini. Berikut ialah beberapa metode yang diterapkan untuk menekan laju populasi penduduk:
Sebagai kesimpulan, pertumbuhan populasi penduduk dunia yang terlalu pesat akan menjadikan banyak duduk masalah yang multi-dimensi. **
UPDATE ARTIKEL (Senin, 11 September 2017):
Pertumbuhan populasi penduduk dunia hingga semester pertama 2017 mengalami dinamika yang patut kita cermati.
Dalam penelitiannya, Bloom mengungkap bahwa ketika ilmu kedokteran, ilmu kesehatan, serta teknologi belum berkembang pesat, angka pertumbuhan penduduk global bergerak secara lambat. Sebagai catatan, jumlah penduduk dunia pada pertama periode ke-19 berkisar di angka 1 miliar jiwa. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat pada 1920. Namun ketika memasuki periode ke-20, pertumbuhan penduduk mulai melaju pesat; pada 1960 saja, sudah ada 3 miliar orang yang mendiami plguat Bumi, kemudian meningkat lagi menjadi 7 miliar pada 2011.
Menariknya, pertumbuhan jumlah penduduk mulai melambat pada tahun-tahun diberikutnya. Pada 2016, jumlah penduduk dunia tercatat sebanyak 7.4 miliar jiwa, dan diperkirakan akan bertambah menjadi 8 miliar pada 2024, serta 10 miliar di 2056.
Studi juga mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi penduduk dunia, diantaranya ialah angka kelahiran (fertility rate), angka janjkematian (mortality rate), penuaan (aging), serta migrasi internasional (international migration). Berikut rinciannya:
Studi lain menyebut 5 negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia hingga dengan selesai 2016, yakni China (1.378 miliar), India (1.329 miliar), Amerika Serikat (324 juta jiwa), Indonesia (259 juta), dan Brazil (206 juta).
Apabila dilihat dari angka kelahiran per seribu penduduk, maka Niger menempati peringkat pertama dengan rata-rata 7.8 (sebagai catatan: terdapat sekitar 50% populasi penduduk Niger yang berusia kurang dari 15 tahun), peringkat selanjutnya ditempati oleh Sudan Selatan (6.7), Republik Demokratik Kongo (6.5), Chad (6.4), dan Somalia (6.4). Sementara negara dengan angka kelahiran terendah per seribu penduduk ialah Korea Selatan (1.2), Rumania (1.2), Singapura (1.2), Taiwan (1.2), dan Bosnia-Herzegovina (1.3).
Disamping itu, jikalau dilihat dari perbandingan antara negara maju dan negara yang belum maju (negara berkembang dan negara miskin), maka jumlah populasi penduduk di negara maju ialah 1.254 miliar; sedangkan populasi penduduk di negara berkembang dan miskin berkisar di angka 6.164 miliar.
Dari angka tersebut, angka kelahiran rata-rata per tahun di negara maju mencapai 13.71 juta, dan di negara-negara yang belum maju sekitar 133.46 juta. Sementara rata-rata angka janjkematian per tahun di negara maju sejumlah 34.46 ribu, dan di negara berkembang dan miskin tak kurang dari 122.75 ribu janjkematian per tahun (Population Reference Bureau. 2016 World Population Data Sheet, With A Special Focus on Human Needs and Sustainable Resources, 2016).
Lebih lanjut, Wan, Goodkind, dan Kowal menyatakan bahwa penduduk dunia yang berusia diatas 65 tahun pada 2012 mencapai 562 juta jiwa atau setara 8% total populasi global. Sedangkan pada 2015, angka tersebut melonjak menjadi 617 juta jiwa atau 8.5% total populasi dunia, dan diperkirakan akan terus melejit hingga 1.6 miliar atau 16.7% pada 2050 (proyeksi jumlah penduduk dunia pada tahun tersebut mencapai 9.4 miliar jiwa). Apabila di rata-rata, maka setiap tahun terdapat penambahan 27.1 juta orang yang memasuki usia 65 tahun.
Disisi lain, jumlah penduduk usia dibawah 20 tahun relatif konstan pada periode 2015-2050, yakni berkisar di angka 2.5-2.6 miliar jiwa. Sementara penduduk usia produktif (catatan: studi memakai range 20-64 tahun) akan bertambah secara stabil di kimasukan 25.6%, namun akan mengalami penurunan secara perlahan akhir menurunnya angka kelahiran dan membaiknya usia impian hidup.
Jika dilihat dari usia impian hidup, maka usia impian hidup rata-rata secara global mencapai 68.6 tahun pada 2015, dimana usia hidup wanita mencapai 70.7 tahun, dan pria di kimasukan 66.6 tahun. Sementara pada 2050, usia hidup rata-rata akan meningkat menjadi 76.2 tahun.
Negara-negara maju di daerah Eropa, Amerika Utara dan sebagian kecil Asia cenderung mempunyai usia impian hidup yang bisa mencapai lebih dari 77 tahun, sementara penduduk di wilayah Afrika rata-rata bisa hidup hingga usia 60 tahun (Wan He, Daniel Goodkind, and Paul Kowal. An Aging World: 2015, International Population Reports, U.S. Census Bureau, March 2016).
Dalam laporannya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (the United Nations) menyatakan bahwa hingga dengan semester pertama 2017, jumlah populasi penduduk dunia mencapai 7.6 miliar jiwa, dimana 4.5 miliar orang (setara 60%) tinggal di Benua Asia, 1.3 miliar atau 17% hidup di wilayah Afrika, 742 juta (10%) di daerah Eropa, 646 juta di Amerika Latin dan Karibia, serta 402 juta di Amerika Utara dan Oceania.
Jika dilihat dari kelompok usia, maka jumlah penduduk dunia dalam kelompok usia dibawah 15 tahun sebanyak 26%, usia produktif 15-59 tahun mencapai 61%, dan usia diatas 60 tahun sebesar 13%. Sementara dari jenis kelabuin, 50.4% penduduk dunia ialah pria dan 49.6% perempuan.
Apabila ditinjau dari usia impian hidup berdasarkan wilayah, maka rata-rata usia impian hidup pada 2010-2015 di daerah Amerika Utara berada di angka 79.2 tahun, Eropa mencapai 77.2 tahun, Asia 71.8 tahun, dan Afrika 60.2 tahun (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division. World Population Prospects: 2017 revision, Key Findings and Advance Tables, Working Paper No. ESA/P/WP/248, 2017).
Demikian perkembangan laju populasi penduduk global hingga ketika ini, kita akan terus melihat dinamika pertumbuhan penduduk dunia beserta persoalan-persoalan yang terkait didalamnya. ***
ARTIKEL TERKAIT :
Upaya China Mengatasi Laju Pertumbuhan Penduduk
Belajar dari Penurunan Populasi di Jepang
Fenomena Urbanisasi
Hakikat dan Permasalahan Distribusi Pendapatan (Income Distribution)
Menurut data the United Nations Population Fund (UNFPA), pada 2015 terdapat total populasi penduduk sebesar 7,349 juta jiwa di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun semenjak 2010 sd 2015 sebesar 1.18% (www.unfpa.org).
Dari pertumbuhan populasi tersebut, apabila di break-down berdasarkan tingkat kemajuan suatu negara, hasilnya mengatakan bahwa pertumbuhan populasi lebih banyak terjadi di negara berkembang (1.36%) dan negara belum berkembang (2.38%), dibandingkan dengan yang terjadi di negara maju (0.29%).
Secara umum, peningkatan jumlah populasi terjadi apabila angka kelahiran (birth rate) lebih tinggi daripada angka janjkematian (death rate). Selain itu, pertambahan jumlah penduduk juga disokong oleh semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, terutama dibidang medis dan kedokteran yang bisa membuat obat-obatan dan vaksin, yang bisa mempersembahkan pencegahan dan pengobatan terhadap banyak sekali penyakit.
Alhasil, selain bisa menekan angka janjkematian akhir penyakit, kemajuan tersebut sekaligus turut andil dalam meningkatkan angka impian hidup (life expectancy).
Yang menarikdanunik ialah meskipun di negara berkembang dan negara belum berkembang, tingkat pertumbuhan populasi relatif tinggi, namun tingkat janjkematian pun tercatat lebih tinggi daripada yang terjadi di negara maju.
Hal ini terjadi akhir masih rendahnya usia impian hidup di negara-negara tersebut, terutama dipengaruhi oleh kurangnya standar kesehatan serta asupan nutrisi bergizi. melaluiataubersamaini alasan ini, keluarga cenderung mempunyai banyak anak untuk menjaga kemungkinan ada salah satu anak yang meninggal.
Alasan lain ialah masih relatif rendahnya tingkat pendidikan di beberapa negara berkembang dan belum berkembang, sehingga marak terjadi ijab kabul usia muda yang berpotensi meningkatkan jumlah populasi dengan cepat.
Sebaliknya di negara-negara maju, dimana standar dan kemudahan kesehatan relatif lebih bagus, orang renta cenderung menentukan mempunyai keluarga kecil, lantaran sudah tidak ada lagi kekhawatiran apabila ada anaknya yang mengalami sakit atau meninggal.
Lebih daripada itu, ada kesadaran orang renta untuk mempersembahkan pendidikan yang lebih tinggi kepada anak-anaknya. Ini berpotensi menunda angka ijab kabul usia dini. Pada akhirnya, kesehatan dan pendidikan yang layak bisa menghasilkan generasi yang lebih terdidik, serta mempunyai usia impian hidup yang lebih tinggi.
Penelitian juga mengatakan bahwa dinamika pertumbuhan penduduk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, kemiskinan, serta ketersediaan sumberdaya, baik fisik (misalnya infrastruktur untuk pembangunan), alam (termasuk hasil budidaya hutan, air, dan sebagainya), serta insan (meliputi kesehatan, pendidikan, dan keterampilan) (Cincicotta and Engelman. Economics and Rapid Change: The Influence of Population Growth, Population Action International, October, 2007).
Angka kelahiran yang tinggi dipercaya berkorelasi positif terhadap bertambahnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta upah minimum yang diterima oleh tenaga kerja. Alasannya ialah dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja yang tersedia (sementara jumlah lapangan kerja terbatas), membuat upah minimum menjadi tidak kompetitif.
Selain itu, banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor non-formal dengan pendapatan yang tidak bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Kemudian, semakin banyak angka kelahiran dalam suatu keluarga juga mengakibatkan semakin kecilnya peluang untuk diberinvestasi dan menabung, alasannya ialah pendapatan yang diperoleh mesti dialokasikan untuk memenuhi lebih banyak kebutuhan. Lebih jauh, kelahiran yang tinggi pun berdampak terhadap ketersediaan sumberdaya, lantaran terjadi peningkatan konsumsi (pangan, air, dan sebagainya).
Mengingat bahwa dampak negatif pertambahan populasi begitu nyata, maka diharapkan solusi untuk mengatasi duduk masalah ini. Berikut ialah beberapa metode yang diterapkan untuk menekan laju populasi penduduk:
- melalui program keluarga berencana (family planning program). Program ini selain ditujukan untuk membatasi jumlah kelahiran dalam sebuah keluarga, sekaligus menyadarkan masyarakat untuk lebih mengutamakan kualitas perkembangan anak daripada mempunyai banyak anak.
- menyediakan pendidikan hingga jenjang tinggi (akademi, universitas) dengan biaya yang terjangkau dan/atau dengan mempersembahkan beasiswa, sehingga bisa membuat generasi muda yang lebih terdidik. Ini juga dalam rangka menunda terjadinya ijab kabul usia dini.
- menyediakan layanan kesehatan serta kemudahan kesehatan yang bisa diakses dimanapun, hal ini bertujuan untuk mencegah janjkematian pada bayi dan anak-anak, serta meningkatkan usia impian hidup.
- melalui peningkatan asupan gizi dan nutrisi, serta pemdiberian imunisasi, terutama kepada bayi dan bawah umur yang berada dalam masa pertumbuhan.
- melalui aktivitas pemeliharaan lingkungan biar bisa mempersembahkan manfaat positif, serta mengurangi ekploitasi lingkungan sehingga bisa terjaga kelestariannya hingga jangka panjang.
Sebagai kesimpulan, pertumbuhan populasi penduduk dunia yang terlalu pesat akan menjadikan banyak duduk masalah yang multi-dimensi. **
UPDATE ARTIKEL (Senin, 11 September 2017):
Pertumbuhan populasi penduduk dunia hingga semester pertama 2017 mengalami dinamika yang patut kita cermati.
Dalam penelitiannya, Bloom mengungkap bahwa ketika ilmu kedokteran, ilmu kesehatan, serta teknologi belum berkembang pesat, angka pertumbuhan penduduk global bergerak secara lambat. Sebagai catatan, jumlah penduduk dunia pada pertama periode ke-19 berkisar di angka 1 miliar jiwa. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat pada 1920. Namun ketika memasuki periode ke-20, pertumbuhan penduduk mulai melaju pesat; pada 1960 saja, sudah ada 3 miliar orang yang mendiami plguat Bumi, kemudian meningkat lagi menjadi 7 miliar pada 2011.
Menariknya, pertumbuhan jumlah penduduk mulai melambat pada tahun-tahun diberikutnya. Pada 2016, jumlah penduduk dunia tercatat sebanyak 7.4 miliar jiwa, dan diperkirakan akan bertambah menjadi 8 miliar pada 2024, serta 10 miliar di 2056.
Studi juga mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi penduduk dunia, diantaranya ialah angka kelahiran (fertility rate), angka janjkematian (mortality rate), penuaan (aging), serta migrasi internasional (international migration). Berikut rinciannya:
- Angka kelahiran (fertility rate). Angka kelahiran mengalami penurunan bila dibandingkan dengan beberapa dekade lalu. Pada 1950’an, rata-rata wanita melahirkan 5 anak; namun ketika ini, angka tersebut turun menjadi 2.5. Kesadaran akan kesehatan perempuan, efektif'nya aktivitas Keluarga Berencana (family planning), serta faktor ekonomi menjadi alasan bagi turunnya angka kelahiran bayi.
- Angka janjkematian (mortality rate). Angka janjkematian per tahun terus mengalami penurunan, dari 19.2 janjkematian pada setiap 1000 orang di periode 1950-1955 menjadi 7.8 janjkematian di 2016. Penemuan obat-obatan (vaksin), kemudahan kesehatan yang terus bertambah dengan teknologi modern, persediaan air membersihkan, serta infrastruktur yang baik, ialah faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan angka kematian.
- Penuaan (aging) akan selalu dikaitkan dengan performa perekonomian negara, yakni menurunnya produktivitas kerja, berkurangnya jumlah tenaga kerja produktif, dan penurunan pertumbuhan ekonomi. China ialah salah satu negara yang menghadapi problem penuaan, sehingga diperkirakan mulai 2022, India akan mengungguli China dalam hal total jumlah penduduk di satu negara.
- Migrasi Internasional (international migration). Perpindahan penduduk antar negara juga mempengaruhi pertumbuhan populasi global. Mengenai topik ini sudah dibahas dalam artikel Mencermati Persoalan Imigrasi (International Immigration).
Studi lain menyebut 5 negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia hingga dengan selesai 2016, yakni China (1.378 miliar), India (1.329 miliar), Amerika Serikat (324 juta jiwa), Indonesia (259 juta), dan Brazil (206 juta).
Apabila dilihat dari angka kelahiran per seribu penduduk, maka Niger menempati peringkat pertama dengan rata-rata 7.8 (sebagai catatan: terdapat sekitar 50% populasi penduduk Niger yang berusia kurang dari 15 tahun), peringkat selanjutnya ditempati oleh Sudan Selatan (6.7), Republik Demokratik Kongo (6.5), Chad (6.4), dan Somalia (6.4). Sementara negara dengan angka kelahiran terendah per seribu penduduk ialah Korea Selatan (1.2), Rumania (1.2), Singapura (1.2), Taiwan (1.2), dan Bosnia-Herzegovina (1.3).
Disamping itu, jikalau dilihat dari perbandingan antara negara maju dan negara yang belum maju (negara berkembang dan negara miskin), maka jumlah populasi penduduk di negara maju ialah 1.254 miliar; sedangkan populasi penduduk di negara berkembang dan miskin berkisar di angka 6.164 miliar.
Dari angka tersebut, angka kelahiran rata-rata per tahun di negara maju mencapai 13.71 juta, dan di negara-negara yang belum maju sekitar 133.46 juta. Sementara rata-rata angka janjkematian per tahun di negara maju sejumlah 34.46 ribu, dan di negara berkembang dan miskin tak kurang dari 122.75 ribu janjkematian per tahun (Population Reference Bureau. 2016 World Population Data Sheet, With A Special Focus on Human Needs and Sustainable Resources, 2016).
Lebih lanjut, Wan, Goodkind, dan Kowal menyatakan bahwa penduduk dunia yang berusia diatas 65 tahun pada 2012 mencapai 562 juta jiwa atau setara 8% total populasi global. Sedangkan pada 2015, angka tersebut melonjak menjadi 617 juta jiwa atau 8.5% total populasi dunia, dan diperkirakan akan terus melejit hingga 1.6 miliar atau 16.7% pada 2050 (proyeksi jumlah penduduk dunia pada tahun tersebut mencapai 9.4 miliar jiwa). Apabila di rata-rata, maka setiap tahun terdapat penambahan 27.1 juta orang yang memasuki usia 65 tahun.
Disisi lain, jumlah penduduk usia dibawah 20 tahun relatif konstan pada periode 2015-2050, yakni berkisar di angka 2.5-2.6 miliar jiwa. Sementara penduduk usia produktif (catatan: studi memakai range 20-64 tahun) akan bertambah secara stabil di kimasukan 25.6%, namun akan mengalami penurunan secara perlahan akhir menurunnya angka kelahiran dan membaiknya usia impian hidup.
Jika dilihat dari usia impian hidup, maka usia impian hidup rata-rata secara global mencapai 68.6 tahun pada 2015, dimana usia hidup wanita mencapai 70.7 tahun, dan pria di kimasukan 66.6 tahun. Sementara pada 2050, usia hidup rata-rata akan meningkat menjadi 76.2 tahun.
Negara-negara maju di daerah Eropa, Amerika Utara dan sebagian kecil Asia cenderung mempunyai usia impian hidup yang bisa mencapai lebih dari 77 tahun, sementara penduduk di wilayah Afrika rata-rata bisa hidup hingga usia 60 tahun (Wan He, Daniel Goodkind, and Paul Kowal. An Aging World: 2015, International Population Reports, U.S. Census Bureau, March 2016).
Dalam laporannya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (the United Nations) menyatakan bahwa hingga dengan semester pertama 2017, jumlah populasi penduduk dunia mencapai 7.6 miliar jiwa, dimana 4.5 miliar orang (setara 60%) tinggal di Benua Asia, 1.3 miliar atau 17% hidup di wilayah Afrika, 742 juta (10%) di daerah Eropa, 646 juta di Amerika Latin dan Karibia, serta 402 juta di Amerika Utara dan Oceania.
Jika dilihat dari kelompok usia, maka jumlah penduduk dunia dalam kelompok usia dibawah 15 tahun sebanyak 26%, usia produktif 15-59 tahun mencapai 61%, dan usia diatas 60 tahun sebesar 13%. Sementara dari jenis kelabuin, 50.4% penduduk dunia ialah pria dan 49.6% perempuan.
Apabila ditinjau dari usia impian hidup berdasarkan wilayah, maka rata-rata usia impian hidup pada 2010-2015 di daerah Amerika Utara berada di angka 79.2 tahun, Eropa mencapai 77.2 tahun, Asia 71.8 tahun, dan Afrika 60.2 tahun (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division. World Population Prospects: 2017 revision, Key Findings and Advance Tables, Working Paper No. ESA/P/WP/248, 2017).
Demikian perkembangan laju populasi penduduk global hingga ketika ini, kita akan terus melihat dinamika pertumbuhan penduduk dunia beserta persoalan-persoalan yang terkait didalamnya. ***
ARTIKEL TERKAIT :
Upaya China Mengatasi Laju Pertumbuhan Penduduk
Belajar dari Penurunan Populasi di Jepang
Fenomena Urbanisasi
Hakikat dan Permasalahan Distribusi Pendapatan (Income Distribution)
Posting Komentar untuk "Pertumbuhan Populasi Penduduk Dunia Beserta Permasalahannya"