Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemikiran Christian Wolff, Auguste Comte Dan Karl Raimund Popper Perihal Pembagian Terstruktur Mengenai Ilmu



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang 
Pengetahuan ialah hasil proses dari perjuangan insan untuk tahu. Berbedanya cara dalam mendapat pengetahuan tersebut serta ihwal apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya. Pengetahuan dikembangkan insan disebabkan dua hal utama yakni, pertama, insan mempunyai bahasa yang bisa mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua ialah kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir menyerupai ini disebut penalaran.
Penalaran ialah suatu proses berpikir dalam menarikdanunik sesuatu  kesimpulan yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan kebijaksanaan budi itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu penarikan  kesimpulan gres dianggap sahih (valid) bila proses penarikannya dilakukan berdasarkan cara tertentu tersebut. Teknik penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas sanggup didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya ialah ilmu. Ilmu ialah kepingan dari pengetahuan yang objek telaahnya ialah dunia empiris dan proses pendapatkan pengetahuannya sangat ketat yaitu memakai metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut ialah dunia empiris yang ialah sumber dari ilmu itu sendiri Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Ada beberapa pandangan yang terkait dengan pembagian terstruktur mengenai ilmu pengetahuan sebagai diberikut : Christian Wolff, Auguste Comte dan Karl Raimund Popper.
Dari paparan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menggali lebih dalam lagi ihwal pembagian terstruktur mengenai ilmu oleh para tokoh filsafat ilmu tersebut yaitu Christian Wolff, Auguste Comte dan Karl Raimund Popper pada kepingan selanjutnya.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pemikiran Christian Wolff ihwal pembagian terstruktur mengenai ilmu?
2.      Bagaimana pemikiran Auguste Comte ihwal pembagian terstruktur mengenai ilmu?
3.      Bagaimana pemikiran Karl Raimund Popper ihwal pembagian terstruktur mengenai ilmu?










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Christian Wolff (1679-1754)
Christian Wolff ialah seorang filsuf Jerman yang besar lengan berkuasa besar dalam gerakan rasionalisme sekular di Jerman pada pertama kala ke-18. Meskipun Wolff berasal dari keluarga Lutheran, namun pendidikannya di sekolah Katolik menciptakannya mengenal pemikiran Aquinas dan Suárez. Studinya di Leipzig membuat Wolff berkenalan dengan pemikiran Leibniz dan sempat berkirim surat dengan filsuf tersebut. Pada tahun 1706, Wolff mengajar matematika di Halle dan pada tahun 1709, ia mulai mengajar filsafat. Ia meninggal pada tahun 1754.[1]
Pemikiran Wolff intinya ialah pengembangan dari filsafat Leibniz dengan menerapkannya terhadap segala bidang ilmu pengetahuan. Ia mengupayakan biar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti. Untuk itu, filsafat harus disertai dengan pengertian-pengertian yang terperinci dan bukti-bukti yang kuat. Suatu sistem filsafat haruslah meliputi gagasan-gagasan yang terperinci dan penguraian yang baik. Wolff berjasa dalam membuat filsafat menarikdanunik perhatian masyarakat umum.[2]
Wolff lebih dikenal sebagai pembela setia ajaran-ajaran Leibnitz, namun disamping itu juga cukup gigih menyebarkan logika-matematika system filsafat yang terkait dengan banyak sekali lapangan pengetahuan dengan memakai masukana metode deduktif menyerupai yang digunakan dalam matematik. Wolff menerangkan pokok-pokok pikirannya terkena pembagian terstruktur mengenai ilmu pengetahuan itu sebagai diberikut :
1.      melaluiataubersamaini mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita sanggup menemukan sifat yang benar dari alam semesta.
2.      Pengetahuan kemanusian terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis.
3.      Ilmu-ilmu murni dan filsafat simpel sekaligus ialah produk metode berpikir deduktif.
4.      Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berpikir.
5.      Jiwa insan dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga, yaitu mengetahui, menghendaki, dan merasakan.[3]

B.  Auguste Comte (1791-1857)
Auguste Comte mempunyai nama panjang Isidore Marie Auguste François Xavier Comte. Dia lahir di Montpellier, Perancis pada tanggal 17 Januari 1798 dan meninggal di Paris, pada tanggal 5 September 1857 ketika umur 59 tahun. Auguste Comte ialah seorang filsuf Perancis yang dikenal lantaran memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun dasar yang digunakan oleh akademisi ketika ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai masukana dalam memperoleh kebenaran.[4]
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menyampaikan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih lampau. Kemudian disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin usang semakin rumit atau kompeks dan semakin konkret. Oleh lantaran dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai diberikut:[5]
1.      Ilmu Pasti (Matematika)
Ilmu niscaya ialah dasar bagi tiruana ilmu pengetahuan. melaluiataubersamaini metode-metode yang dipergunakan melalui ilmu pasti, kita akan memperoleh pengetahuan ihwal sesuatu yang sebenarnya.
2.      Ilmu Perbintangan (Astronomi)
melaluiataubersamaini didasari rumus-rumus ilmu pasti, maka ilmu perbintangan sanggup menyusun hukum-hukum yang bersangkutan dengan gejala-gejala benda langit.
3.      Ilmu Alam (Fisika)
Ilmu alam ialah ilmu yang lebih tinggi dari pada ilmu perbintangan, maka pengetahuan terkena benda-benda langit ialah dasar bagi pemahaman gejala-gejala dunia anorganik.[6]
4.      Ilmu Kimia (Chemistry)
Gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks dari ilmu alam, dan ilmu kimia mempunyai kaitan dengan ilmu hayat (biologi) bahkan juga dengan sosiologi.
5.      Ilmu Hayat (Fisologi atau Biologi)
Ilmu hayat (biologi) ialah ilmu yang kompleks dan berhadapan dengan gejala-gejala kehidupan. Ini tidak sama dengan ilmu-ilmu sebelumnya menyerupai ilmu niscaya , ilmu perbintangan, ilmu alam, dan ilmu kimia yang sudah berada pada tahap positif.
6.      Fisika Sosial (Sosiologi)
Fisika sosial ialah urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan. Fisika sosial sebagai ilmu berhadapan dengan gejala-gejala yang paling kompleks, paling konkret, paling nyata dan khusus.[7]

C.  Karl Raimund Popper
Karl Popper lahir di Wina, Austria. Ia dikenal sebagai filsuf yang sangat besar lengan berkuasa dibidang sains dan politik. Sedemikian pengaruhnya sehingga Sir Peter Medewar, peraih nobel bidang kedokteran, menyampaikan bahwa Karl Popper tak ada duanya sebagai filsuf ilmu terbesar yang pernah ada. Tak spesialuntuk Medewar, J. Monod dan Sir John Eccles, peraih nobel, juga mengakuinya. Karl Popper, selain jago dibidang sains dan politik, juga dikenal sebagai seorang yang jago matematika dan astronomi teoritis. Buku yang paling besar lengan berkuasa ialah The Open Society and Its Enemies (1950).[8]
Beberapa gagasan dasar lingkungan wina. Pertama tama-tama ia ,menentang pembedaan antara ungkapan yang disebut bermakna (meaningful) dari yang tidak bermakna (meaningless) berdasarkan kriterium sanggup tidak nya di benarkan secara empiris. Pokok demarkasi terletak pada ada tidaknya dasar empiris bagi ungkapan bersangkutan. Poper tidak sanggup di tentukan berdasarkan asas pembenaran yang dianut positivisme logis. Ciri ilmiah ialah bahwa sanggup di buktikan salah (it can be falsified) untuk mencapai pandangan ini poper memakai kebenaran logis yang bersama-sama sederhana sekali. Dalam perkataan popper sendiri : “melaluiataubersamaini observasi terhadap angsa-angsa putih, betapapun besar jumlahnya, orang tidak sanggup hingga pada kesimpulan bahwa tiruana belibis berwarna putih, tetapi sementara itu cukup satu kali observasi terhadap seujung belibis hitam untuk menyangkal pendapat tadi.[9]
Menurut Popper dengan cara itulah hukum-hukum ilmiah berlaku : bahwa bukannya sanggup dibenarkan melainkan sanggup dibuktikan salah. Popper beranggapan bahwa suatu teori gres akan diterima bila sudah ternyata bahwa ia sanggup meruntuhkan teori usang yang ada sebelumnya. Pengujian kedua kekuatan teori itu akan dilakukan melalui suatu tes empiris, yaitu tes yang direncanakan untuk mengambarkan salah apa yang diujinya. Disini pengetahuan maju bukan lantaran akumulasi pengetahuan, melainkan lewat proses eliminasi yang semakin keras terhadap kemungkinan kekeliruan dan kesalahan. Maka ilmu pengetahuan maju dengan cara kian mendekati. Ini berarti menyangkut error elimination terus-menerus.[10]
Kerapkali epistemologi Popper dijuluki epistemologi pemecahan masalah. Menurut Popper suatu pengetahuan akan dipertamai dengan suatu masalah. Untuk memecahkan problem tersebut diajukanlah sebuah teori yang tentative sifatnya. Kalau teori tersebut sesuai dan berdaya guna, ia sanggup menyingkirkan kekeliruan dan kesalahan yang menjadikan problem tadi. Maka dari itu, kiranya menjadi terperinci juga bahwa hasil eksklusif kemajuan ilmu ialah negative, sedangkan hasil positif intinya selalu bersifat sementara.[11]
Popper mengemukakan bahwa system ilmu pengetahuan insan sanggup dikelompokkan kedalam tiga dunia (World), yaitu Dunia 1, Dunia 2, dan Dunia 3. Popper menyatakan bahwa Dunia 1 ialah kenyataan fisis dunia, sedangkan Dunia 2 ialah insiden dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan dunia 3 yaitu segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan insan dan hasil kerjasama antara dunia 1 dan dunia 2 serta seluruh bidang.[12]
















BAB II
PENUTUP

Simpulan:
Ada beberapa pandangan ihwal pembagian terstruktur mengenai ilmu pengetahuan berdasarkan Christian Wolff, Auguste Comte dan Karl Raimund Popper yaitu:
·         Menurut Christian Wolff pokok pikirannya pembagian terstruktur mengenai ilmu pengetahuan ialah:
1.      melaluiataubersamaini mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita sanggup menemukan sifat yang benar dari alam semesta.
2.      Pengetahuan kemanusian terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis.
3.      Ilmu-ilmu murni dan filsafat simpel sekaligus ialah produk metode berpikir deduktif.
4.      Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berpikir.
5.      Jiwa insan dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga, yaitu mengetahui, menghendaki, dan merasakan.
·         Menurut Auguste Comte penggolongan ilmu pengetahuan adalah:
1.      Ilmu Pasti (Matematika)
2.      Ilmu Perbintangan (Astronomi)
3.      Ilmu Alam (Fisika)
4.      Ilmu Kimia (Chemistry)
5.      Ilmu Hayat (Fisologi atau Biologi)
6.      Fisika Sosial (Sosiologi)
·         Sedangkan berdasarkan Karl Raimund Popper mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan insan sanggup dikelompokkan ke dalam tiga dunia (World), yaitu Dunia 1, Dunia 2, dan Dunia 3.

















DAFTAR PUSTAKA

Anne Ahira, http://www.anneahira.com/tokoh-tokoh-sosiologi-dunia.htm diakses Sabtu, 16 November 2013.
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Haryono Imam, C. Verhaak R., Filsafat Ilmu Pengetahuan,  Jakarta: PT. Gramedia, 1995.
Maksum, Ali, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: PT. Ar-Ruzz Media, 2011.
Munstansyir, Rizal & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Cet. 3, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.



[1] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h. 63.
[2] ibid
[3] Rizal Munstansyir & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet 3, h. 144.
[4] Anne Ahira, http://www.anneahira.com/tokoh-tokoh-sosiologi-dunia.htm diakses Sabtu, 16 November 2013, jam 15:30 Wib.
[5] Rizal Munstansyir & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, op.cit., h. 145
[6] Ibid, h. 146
[7] Ibid,  h. 148

[8] Ali Maksum, Pengantar Filsafat, ( Yogyakarta: PT. Ar-Ruzz Media, 2011). h. 220
[9] ibid
[10] ibid
[11] C. Verhaak R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan,  (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), h. 158.
[12] ibid

Posting Komentar untuk "Pemikiran Christian Wolff, Auguste Comte Dan Karl Raimund Popper Perihal Pembagian Terstruktur Mengenai Ilmu"