Melihat Progress Pelaksanaan Sdgs (The Sustainable Development Goals)
Sejak agenda the Sustainable Development Goals (SDGs) dicanangkan pada 25 September 2015, banyak negara berupaya mencapai samasukan yang ditargetkan.
Lantas, bagaimana progress pelaksanaan agenda SDGs?
Dalam goresan pena ini kita akan melihat perkembangannya.
Dalam laporannya, PBB mencatat banyak sekali pencapaian kasatmata beserta tantangan dalam mewujudkan impian SDGs.
Beberapa pokok pikiran tersebut terangkum sebagai diberikut.
Untuk masalah pemberantasan kemiskinan, terdapat 767 juta insan (11%) berada dalam kemiskinan ekstrim (penghasilan dibawah US$ 1.90 per hari) pada 2013, turun dari 1999 yang mencapai 1.7 miliar jiwa (28%)..
Dalam perjuangan pengentasan kelaparan, terjadi penurunan penduduk yang menderita kurang gizi dari 15% di 2000-2002 menjadi 11% pada 2014-2016.
Terdapat 793 juta penduduk menderita kurang gizi pada 2014-2016, turun dari 930 juta jiwa di 2000-2002. Adapun peristiwa malnutrisi terparah berada di Asia dan Sub-Sahara Afrika yang mencapai 63% populasi.
Terkait kesehatan, pada 2000-2012, kematian ibu melahirkan turun 37% dan kematian anak balita berkurang 44%, tetapi masih ada 303,000 wanita meninggal selama hamil atau ketika melahirkan dan 5.9 juta anak balita meninggal pada 2015.Kasus tersebut diatas terutama disebabkan oleh faktor yang bahwasanya bisa dicegah.
Insiden HIV turun hingga 17% dan malaria 41%. Sementara pada 2013, sekitar 1.25 juta orang meninggal lantaran kecelakaan lalu-lintas, meningkat 13% semenjak 2000.
Mengenai pendidikan, terdapat 2 dari 3 anak yang berpeluang mengenyam pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah dasar pada 2014. Akan tetapi, di negara miskin perbandingan tersebut spesialuntuk 4 diantara 10 anak.
Dalam hal kesetaraan gender, kekerasan dalam rumah tangga masih menjadi masalah yang susah untuk diatasi. Sementara pada 2000, 1 dari 3 wanita sudah berkeluarga sebelum usia 18 tahun.
Selain itu, mutilasi organ kelabuin wanita terjadi di 30 negara pada 2015, sebesar 35% dari jumlah gadis berusia 15-19 tahun.
Pada gosip ketersediaan sumber air membersihkan dan energi, di 2015 ada 5.2 miliar insan (71% populasi) sudah mendapatkan saluran air membersihkan, sementara 2 miliar lainnya hidup dengan keterbatasan masukana air membersihkan.
Di 2014 ada 85.3% penduduk dunia yang mendapatkan saluran listrik, namun sekitar 1.06 miliar lainnya tidak terjangkau akomodasi listrik.
Untuk masalah pertumbuhan ekonomi, rata-rata pertumbuhan GDP per kapita setiap tahun meningkat dari 0.9% pada 2005-2009, menjadi 1.6% di 2010-2015. Sementara tingkat pengangguran menurun dari 6.1% di 2010 menjadi 5.7% pada 2016.
Dari infrastruktur, industrialisasi, dan inovasi, industri transportasi udara berkontribusi sekitar US$ 2.7 triliun (3.5% GDP global), di 2015. Total investasi pada research and development (R&D) meningkat rata-rata 4.5% per tahun di 2000-2014.
Dalam hal kesetaraan antar negara, terjadi peningkatan pendapatan nasional di negara miskin. Ini mengindikasikan adanya perbaikan taraf hidup, sekaligus penurunan ketimpangan pendapatan dengan negara maju.
Mengenai kelayakan hunian, hampir 4 miliar penduduk tinggal di kota pada 2015. Dari jumlah tersebut, 9 dari 10 orang menghirup udara yang tercemar dan berbahaya bagi kesehatan.
Dalam isu lingkungan, angka kematian jawaban musibah mengalami peningkatan. Tercatat lebih dari 1.6 juta orang kehilangan nyawa pada periode 1990-2015, sedangkan kerugian ekonomi jawaban musibah mencapai US$ 250-300 miliar setiap tahunnya.
Namun demikian, sudah banyak negara yang menerapkan seni administrasi pencegahan dan penanggulangan musibah (disaster management system).
Sementara keberadaan lahan hutan menyusut dari 31.6% di 1990 menjadi 30.6% di 2015 (United Nations, The Sustainable Development Goals Report 2017).
Penelitian lain memakai indeks SDG untuk mengidentifikasi skala prioritas dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan SDGs.
Dari studi terhadap 157 negara, terlihat bahwa sebagian besar negara bisa menghasilkan progress kasatmata pada bidang sosio-ekonomi, menyerupai kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pembangunan infrastruktur, dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan isu lingkungan menjadi tantangan yang secara umum masih dihadapi oleh banyak negara.
Adapun negara-negara yang sudah melaksanakan agenda SDGs dengan baik diantaranya Swedia, Denmark, Finlandia, dan Norwegia.
Sementara Madagaskar, Lidiberia, Republik Demokratik Kongo, Chad, dan Republik Afrika Tengah menjadi kelompok negara dengan sedikit pencapaian.
Untuk kelompok negara anggota OECD (the Organisation for Economic Co-operation and Development), menyerupai Australia, Kanada, Belgia, Jerman, dan Yunani, tantangan terbesar yang dihadapi yakni masalah produksi dan konsumsi jangka panjang, serta tantangan perubahan iklim.
Sementara untuk penanggulangan kemiskinan sudah mempersembahkan hasil yang signifikan.
Negara-negara di tempat Asia Selatan dan Timur, menyerupai Indonesia, China, India, Sri Lanka, dan Bhutan menghadapi banyak tantangan terkait masalah kemiskinan, kesehatan dan standar kehidupan layak, ketersediaan infrastruktur, serta institusi yang kuat dan membersihkan.
Sementara negara-negara di wilayah Asia Tengah dan Eropa Timur, menyerupai Afghanistan, Albania, Kroasia, Siprus, dan Bulgaria, sebagian besar bisa mengatasi masalah kemiskinan; namun untuk standar kelayakan hidup dan kesehatan, serta tersedianya institusi yang kuat belum terealisasi dengan baik.
Sedangkan negara-negara di tempat Amerika Selatan dan Karibia, menyerupai Argentina, Bolivia, Brazil, Haiti, dan Jamaika, masih menghadapi tantangan besar dalam masalah ketimpangan pendapatan, standar hidup layak dan kesehatan, infrastruktur yang memadai, serta institusi yang mendukung tata kelola pemerintahan yang membersihkan.
Negara-negara di wilayah Timur-Tengah dan Afrika Utara, menyerupai Kuwait, Irak, Mesir, Qatar, dan Arab Saudi utamanya menghadapi masalah kesetaraan gender, ketersediaan air membersihkan, penanganan kelaparan, serta gosip perdamaian.
Negara negara Sub-Sahara Afrika, menyerupai Angola, Burundi, Kamerun, Ghana, dan Kenya ialah kelompok negara yang paling tertinggal dalam pelaksanaan agenda SDGs, baik dilihat dari masalah kemiskinan, pemberantasan kelaparan, standar kehidupan yang layak dan kesehatan, kualitas pendidikan, kesetaraan gender, serta masalah besar lainnya.
Data-data diatas menegaskan bahwa:
Demikian progress terkini terkait pelaksanaan agenda SDGs. **
UPDATE ARTIKEL (Selasa, 18 Desember 2018):
Terdapat perkembangan signifikan atas pelaksanaan agenda SDGs hingga simpulan 2018, berdasarkan studi PBB. Berikut beberapa diantaranya:
Tujuan Ke-1:
Tujuan ke-2:
Tujuan ke-3:
Tujuan ke-4:
Tujuan ke-5:
Tujuan ke-6:
Tujuan ke-7:
Tujuan ke-8:
Tujuan ke-9:
Tujuan ke-10:
Tujuan ke-11:
Tujuan ke-12:
Tujuan ke-13:
Tujuan ke-14:
Tujuan ke-15:
Tujuan ke-16:
Tujuan ke-17:
Demikian perkembangan pelaksanaan agenda SDGs hingga dengan 2018. Kita akan terus memantau perkembangan diberikutnya. ***
ARTIKEL TERKAIT :
SDGs: Perdamaian, Keadilan, dan Kerjasama Global untuk Pembangunan Jangka Panjang
SDGs: gosip perubahan iklim, sumberdaya kelautan, dan ekosistem bumi
SDGs: Ketidaksetaraan didalam dan antar Negara, Masalah Perkotaan dan Hunian Layak, serta Pola Konsumsi dan Produksi
Sumberdaya Air, Energi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Infrastruktur pada Sustainable Development Goals
Lantas, bagaimana progress pelaksanaan agenda SDGs?
Dalam goresan pena ini kita akan melihat perkembangannya.
Dalam laporannya, PBB mencatat banyak sekali pencapaian kasatmata beserta tantangan dalam mewujudkan impian SDGs.
Beberapa pokok pikiran tersebut terangkum sebagai diberikut.
Untuk masalah pemberantasan kemiskinan, terdapat 767 juta insan (11%) berada dalam kemiskinan ekstrim (penghasilan dibawah US$ 1.90 per hari) pada 2013, turun dari 1999 yang mencapai 1.7 miliar jiwa (28%)..
Dalam perjuangan pengentasan kelaparan, terjadi penurunan penduduk yang menderita kurang gizi dari 15% di 2000-2002 menjadi 11% pada 2014-2016.
Terdapat 793 juta penduduk menderita kurang gizi pada 2014-2016, turun dari 930 juta jiwa di 2000-2002. Adapun peristiwa malnutrisi terparah berada di Asia dan Sub-Sahara Afrika yang mencapai 63% populasi.
Terkait kesehatan, pada 2000-2012, kematian ibu melahirkan turun 37% dan kematian anak balita berkurang 44%, tetapi masih ada 303,000 wanita meninggal selama hamil atau ketika melahirkan dan 5.9 juta anak balita meninggal pada 2015.Kasus tersebut diatas terutama disebabkan oleh faktor yang bahwasanya bisa dicegah.
Insiden HIV turun hingga 17% dan malaria 41%. Sementara pada 2013, sekitar 1.25 juta orang meninggal lantaran kecelakaan lalu-lintas, meningkat 13% semenjak 2000.
Mengenai pendidikan, terdapat 2 dari 3 anak yang berpeluang mengenyam pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah dasar pada 2014. Akan tetapi, di negara miskin perbandingan tersebut spesialuntuk 4 diantara 10 anak.
Dalam hal kesetaraan gender, kekerasan dalam rumah tangga masih menjadi masalah yang susah untuk diatasi. Sementara pada 2000, 1 dari 3 wanita sudah berkeluarga sebelum usia 18 tahun.
Selain itu, mutilasi organ kelabuin wanita terjadi di 30 negara pada 2015, sebesar 35% dari jumlah gadis berusia 15-19 tahun.
Pada gosip ketersediaan sumber air membersihkan dan energi, di 2015 ada 5.2 miliar insan (71% populasi) sudah mendapatkan saluran air membersihkan, sementara 2 miliar lainnya hidup dengan keterbatasan masukana air membersihkan.
Di 2014 ada 85.3% penduduk dunia yang mendapatkan saluran listrik, namun sekitar 1.06 miliar lainnya tidak terjangkau akomodasi listrik.
Untuk masalah pertumbuhan ekonomi, rata-rata pertumbuhan GDP per kapita setiap tahun meningkat dari 0.9% pada 2005-2009, menjadi 1.6% di 2010-2015. Sementara tingkat pengangguran menurun dari 6.1% di 2010 menjadi 5.7% pada 2016.
Dari infrastruktur, industrialisasi, dan inovasi, industri transportasi udara berkontribusi sekitar US$ 2.7 triliun (3.5% GDP global), di 2015. Total investasi pada research and development (R&D) meningkat rata-rata 4.5% per tahun di 2000-2014.
Dalam hal kesetaraan antar negara, terjadi peningkatan pendapatan nasional di negara miskin. Ini mengindikasikan adanya perbaikan taraf hidup, sekaligus penurunan ketimpangan pendapatan dengan negara maju.
Mengenai kelayakan hunian, hampir 4 miliar penduduk tinggal di kota pada 2015. Dari jumlah tersebut, 9 dari 10 orang menghirup udara yang tercemar dan berbahaya bagi kesehatan.
Dalam isu lingkungan, angka kematian jawaban musibah mengalami peningkatan. Tercatat lebih dari 1.6 juta orang kehilangan nyawa pada periode 1990-2015, sedangkan kerugian ekonomi jawaban musibah mencapai US$ 250-300 miliar setiap tahunnya.
Namun demikian, sudah banyak negara yang menerapkan seni administrasi pencegahan dan penanggulangan musibah (disaster management system).
Sementara keberadaan lahan hutan menyusut dari 31.6% di 1990 menjadi 30.6% di 2015 (United Nations, The Sustainable Development Goals Report 2017).
Penelitian lain memakai indeks SDG untuk mengidentifikasi skala prioritas dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan SDGs.
Dari studi terhadap 157 negara, terlihat bahwa sebagian besar negara bisa menghasilkan progress kasatmata pada bidang sosio-ekonomi, menyerupai kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pembangunan infrastruktur, dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan isu lingkungan menjadi tantangan yang secara umum masih dihadapi oleh banyak negara.
Adapun negara-negara yang sudah melaksanakan agenda SDGs dengan baik diantaranya Swedia, Denmark, Finlandia, dan Norwegia.
Sementara Madagaskar, Lidiberia, Republik Demokratik Kongo, Chad, dan Republik Afrika Tengah menjadi kelompok negara dengan sedikit pencapaian.
Untuk kelompok negara anggota OECD (the Organisation for Economic Co-operation and Development), menyerupai Australia, Kanada, Belgia, Jerman, dan Yunani, tantangan terbesar yang dihadapi yakni masalah produksi dan konsumsi jangka panjang, serta tantangan perubahan iklim.
Sementara untuk penanggulangan kemiskinan sudah mempersembahkan hasil yang signifikan.
Negara-negara di tempat Asia Selatan dan Timur, menyerupai Indonesia, China, India, Sri Lanka, dan Bhutan menghadapi banyak tantangan terkait masalah kemiskinan, kesehatan dan standar kehidupan layak, ketersediaan infrastruktur, serta institusi yang kuat dan membersihkan.
Sementara negara-negara di wilayah Asia Tengah dan Eropa Timur, menyerupai Afghanistan, Albania, Kroasia, Siprus, dan Bulgaria, sebagian besar bisa mengatasi masalah kemiskinan; namun untuk standar kelayakan hidup dan kesehatan, serta tersedianya institusi yang kuat belum terealisasi dengan baik.
Sedangkan negara-negara di tempat Amerika Selatan dan Karibia, menyerupai Argentina, Bolivia, Brazil, Haiti, dan Jamaika, masih menghadapi tantangan besar dalam masalah ketimpangan pendapatan, standar hidup layak dan kesehatan, infrastruktur yang memadai, serta institusi yang mendukung tata kelola pemerintahan yang membersihkan.
Negara-negara di wilayah Timur-Tengah dan Afrika Utara, menyerupai Kuwait, Irak, Mesir, Qatar, dan Arab Saudi utamanya menghadapi masalah kesetaraan gender, ketersediaan air membersihkan, penanganan kelaparan, serta gosip perdamaian.
Negara negara Sub-Sahara Afrika, menyerupai Angola, Burundi, Kamerun, Ghana, dan Kenya ialah kelompok negara yang paling tertinggal dalam pelaksanaan agenda SDGs, baik dilihat dari masalah kemiskinan, pemberantasan kelaparan, standar kehidupan yang layak dan kesehatan, kualitas pendidikan, kesetaraan gender, serta masalah besar lainnya.
Data-data diatas menegaskan bahwa:
- setiap negara menghadapi tantangan dalam mencapai agenda SDGs, sekalipun negara maju dan kaya.
- karena negara-negara miskin banyak tertinggal dalam pencapaian SDGs, maka menolongan internasional, contohnya berupa Foreign Direct Investment (FDI), kerjasama internasional dalam upaya penanggulangan pelanggaran pajak (tax evasion) dan sharing teknologi, permodalan untuk pembangunan infrastruktur, serta sketsa Official Development Assistance (ODA), sangat dibutuhkan.
- sangat penting untuk memperhatikan adanya spillover atau eksternalitas, contohnya dalam gosip lingkungan, yakni ketika polusi udara di satu negara sudah melewati area perbatasan dengan negara tetangga; atau maraknya kejahatan trans-nasional, menyerupai money laundering serta penyelundupan yang melewati batas wilayah suatu negara.
- setiap negara diharapkan memakai standar yang sesuai dengan karakteristik negara tersebut dalam upaya mencapai tujuan SDGs.
- diperlukan kerjasama internasional dalam melacak sejauh mana pencapaian agenda SDGs di tiap negara.
Demikian progress terkini terkait pelaksanaan agenda SDGs. **
UPDATE ARTIKEL (Selasa, 18 Desember 2018):
Terdapat perkembangan signifikan atas pelaksanaan agenda SDGs hingga simpulan 2018, berdasarkan studi PBB. Berikut beberapa diantaranya:
Tujuan Ke-1:
- sekitar 45% populasi global mendapatkan setidaknya satu jenis pertolongan (jaminan) sosial.
- terdapat 11% (783 juta) populasi hidup dalam kemiskinan ekstrim, turun dari kondisi di 2013.
- kerugian ekonomi jawaban tragedi di 2017 berada dikimasukan US$ 300 miliar.
Tujuan ke-2:
- jumlah penduduk kurang gizi meningkat dari 10.6% (777 juta) di 2015, menjadi 11.0% (815 juta) di 2016.
- di 2017, balita yang mengalami stunting (masalah tinggi badan) berjumlah 151 juta, sementara 51 juta lainnya mengalami wasting (berat tubuh lebih rendah/tidak proporsional dengan tinggi badan), dan 38 juta mengalami overweight (kelebihan berat badan).
- menolongan untuk sektor pertanian di negara berkembang mencapai US$ 12.5 miliar di 2016.
- ada 26 negara yang mengalami kenaikan harga barang secara umum, sehingga besar lengan berkuasa negatif pada ketahanan pangan.
Tujuan ke-3:
- rasio maut ibu turun 37% semenjak 2000; namun di 2015, terdapat 303,000 wanita meninggal jawaban komplikasi ketika hamil atau melahirkan.
- pada 2012-2017, sekitar 80% kelahiran mendapatkan menolongan dari tenaga kesehatan terlatih, meningkat 18% dari periode 2000-2005.
- di 2000-2016, tingkat kematian balita turun 47% (dari 9.9 juta menjadi 5.6 juta), sementara kematian bayi gres lahir turun 39%.
- di 2018, terjadi 44 angka kelahiran dari 1,000 remaja wanita usia 15 – 19 tahun, tuun dari peristiwa di 2000 (56 angka kelahiran).
- pada 2005-2006, peristiwa HIV turun dari 0.40 menjadi 0.26 per 1,000 penduduk tak terinfeksi.
- pada 2016, terjadi kasus malaria sebanyak 216 juta, meningkat dari peristiwa di 2013 (210 juta).
- ada 140 masalah TBC gres per 100,000 penduduk di 2016, dibandingkan 173 masalah di 2000.
- kejadian hepatitis B pada balita turun dari 4.7% (sebelum adanya vaksin), menjadi 1.3% di 2015.
- air minum tak kondusif dan sanitasi tak layak menjadi penyebab maut sekitar 870 ribu penduduk di 2016; terutama disebabkan oleh diare, malnutrisi, dan nanah cacing usus (intestinal nematode).
- di 2016, 32 juta orang meninggal lantaran penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, atau penyakit pernapasan.
- polusi (rumahtangga dan luar ruangan) memicu maut 7 juta jiwa pada 2016.
- menolongan ODA untuk kesehatan dasar meningkat 41% semenjak 2010, atau mencapai US$ 9.4 miliar di 2016.
Tujuan ke-4:
- tingkat partisipasi anak usia dini dan usia pendidikan dasar sekitar 70% di 2016, naik dari 63% di 2010.
- sekitar 85% guru sekolah dasar berstatus terampil, namun di Asia Selatan spesialuntuk 71%, dan 61% di Sub-Sahara Afrika.
- di 2016, spesialuntuk 34% sekolah di negara belum berkembang yang mempunyai akomodasi listrik, dan kurang dari 40% yang dilengkapi dengan akomodasi cuci-tangan.
Tujuan ke-5:
- penelitian pada 56 negara di 2015-2016 sebut jikalau 20% remaja wanita usia 15-19 tahun yang pernah melaksanakan acara seksual, mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual yang dilakukan oleh pasangannya.
- di 2017, sekitar 21% wanita usia 20-24 tahun dilaporkan sudah berkeluarga atau hidup bersama sebelum usia 18 tahun; artinya sekitar 650 juta wanita menjalani perkawinan dini.
- pada 2017, data di 30 negara sebut 1 dari 3 wanita usia 15-19 tahun mengalami mutilasi organ seksual.
- perempuan yang berkarir di dewan legislatif meningkat dari 19% di 2010, menjadi 23% di 2018.
Tujuan ke-6:
- di 2015, 29% populasi tidak memperoleh air minum layak dan 61% lainya hidup tanpa sanitasi layak.
- di 22 negara (terutama Afrika Utara, Asia Barat, dan Asia Selatan), tingkat belum sempurnanya air (water stress) tercatat lebih dari 70%; ini mengindikasikan munculnya ancaman kelangkaan air.
Tujuan ke-7:
- antara 2000-2016, populasi yang memperoleh akses listrik naik dari 78% menjadi 87%; artinya kurang dari 1 miliar penduduk yang hidup tanpa saluran listrik.
- di 2016, sekitar 41% populasi (3 miliar) masih memasak memakai materi bakar yang menyebabkan polusi.
- konsumsi sumber energi terbarukan meningkat dari 17.3% di 2014, menjadi 17.5% di 2015.
Tujuan ke-8:
- di 2016, GDP riil per kapita tumbuh 1.3%, turun dari rata-rata pertumbuhan di 2010-2016 yang mencapai 1.75%.
- produktivitas tenaga kerja tumbuh sekitar 2.1% di 2017, tertinggi semenjak 2010.
- pada 2016, terdapat 61% tenaga kerja yang bekerja di sektor informal.
- tingkat pengangguran global mencapai 5.6% di 2017, turun dari 6.4% di 2000.
Tujuan ke-9:
- sumbangan sektor manufaktur ke GDP naik dari 15.2% di 2005, menjadi 16.3% di 2017, terutama di Asia.
- di 2015, manufaktur dengan teknologi menengah dan tinggi berkontribusi sekitar 44.7% dari nilai tambah sektor manufaktur.
- di 2016, populasi yang mendapatkan jaenteng telekomunikasi 3G mencapai 84%, dengan 61% diantaranya berada di negara belum berkembang.
Tujuan ke-10:
- antara 2010-2016, penghasilan orang miskin (dari 40% populasi dilapisan terbawah) tumbuh lebih cepat daripada rata-rata seluruh populasi di 60 negara.
- terdapat lebih dari 64.4% produk ekspor dihasilkan di negara belum berkembang.
Tujuan ke-11:
- antara 2000-2014, persentase penduduk yang tinggal di daerah kumuh perkotaan turun dari 28.4% menjadi 22.8%; namun jumlahnya justru meningkat dari 807 juta menjadi 883 juta jiwa.
- di 2016, 91% penduduk kota menghirup udara kotor (tidak memenuhi ketentuan WHO), lebih dari 50% terpapar polusi udara, dan sekitar 4.2 juta penduduk meninggal jawaban efek polusi udara.
- sejak 1990-2013, hampir 90% maut terjadi jawaban tragedi alam di negara miskin dan berkembang.
Tujuan ke-12:
- hingga 2018, terdapat 108 negara yang mempunyai kebijakan terkait konsumsi dan produksi yang berkesinambungan.
- sekitar 93% dari 250 perusahaan besar sudah menyajikan laporan untuk jangka panjang.
Tujuan ke-13:
- terdapat 167 negara dan Komisi Eropa yang meratifikasi Kesepakatan Paris (Paris Agreement), dan berkontribusi pada Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (the United Nations Framework Convention on Climate Change).
- ada 10 negara berkembang sudah mengadaptasi kebijakan sebagai tanggapan atas perubahan iklim.
Tujuan ke-14:
- persediaan ikan mengalami penurunan dari 90% di 1974 menjadi 69% di 2013.
- sampai dengan Januari 2018, sekitar 16% (22 juta km2) perairan (marine water) berada dalam yurisdiksi negara.
Tujuan ke-15:
- area hutan terus menyusut dari 4.1 miliar hektar di 2000 menjadi 4 miliar hektar di 2015.
- sekitar 20% permukaan bumi yang terlindung oleh tumbuhan mengalami penurunan produktivitas dari 1999-2013, mengancam kehidupan miliaran penduduk.
- di 2016, menolongan ODA untuk biodiversity senilai US$ 7 miliar, turun 21% dari 2015.
Tujuan ke-16:
- 8 dari 10 belum dewasa menjadi objek kekerasan domestik di 81 negara, selama 2005-2017.
- terdapat 570 masalah perdagangan insan antara 2012-2014, terjadi baik di negara kaya maupun negara miskin.
- di 2014, korban perdagangan manusia ialah perempuan cukup umur dan remaja (71%) dan sekitar 28% yakni anak-anak.
- 1 dari 5 perusahaan mendapatkan usul untuk suap, ketika berafiliasi dengan transaksi yang berkaitan dengan peraturan atau keperluan usaha.
- 73% balita sudah mendapatkan akta kelahiran, namun di Sub-Sahara Afrika kurang dari 46%.
- setidaknya 1,019 pencetus hak asasi insan dan jurnalis dibunuh di 61 negara semenjak 2015.
- hukum dan kebijakan terkait kebebasan informasi sudah diadopsi oleh 116 negara.
Tujuan ke-17:
- di 2017, menolongan ODA tercatat sebesar US$ 146.6 miliar, turun 0.6% dari 2016, sementara besarnya ODA dari negara donor spesialuntuk sebesar 0.31% GNI (Gross National Income).
- total ODA untuk rencana pembangunan sebesar US$ 20.4 miliar di 2016, setara 18% total menolongan yang dialokasikan per sektor.
- di 2017, terdapat 102 negara yang mengimplementasikan rencana stastistik nasional (national statistical plan). Ini ialah rencana strategis nasional, terkait koordinasi dan regulasi, dengan mengoptimalkan informasi statistik.
- di 2015, negara berkembang mendapatkan dana menolongan sebesar US$ 541 juta (baik secara bilateral maupun multilateral).
Demikian perkembangan pelaksanaan agenda SDGs hingga dengan 2018. Kita akan terus memantau perkembangan diberikutnya. ***
ARTIKEL TERKAIT :
SDGs: Perdamaian, Keadilan, dan Kerjasama Global untuk Pembangunan Jangka Panjang
SDGs: gosip perubahan iklim, sumberdaya kelautan, dan ekosistem bumi
SDGs: Ketidaksetaraan didalam dan antar Negara, Masalah Perkotaan dan Hunian Layak, serta Pola Konsumsi dan Produksi
Sumberdaya Air, Energi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Infrastruktur pada Sustainable Development Goals
Posting Komentar untuk "Melihat Progress Pelaksanaan Sdgs (The Sustainable Development Goals)"