Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Filsafat Ilmu



FILSAFAT ILMU

CABANG UTAMA FILSAFAT :
  1. Ontology/Metafisika, yaitu cabanh filsafat yang membicarakan ihwal yang ada atau membicarakan sesuatu dibalik yang tampak. Pertanyaan dasar dalam ontology ialah apa hakekat ada?.
  2. Efistemologi, yaitu cabang filsafat yang mengulas ihwal pengetahuan. Pertanyaan dasar dalam efistemologi ialah apakah pengetahuan itu?, Bagaimana metode mendapatkannya?, Bagaimana menandakan kebenaran suatu pengetahuan?.
  3. Aksiologi, yaitu cabang filsafat yang mengulas ihwal studi filosofis ihwal hakikat nilai-nilai. Karena itu aksiologi mempermasalahkan apakah nilai subjektif? Apakah nilai itu kenyataan? Objektifkah nilai-nilai itu? Namun, pertanyaan dasar aksiologi sendiri ialah apakah yang seharusnya saya lakukan?

OBJEK FILSAFAT ILMU :
  1. Objek material ialah sesuatu yang dijadikan samasukan penyelidikan, menyerupai tubuh insan ialah objek material ilmu kedokteran. Objek material filsafat ialah segala yang ada. Segala yang mencakup beberapa aspek ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak ialah dunia empiris, sedangkan yang tidak tampak ialah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material atas tiga belahan yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan.
  2. Objek formal ialah metode yang dipakai untuk memahami objek material tersebut, menyerupai pendekatan induktif dan dedukif. Adapun objek formal filsafat ialah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional ihwal segala yang ada.

TUJUAN DAN IMPLIKASI FILSAFAT ILMU :
Tujuan filsafat ilmu adalah:
  1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita sanggup memahami sumber, hakkat dan tujuan ilmu.
  2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran ihwal proses ilmu kontemporer secara historis.
  3. Menjadi pedoman dalam mendalami studi, terutama dilema yang ilmiah dan non ilmiah.
  4. Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
  5. Mempertegas bahwa alam dilema sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada perperihalan.
Implikasi mempelajari filsafat ilmu, yaitu:
  1. Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diharapkan pengetahuan dasar yang memadai ihwal ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan mempunyai landasan berpijak yang kuat. Ini berarti ilmuan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar, demikian pula seseorang mahir ilmu kealaman perlu memahami dan mengetahui secara garis besar ihwal ilmu sosial. Sehingga ilmu yang satu antara lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kolaborasi yang serasi memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.
  2. Menyadarkan seorang ilmuwan supaya tidak terjebak ke dalam pola pikir menara gading, yakni spesialuntuk berpikir murni dalam bidangnya mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap kegiatan keilmuan nyaris tidak sanggup dilepaskan dari konteks kehidupan sosial kemayarakatan.

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT BARAT :
  1. Zaman Yunani Kuno
Zaman yunani kuno disebut juga periode filsafat alam, lantaran dimasa ini lahir beberapa pemikir ilmu serta hasil pemikirannya yang menjadi pola bangsa-bangsa lain, di mana arah dan perhatian pemikrannya kepada apa yang diamati sekitarnya.
  1. Zaman Pertengahan
Periode babad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan kurun sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Nasrani pada permulaan kurun masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan ialah zaman keemasan bagi kekristenan. Di sinilah yang menjadi persoalannya, lantaran agama Nasrani itu mengajarkan bahwa tuhanlah yang ialah kebenaran sejati. Hal ini tidak sama dengan pandangan yunani kuno menyampaikan bahwa kebenaran sanggup dicapai oleh kemampuan akal. Filsafat barat kurun pertengahan juga sanggup dikatakan sebagai kurun petang, lantaran pada ketika itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan insan sehingga tidak lagi mempunyai kebebasan untuk membuatkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para mahir pikir pada ketika itu pun tidak mempunyai kebebasan berpikir, alasannya ialah apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang berperihalan dengan pedoman gereja maka orang tersebut mendapat eksekusi berat. Pihak gereja juga dihentikan diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama, lantaran yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama spesialuntuklah gereja, sehingga apabila ada yang melanggar larangan tersebut maka mereka dianggap murtad dan kemudian diadakan pengejaran.
  1. Zaman Reneissans
Zaman renaissans ialah zaman kelahiran kembali. Pada masa ini para mahir pikir berupaya melepaskan diri dari dogma-dogma agama. Bagi mereka gambaran filsafat yang paling bergengsi ialah zaman yunani. Oleh lantaran itu mereka mendambakan kelahiran kembali filsafat yang bebas, yang tidak terikat dengan pedoman agama.
  1. Zaman Modern
Filsafat barat modern yang kelahirannya dilampaui oleh suatu periode yang disebut dengan renassans dan dimatangkan oleh gerakan aufklaerung diabad ke-18 itu, di dalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh dari gerakan renassans dan aufklaerung itu sudah mengakibatkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat dan semakin bebas dari efek otoritas dogma-dogma gereja. Sejak itu kebenaran filsafat dan imu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya sanggup dibuktikan berdasarkan metode asumsi dan pemikiran yang sanggup diuji. Filsaafat barat modern dengan demikian mempunyai corak yang tidak sama dengan periode filsafat kurun pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan nalar insan itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolute.

  1. Zaman Kontemporer
Pada kurun ke-20 ini ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia mudah cukup besar yaitu aliran pragmatisme. Aliran filsafat ini ialah suatu perilaku metode dan filsafat yang menggunakan akibat-akibat mudah dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan  nilai kebenaran. Pada kurun ini juga postmodernisme sebagai reaksi terhadap pemikiran modern yang sudah bermetamorfosis mitos baru. filsafat modern yang lahir sebagai reaksi terhadap dogmatis kurun pertengahan, berdasarkan kaum postmodernis sudah terjebak dalam membangun mitos-mitos baru. mitos-mitos itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikran filsafat, ilmu pengetahuan dan aplikasinya dalam teknologi segala dilema kemanusian sanggup diselesaikan. Padahal kenyataannya banyak jadwal kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran-pemikiran baru. di sinilah postmodernisme menggugat modernism yang sudah mandeg dan bermetamorfosis mitos baru.

PRINSIP METODOLOGI ILMU :
Metodologi ialah suatu ilmu ihwal cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapat tujuan tertentu atau pengetahuan ihwal metode-metode. Sedangkan metodologi ilmu ialah pengetahuan ihwal berbagai  metode yang dipakai dalam penelitian. Adapun pandangan ihwal prinsip metodologi ilmu yang dirumuskan oleh tiga tokoh menyerupai Rene Descartes, Alfred Jules Ayer dan Karl Raimund Popper yaitu sebagai diberikut:
  1. Rene Descartes berpandangan :
a.       Akal yang dimiliki insan harus dipakai secara optimal.
b.      Sesuatu yang dikerjakan sendiri lebih tepat daripada dikerjakan secara berkelompok.
c.       Kaidah moral ialah landasan bagi penerapan metode.
d.      Kebenaran tidak selalu bisa ditanggap oleh indera, contohnya kita sanggup membayangkan diri kita tidak bertubuh, namun kita tidak sanggup membayangkan diri kita diberinteraksi. Sehingga kita sanggup mewaspadai segala sesuatu yang kita alami tetapi kita mustahil mewaspadai diri kita sendiri yang sedang dalam keadaan galau.
  1. Alfred Jules Ayer berpandangan dalam metode verifikasi yang menyampaikan bahwa pengadaian untuk melengkapi suatu kriteria, sehingga melalui kriteria tersebut sanggup ditentukan apakah suatu kalimat itu mengandung makna atau tidak, sehingga sanggup diketahui kebenarannya.
  2. Karl Raimund Popper berpandangan:
a.       Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan sanggup dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Karena menurutnya teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotesis (dugaan sementara) sehingga tidak sanggup diketahui niscaya kebenarannya.
b.      Popper menolak cara kerja metode induksi yang menemukan kebenaran melalui observasi yang dirumuskan menjadi hipotesis, lantaran menurutnya sebuah pernyataan itu sanggup dibenarkan berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang empiris.
c.       Popper menunjukkan pemecahan gres dengan mengajukan prinsip falsifiabilitas, yaitu bahwa pernyataan sanggup dibuktikan kesalahannya. Sehingga, sebuah hipotesa yang bersifat sementara akan sanggup dibuktikan kesalahannya. Misalnya pernyataan ihwal tiruana bebek itu berbulu putih, dan melalui prinsip falsifiabilitas ini sanggup ditemukan bahwa ada sebuntut bebek yang berbulu selain putih (entah hitam, kuning, hijau, dll), sehingga dengan adanya prinsip ini maka runtuhlah pernyataan hipotesa tersebut.
KLASIFIKASI ILMU :
  1. Christian Wolff
Pokok-pokok pemikiran Christian Wolff terkena penjabaran ilmu pengetahuan yaitu:
  1. melaluiataubersamaini mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita sanggup menemukan sifat yang benar dari alam semesta.
  2. Pengetahuan kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis.
  3. Ilmu-ilmu murni dan filsafat mudah sekaligus ialah produk metode berpikir deduktif.
  4. Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berpikir.
  5. Jiwa insan dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga yaitu mengetahui, menghendaki, dan merasakan.
  1. Auguste Comte
Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai diberikut:
a.       Ilmu Pasti (Matematika) : Merupakan dasar bagi tiruana ilmu pengetahuan. melaluiataubersamaini metode-metode yang dipergunakan melalui ilmu pasti, kita akan memperoleh pengetahuan ihwal sesuatu yang sebenarnya.
b.      Ilmu Perbintangan (Astronomi) : melaluiataubersamaini didasari rumus-rumus ilmu pasti, maka ilmu perbintangan sanggup menyusun hukum-hukum yang bersangkutan dengan gejala-gejala benda langit.
c.       Ilmu Alam (Fisika) : Merupakan ilmu yang lebih tinggi dari pada ilmu perbintangan, maka pengetahuan terkena benda-benda langit ialah dasar bagi pemahaman gejala-gejala dunia anorganik.
d.      Ilmu Kimia (Chemistry) : Gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks dari ilmu alam, dan ilmu kimia mempunyai kaitan dengan ilmu hayat (biologi) bahkan juga dengan sosiologi.
e.       Ilmu Hayat (Fisologi atau Biologi) : Merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan dengan gejala-gejala kehidupan. Ini tidak sama dengan ilmu-ilmu sebelumnya menyerupai ilmu niscaya , ilmu perbintangan, ilmu alam, dan ilmu kimia yang sudah berada pada tahap positif.
f.       Fisika Sosial (Sosiologi) : Merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu pengetahuan. Fisika sosial sebagai ilmu berhadapan dengan gejala-gejala yang paling kompleks, paling konkret, paling faktual dan khusus.
  1. Karl Raimund Popper
Popper mengemukakan bahwa system ilmu pengetahuan insan sanggup dikelompokkan kedalam tiga dunia (World), yaitu Dunia 1, Dunia 2, dan Dunia 3. Popper menyatakan bahwa Dunia 1 ialah kenyataan fisis dunia, sedangkan Dunia 2 ialah insiden dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan dunia 3 yaitu segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan insan dan hasil kerjasama antara dunia 1 dan dunia 2 serta seluruh bidang.
  1. Thomas S Kuhn
Adapun penjabaran ilmu berdasarkan Thomas S Kuhn ialah:
  1. Normal Science (ilmu dalam posisi normal, ilmuan tidak kritis terhadap paradigma ilmu yang diamati)
  2. Anomaly (penumpukan anomaly menjadikan krisis kepercayaan terhadap paradigm kemudian paradigm diuji, diKoreksi).
  3. Paradigm gres (ilmuwan memodifikasi paradigm gres untuk memecahkan perkara yang sedang digeluti, ada revolusi ilmiah)
Penjelasan:
Pada tahap pertama, paradigma ilmu membimbing dan mengarahkan kegiatan ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Karena dalam wilayah ini sering terjadi banyak dilema yang tidak bisa diselesaikan secara tuntas. Dan keadaan menyerupai itulah yang disebut Kuhn sebagai anamolies (keganjilan-keganjilan, ketidaktepatan, penyimpangan-penyimpangan). melaluiataubersamaini penempatan anomaly pada tahap ini yang sering kali membuat para pelaksana dilapangan tidak merasakannya. Hanya para peneliti fokus tertentu, para pengamat, dan Koreksius yang secara relative mengetahui adanya anomaly tersebut. Di sinilah para ilmuan berpeluang menjabarkan dan membuatkan paradigm sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam.
Tahap kedua, menumpuknya anomaly menjadikan krisis kepercayaan dari para ilmuan terhadap paradigma. Artinya suatu komunitas ilmiah yang sanggup menuntaskan keadaan krisinya dengan menyusun diri di sekeliling suatu paradigm baru, maka terjadilah apa yang disebut oleh Kuhn sebagai revolusi sains. Tahap ketiga, para ilmuan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang usang sembari memperluas dan membuatkan suatu paradigm tandingan yang dipandang bisa memecahkan perkara dan membimbing kegiatan ilmiah diberikutnya. Proses peralihan dari paradigm usang ke paradigm gres inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.
  1. Jurgen Habermas
Proses terbetuknya ilmu pengetahuan berdasarkan Jurgen Habermas ada tiga yaitu ilmu-ilmu empiris-analisis, ilmu historis-hermeneutis, dan ilmu sosial kritis (ekonomi, sosiologi, dan politik).
  1. Ilmu empiris-analisis mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut:
-          Memiliki satu sistem rujukan yang sama yang memilih arti proposisi-proposisi empiris, peraturan untuk membangun suatu teori dan peraturan ihwal pengujian empiris yang akan dikenakan pada teori yang bersangkutan (nomologis).
-          Ilmu empiris-analisis menghasilkan teori-teori yang muncul kemudian dengan menolongan metode deduksi, dan memungkinkan diturunkannya hipotesa-hipotesa yang lebih banyak kandungan empirisnya.
-          Hipotesa-hipotesa ini ialah proposisi ihwal kolerasi antar variable dalam suatu objek yang diamati, yang kemudian sanggup pula menghasilkan ramalan tertentu.
-          Arti tiap pregnose terdapat dalam manfaat teknisnya, sebagaimana yang ditentukan oleh aturan-aturan ihwal aplikasi suatu teori.
-          Kenyataan yang hendak disingkapkan oleh teori-teori empiris-analisis ialah kenyataan yang dipengaruhi oleh kepentingan untuk memperoleh gosip yang diharapkan untuk membuatkan kemampuan teknis insan dengan menolongan suatu model feed back monitoring (suatu tes empiris akan mentransfer balik konfirmasi atau falsifikasi kepada hipotesa).
  1. Ilmu-ilmu historis-hemerneutis mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut;
-          Jalan untuk mendekati kenyataan melalui pemahaman arti.
-          Ujian terhadap salah benarnya pemahaman tersebut dilakukan melalui interprestasi.
-          Pemahaman hemerneutis selalu ialah pemahaman berdasarkan pra-pengertian.
-          Komunikasi tersebut akan menjadi semakin intensif apabila situasi yang hendak dipahami oleh pihak yang hendak memahaminya diaplikasikan kepada dirinya sendiri.
-          Kepentingan yang ada disini ialah kepentingan untuk mempertahankan dan memperluas intersubjektivitas dalam komunikasi yang dijamin dan diawasi oleh pengukuhan umum ihwal kewajiban yang harus ditaati
  1. Ilmu-ilmu sosial-kritis mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut:
-          Menghasilkan pengetahuan nomologis yang diturunkan dari suatu sistem rujukan yang sama.
-          Meneliti apakah teori-teori yang ada benar-benar menangkap kekerabatan tetap yang sungguh ada dalam social action, bukan spesialuntuk meninjukkan suatu kekerabatan tiruan yang dipaksakan secara ideologis.
-          Tujuan yang hendak dicapai ialah menguncang kembali lapisan kesadaran yang sudah malas yang menjadi kondisi yang sangat cocok bagi munculnya hubungan-hubungan yang bersifat ketergantungan.
-          Tujuan tersebut dicapai melalui self reflection.

ONTOLOGI FILSAFAT DAN EPISTEMOLOGI FILSAFAT :
  1. Ontologi
Tentang wujud hakikat yang ada baik ajaib maupun riil yang bersifat konkret. Berusaha mencari inti dalam segala bentuknya. Tokoh Yunani Thales, bahwa air subtansi asal mula segala sesuatu yang belum membedakan penampakan dengan kenyataan.
Aliran-aliran Ontologi yaitu:
  1. Monoisme artinya satu, hakikat asalnya satu mustahil dua sebagai sumber asal baik berupa materi maupun rohani.
Thomas Devidson (Block Universe) terbagi menjadi dua aliran :
i)        Materialisme, sumber asal materi bukan rohani (naturalisme), insiden lebih menonjol dalam insiden ini.
ii)      Idealisme (spritualisme), bahwa hakikat kenyataan itu tiruana berasal dari ruh (sukma). Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, roh itu dianggap sebagai hakikat sebenarnya, materi spesialuntuklah badannya bayangan.
  1. Dualisme, aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling berperihalan yaitu materalisme dan idealisme. Materi dengan ruh tidak bisa menghubungkan lantaran sama-sama ialah hakikat.
  2. Pluralisme
Tokohnya pada masa Yunani Kuno ialah Anaxagoras dan empedoeres yang menyatakan ada empat unsure yaitu tanah, air, api dan udara.
  1. Epistemologi
Ilmu yang mengulas ihwal pengetahuan dan cara memperoleh panca indera ialah alat penghubung manusia.
Sumber pengetahuan :
a.         Indera
Yang bisa ditangkap ialah benda-benda yang sifatnya fisik. Pengetahuan diperoleh dari indra disebut empirisme. Pengalamanlah menjadikan sumber pengetahuan. Akal bukan sumber pengetahuan, tetapi menjadi kiprah untuk mengolah materi diperoleh dari pengalaman.
b.        Akal
Akal bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.
misal : ketika batang kayu dicelupi kedalam air oleh kedua kayu itu tampak membengkak. Secara rasional mustahil kayu itu bisul setelah dicelupkan kedalam air.
c.         Intuisi
Untuk memperoleh pengetahuan dengan intuisi yang diakui kebenarannya. Sebab indra dan nalar bisa mendiskipsikan, melukiskan dan menganalisa. Sedangkan intuisi bisa menghadirkan secara pribadi kedalam diri seseorang tanpa sebuah mediator apapun. Pengetahuan intuisi tidak sama dengan pengetahuan indrawi dan nalar yang spesialuntuk menunjukkan penampakan saja.
d.        Wahyu
Sumber dari pemdiberian Tuhan kepada Rasul, sehingga tidak perlu diragukan lagi. Biasanya pengetahuan ini disampaikan melalui orang-orang pilihan dan utusan Tuhan dalam bentuk kitab suci.




Posting Komentar untuk "Materi Filsafat Ilmu"