Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Kebangkitan Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Latar belakang Kebangkitan dunia Islam sebetulnya sudah banyak dipaparkan dalam al-Quran. Misalnya, dalam al-Quran Surat Al-Maidah ayat 54. Disitu disebutkan ciri-ciri satu kaum yang dijanjikan Allah yang akan meraih kemenangan: mereka dicintai Allah dan mereka mengasihi Allah; mereka saling mengasihi sesama mukmin; mereka mempunyai perilaku ‘izzah terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Allah, dan mereka tidak takut dengan celaan orang-orang yang memang suka mencela. Kaum menyerupai inilah yang harus bisa dibuat oleh umat Islam, khususnya lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Hanya saja, ketika bicara ihwal kebangkitan Islam, maka yang perlu didefinisikan terlebih lampau yaitu apa yang sebetulnya disebut dengan “bangkit”. Sebab, tidakboleh-tidakboleh, makna kata “bangkit” itu sendiri sudah kabur di benak banyak kaum Muslimin. Seperti kaburnya makna kata “kemajuan”, “pembangunan”, “kebebasan”, dan sebagainya. Misalnya, negara-negara Barat membuat definsi yang materialistis terhadap makna “kemajuan”. Mereka membagi negara-negara di dunia menjadi negara maju, negara sedang berkembang dan negara terbelakang. Tentu saja, ukuran-ukuran yang dipakai yaitu ukuran kemajuan materi. Faktor moral tidak masuk dalam definisi “kemajuan” atau “pembangunan” tersebut. Jadi, jikalau dikatakan suatu negara sudah maju, maka yang dimaksudkan yaitu kemajuan materi, khususnya dalam ekonomi, sains dan teknologi. Padahal, secara akhlak, negara itu sebetulnya hancur-hancuran.
Kita, kaum Muslimin yang masih mempunyai keimanan dan menjaga moral mulia, sudah selayaknya tidak merasa hina dan rendah martabat ketika berhadapan dengan dunia Barat yang serba gemerlap dalam dunia materi. Kita sungguh kasihan kepada sebagian pejabat kita yang rela begadang, bersorak-sorai, menghambur-hamburkan uang spesialuntuk untuk menyambut pergantian Tahun Baru dalam tradisi Barat. Mestinya, jikalau mereka Muslim, mereka mengajak rakyatnya untuk diberibadah, mensyukuri setiap aksesori nikmat umur yang mereka terima dari Allah SWT.[1]

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah dan kejayaan Islam?
2.      Apa saja faktor-faktor kebangkitan dunia Islam?
3.      Apa makna dari kebangkitan dunia Islam?
4.      Bagaimana syarat-syarat kebangkitan dunia Islam?












BAB II
PEMBAHASAN


A. Sejarah dan Kejayaan Islam
Sejarah Islam di dunia mencatat bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang berkembang paling cepat. Nabi Muhammad hidup spesialuntuk usia 63 th, ia menjadi nabi semenjak usia 40 th, dan spesialuntuk 23 th saja ia menjadi bisa mendidik generasi Islam yang luar biasa. Generasi-generasi Islam yang bisa menguasai peradaban dunia dalam kurun waktu ± 13 masa dan menciptaka sejarah Islam di dunia dengan gambaran yang baik.
Sebuah sejarah baik yang terlahir dari sejarah Islam di dunia memang sudah ditorehkan oleh Nabi Muhammad saw. Berkat kepemimpinan dan usaha yang baik untuk menegakkan Islam, ia diakui sebagai seorang pemimpin yang berhasil. Bahkan oleh masyarakat di luar agama Islam itu sendiri. Sebuah kebanggan mempunyai panutan menyerupai beliau. Bahwa ketekunan dan kesabaran yang ia miliki memang tidak perlu lagi diragukan sebagai pelajaran hidup. Sejarah Islam di dunia bahkan mencatat pemkiran dari seorang Perancis yang menyatakan kehebatan dari dunia Islam. Dr. Gustave Le Bone, seorang pemikir dari Perancis pernah menyampaikan bahwa tidak ada bangsa-bangsa manapun yang bisa mengadakan perubahan berarti bagi dunia dalam satu abad. Tapi dongeng sejarah di dunia menyampaikan bahwa umat Islam yang dipimpin oleh Muhammad sudah sanggup mengadakan perubahan masyarakat gres yang signifikan spesialuntuk dalam tempo 23 th. Suatu hal yang luar biasa dan tidak sanggup ditiru oleh orang atau bangsa manapun.
Sejarah Islam di dunia berlangsung dari masa ke-6 Masehi hingga masa ke-12 Masehi. Dimulai dari periode kepemimpinan Nabi Muahammad SAW ( 622-632 M ), kemudian diteruskan oleh generasi Khulafaurasyidin ( 750-1258 M), kemudian masa kekhalifahan bani Umayyah ( 661-750 M ), dan Bani Abbasiyah ( 750-1258 M ) hingga terakhir rutuhnya kekhalifahan Turki Usmani pada tanggal 3 Maret 1924 M.[2]
1.      Periode Kepemimpinan Nabi Muhammad ( 622-632 M )
Perkembangannya dibagi menjadi dua fase, yaitu fase usaha di Mekkah dan fase perkembangan Islam di Madinah. Fase mekkah berlangsung selama 13 th. Fase ini ialah fase paling berat yang dialami Nabi Muhammad lantaran ia harus mengahadapi banyak sekali tantangan dari kaum kafirin. Karena besarnya tantangan di mekkah, nabi Muhammad SAW bersama pengikutnya pun hijrah ke Madinah. Dilanjutkan fase kedua perkembangan Islam terjadi di Madinah dan berlangsung selama 10 th. Fase ini dimulai ketika nabi Muhammad dan pengikutnya hijrah dari Mekkah. Di Madinah , nabi mulai membangun peradaban dan masyarakat yang madani di bawah pemerintahan Islam.
Sesudah terbentuknya pemerintahan Islam di Madinah, Islam pun kemudian menyebar dengan cepat ke negara-negara lain. Wilayah penyebarannya mencakup asia barat daya, asia tengah dan wilayah afrika.
2.      Periode Khulafaurasyidin
Sesudah wafatnya nabi Muhammad, pemerintahan Islam dipimpin oleh para khalifah dari kalangan sobat akrab nabi, yaitu Abu bakar as-sidiq, umar bin khatab, ustman bin affan dan ali bin abi thalib. Pada masa ini gerakan penaklukan pun terus bergulir dengan cepat. Umat Islam berhasil menguasai wilayah arabia timur dan utara. Mereka juga berani menyerang benteng-benteng pertahanan romawi timur, persia, irak, siria dan mesir sanggup ditaklukkan dalam kuun waktu yg tidak telalu lama.
3.      Bani Umayyah
Kedaulatan Umayyah pertama kali dipimpin oleh Muawiyah bin debu sofyan. Pada masa ini perluasan wilayah dilanjutkan dengan menaklukkan Tunisia. Kemudian perluasan belanjut ke sebalah timur untuk menguasai tempat Khurasan, Afghanistan hingga ke Kabul. Diwarnai dengan adegan-adegan menegangkan layaknya adegan di film perang. Pasukan Islam menyiapkan banyak pasukan. Dari anakatan laut, umat Islam melaksanakan serangan ke binzantium. Ekspansi ke kepingan timur dilanjutkan malik bin marwin, perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai balkanabad, bukhara, khawarizm, ferghana dan samarkhan. Bahkan ada pula para pejuang Islam yang hingga ke india dan melaksanakan penaklukan sebagian wilayah di sana. Perluasan wilayah tsb berlanjut dari satu pemimpin hingga ke pemimpin diberiktnya. Islam mulai merambahi daratan eropa, afrika dan asia. Pada masa ini banyak terjadi peselisihan dan perang saudar anatar sesama umat Islam. Hal ini yg menyebabakan runtuhnya bani ummayyah th 750 M.
4.      Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: العبّاسدين, al-Abbāsidīn) yaitu kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai sentra pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan tiruana daerahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh lantaran itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya ialah bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk.
Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad. Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak bertempat tinggal di timur bahari Tikrit, Iraq sekarang.
Pada pertamanya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, perperihalan ini semakin memuncak dan kesannya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah. Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan masa ke-13), mulai mendapat dampak dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak sanggup disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di tempat Afrika Utara. Pada pertamanya ia spesialuntuk menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas tempat kekuasaannya hingga ke Mesir dan Palestina, sebelum kesannya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali tempat yang sebelumnya sudah mereka kuasai, dan spesialuntuk menyisakan Mesir sebagai tempat kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, hingga kesannya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.


5.      Turki Usmani
Ustmaniyah didirikan oleh bani utsman yang berkuasa lebih dari 6 abad. Pada masa ini, zaman khalifah sulaiman al qanuni ( 1520-1566 ) ialah masa kejayaan dan kebemasukan yang pada masanya sudah jauh meninggalkan peradaban eropa di segala bidang. Kesultanan utsmaniyah perlahan-lahan terkikis dan makin runtuh pada masa ke-19. Musuh-musuh Islam sudah berhasil meleaskan ideologi Islam dari badan umat Islam. Mereka membutuhkan waktu selama satu masa melemahkan kekuatan Islam. Akhir peradaban Islam masa utsmaniyah benar-benar runtuh pad masa ke-20.

B.  Kemunduran Islam
Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan ummat Islam berdiri di atas agama Islam itu sendiri. Hal ini juga sudah menjadi belakang layar umum, bahkan musuh-musuh Islam juga tahu bahwa Islam itu sendiri tidak sanggup dilemahkan jikalau penganut-penganutnya masih mempunyai keimanan yang kuat. Dari sini mulailah mereka mencari jalan dan cara yang terbaik bagaimana untuk melemahkan pemahaman orang Islam terhadap Islam itu sendiri. Tidak hingga disitu, mereka juga mencari jalan bagaimana memdiberi keraguan kepada kitab yang menjadi pegangan ummat Islam (baca: Al-Qur'an dan As-sunnah), dan mereka juga memutar belitkan fakta Sejarah dan Tsaqafah Islamiyah melalui banyak sekali opini dan tulisan, sehingga generasi ummat Islam diberikutnya menjadi ragu atas keotentikan agama Islam itu sendiri.
Kalau kita mengkaji lebih dalam lagi ihwal pergerakan orientalisme dan karya-karya mereka ihwal Islam, maka kita akan hingga pada suatu kesimpulan bahwa keganjilan-keganjilan yang diciptakan oleh mereka pada pada dasarnya untuk memdiberi keraguan kepada ummat Islam terhadap agama yang mereka anut, sehingga menjadikan ummat Islam pada ketika ini banyak yang tergoda racun orientalisme. Sebut saja misalnya, dalam sebuah seminar keIslaman yang diadakan oleh organisasi Islam di Yogyakarta, salah seorang pemakalah yang berfikiran liberal memegang Al-quran dengan kedua jarinya dan menyampaikan “Siapa yang berani menjamin bahwa al-Quran yang saya pegang ini benar-benar berasal dari Allah SWT.
Sebenarnya banyak faktor kenapa ummat Islam menjadi lemah menyerupai kini ini? Di antara penyebabnya adalah:
1.      Faktor Internal
-          Kurang Memahami Agama Islam itu sendiri
-          Keyakinan terhadap pintu istihaj
2.      Faktor Eksternal
-          Pergerakan Kristenisasi
-          Penjelajahan Portugis
-          Penjelajahan Spanyol
-          Pengampunan Dosa

C.      Faktor-Faktor Kebangkitan Dunia Islam
1.      Pemahaman umat akan kehidupan pemerintahan yang berguaka ragam yang menerapkan kapitalisme, sosialisme, dan sekularisme yang tampak terang kelemahannya dalam mewujudkan kebahagiaan bagi insan atau mencapai kebangkitan dan memperbaiki kondisi mereka.
2.      Pemahaman umat akan ketiruanan ajakan patriotisme dan nasionalisme. Pemahaman ini gagal menyatukan kelompok-kelompok bangsa yang satu, apalagi untuk menyatukan umat.
3.      Kemunculan sejumlah harakah, partai dan kelompok Islam yang menyerukan Islam secara umum atau menyerukan kebangkitan dengan asas Islam.
4.      Pemahaman umat akan permusuhan konkret negara-negara kafir terhadap Islam dan kaum Muslim. Perhatian umat terhadap langkah-langkah negara kafir dalam menanamkan doktrin, nilai-nilai dan propaganda kepada kaum Muslim. Doktrin, tata-nilai dan propaganda kufur mereka itu di antaranya berupa ajakan kebebasan, demokrasi, penjagaan Hak Asasi Manusia dan sebagainya. Jika perkaranya berkaitan dengan kaum Muslim maka lihat perkataan James Baker – Menhan AS terlampau – bahwa demokrasi tidak layak bagi bangsa-bangsa Timur Tengah. Lihatlah Perancis, penyeru kebebasan, yang justru mengumumkan akan mengintervensi Aljazair secara militer jikalau FIS memegang pemerintahan. Lihatlah AS dan sikapnya terhadap pencaplokan tanah, yaitu Israel. Padahal AS mengetahui kebengisan dan dosa Israel lantaran hal itu tidak perlu penjelasan. Lihatlah Inggris yang bersegera menyematkan cap teroris dan fundamentalis kepada kaum Muslim yang berjuang untuk Islam. Inggrislah yang mereka-reka istilah fundamentalisme dengan sangat getol dikaitkan dengan setiap acara fisik menentang pemerintahan yang menekan banyak sekali bangsa lantaran Islam mereka. Masih banyak lagi teladan yang tidak cukup tempat untuk memaparkannya.
5.      Kedudukan dan posisi tawar kaum Muslim terus menukik turun. Kemiskinan, kehinaan, penyakit dan sebagainya terus menyebar di tengah-tengah kaum Muslim di dunia. Hal itu mengakibatkan kaum Muslim mulai berpikir terkena metode menyelesaikannya dan mulai berjuang demi kebangkitan.
6.      Munculnya sistem-sistem tiranik yang terus menimpakan tekanan, siksaan, paksaan dan kezaliman. Hal itu mengakibatkan kaum Muslim mulai berpikir ihwal perubahan, mencari metode paling efektif yang bisa mengantarkan pada kebangkitan yang benar serta membebaskan dari ketidakadilan dan kejahatan.

D.      Makna Kebangkitan Dunia Islam
Pengertian kebangkitan (ash-shahwah) yang eksklusif terlintas di dalam benak yaitu kata shaha-yashhu, yakni bangun dari pulas. Akan tetapi, tatkala kita membicarakan kebangkitan Islam (ash-shahwah al-Islamiyyah) maka maknanya benar-benar tidak sama meskipun bahwa umat ini sedang dalam kondisi terlena dari agamanya. Keadaan umat ini bagaikan orang yang sedang pulas, yang terlena dari kesadarannya. Realitanya, kedua pengertian tersebut mempunyai banyak kedekatan makna. Karena itu, klarifikasi makna ash-shahwah (kebangkitan) secara bahasa dan istilah sangat bermanfaa dan menghantarkan untuk pertanda maksud dari goresan pena buku ini dalam mewujudkan kebangkitan.
INI pengertian etimologis dari kata bangun dan kebangkitan. Adapun makna istilah kata kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui yaitu kebangkitan dari keterpurukan dan keterlenaan serta dari ketiadaan pemahaman terhadap realita hakiki yang menjadi realita hidup umat. Hal itu akhir dari banyak faktor yang menutupi umat dari kebenaran; memalingkan umat dari memahami realita; dan kewaspadaan umat terhadap realita ini serta upaya umat untuk mengubah dan membebaskan diri darinya menuju realita yang lebih mulia.[3]

E.       Syarat-Syarat Kebangkitan Dunia Islam
1.      Pengetahuan Islam yang mendalam. Berbagai disiplin ilmu harus dikuasai dengan baik semisal kalam, akhlak, fikih, Al-Quran, Hadist dan cabang-cabang keilmuan Islam lainnya.
2.      Islam tidak bersifat personal. Persoalan-persoalan kaum Musliman di belahan dunia manapun menjadi tanggung balasan seorang Muslim. Apa yang terjadi di Palestina sudah menjadi perhatian fokus Imam Khomeini. Imam menyerukan untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina.
3.      Berupaya untuk membuat kehidupan yang tenang dan serasi antar banyak sekali kelompok dalam masyarakat, demokrasi spesialuntuklah metode. Demokrasi Barat didasari nilai-nilai liberalisme dan humanisme, sedangkan bagi Imam Khomeini demokrasi harus diisi dengan nilai-nilai Islam yang suci. Dalam evaluasi Larijani, praktek demokrasi ala Barat sudah gagal dalam membuat situasi yang damai. Padahal, politik yang sebetulnya yaitu bagaimana seluruh umat beragama hidup berdampingan secara tenang dan harmonis, ucapnya. Imam Khomeini senantiasa menekankan pentingnya hidup serasi dengan penuh kasih akung terhadap seluruh umat manusia. Dan Imam bertindak sangat tegas terhadp musuh-musuh Islam dan kemanusiaan, yakni Amerika, Israel dan antek-anteknya.
4.      Menekankan pentingnya bangsa-bangsa Muslim menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ia mencontohkan bagaimana kemajuan yang pesat Iran dalam bidang sains dan teknologi semenjak kemenangan revolusi. Berbagai bidang menyerupai medis, pertanian, pertahanan hingga teknologi tinggi menyerupai nuklir.
5.      Menyeru kaum Muslimin untuk memperkuat infrastruktur ekonomi dan pertahanan. Kemajuan teknologi rudal balistik yang dikuasai Iran, bagi Larijani bukanlah untuk menyerang, tapi tindakan defensif dari serbuan ataupun serangan musuh-musuh Iran.[4]


















BAB III
PENUTUP

Simpulan
Sejarah Islam di dunia mencatat bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang berkembang paling cepat. Nabi Muhammad hidup spesialuntuk usia 63 th, ia menjadi nabi semenjak usia 40 th, dan spesialuntuk 23 th saja ia menjadi bisa mendidik generasi Islam yang luar biasa. Generasi-generasi Islam yang bisa menguasai peradaban dunia dalam kurun waktu ± 13 masa dan menciptkan sejarah Islam di dunia dengan gambaran yang baik.
Sejarah Islam di dunia berlangsung dari masa ke-6 Masehi hingga masa ke-12 Masehi. Dimulai dari periode kepemimpinan Nabi Muahammad SAW ( 622-632 M ), kemudian diteruskan oleh generasi Khulafaurasyidin ( 750-1258 M), kemudian masa kekhalifahan bani Umayyah ( 661-750 M ), dan Bani Abbasiyah ( 750-1258 M ) hingga terakhir rutuhnya kekhalifahan Turki Usmani pada tanggal 3 Maret 1924 M.
Kemunduran islam terjadi lantaran adanya faktor internal maupun eksternal. Diantaranya kurang pemahaman terhadap agama itu sendiri, yang tidak mau berpegang teguh pada al qur’an dan sunnah, gerakan kristenisasi, penjelajahan samudera, pengampunan dosa, dll.
Adapun makna istilah kata kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui yaitu kebangkitan dari keterpurukan dan keterlenaan serta dari ketiadaan pemahaman terhadap realita hakiki yang menjadi realita hidup umat.
Kelompok-kelompok yang tidak terorganisasi dan tidak berpolitik ialah fondasi real bagi kebangkitan Islam yang tidak direkayasa, apalagi mereka ialah sumber pijakan bagi kelompok-kelompok lain, baik yang moderat dan ekstrem, maupun yang politis.



DAFTAR PUSTAKA

Busthani Muhammad Said, Pembaharuan dan Pembaruan dalam Islam, Terj. Mahsun al-Munzir, Ponorogo Gontor: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1992.
Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH., Hukum Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004.


[1] Busthani Muhammad Said, Pembaharuan dan Pembaruan dalam Islam, Terj. Mahsun al-Munzir, (Ponorogo Gontor: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1992), h. 1-3.
[2] Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH., Hukum Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 42

Posting Komentar untuk "Masa Kebangkitan Islam"