Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hubungan Manusia, Filsafat Dan Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Manusia yaitu makhluk yang paling unik dibandingkan dengan makhluk lainnya, sehingga sangat menarikdanunik untuk dikaji. Ia semakin berkembang dari hari kehari untuk bertahan hidup dan menjadi lebih baik. Selain itu insan yaitu makhluk Tuhan yang paling tepat penciptaannya dari makhluk lain. melaluiataubersamaini panca indera, insan berusaha memahami benda-benda konkrit. Namun tidak hingga di situ saja, insan mempunyai nalar pikiran yang senantiasa bergolak dan berpikir dalam memahami situasi dan dan kondisi yang terjadi di alam. Kehidupan secara lebih baik ialah tujuan yang ingin dicapai oleh insan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik insan perlu untuk dibuat atau diarahkan.
Problematika pendidikan yaitu duduk perkara hidup dan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, insan akan selalu memerlukan pendidikan semoga ia bisa mempertahankan hidup atau sanggup mencapai kehidupannya semoga lebih baik. Dalam sejarah, pendidikan sudah dimulai semenjak adanya makhluk berjulukan manusia, ini berarti pendidikan itu tumbuh dan berkembang bahu-membahu dengan proses perkembangan dan kehidupan manusia.
Dalam paper kerja ini kami akan mengulas wacana unsur-unsur pembentuk insan yang sanggup memmenolong insan untuk hidup lebih baik. melaluiataubersamaini kata lain, konteks filsafat budaya sebagai ilmu wacana kahidupan manusia akan lebih disempitkan atau dibatasi pada kerangka berpikir pembentukan insan yang lebih baik.


B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana kekerabatan manusia, Filsafat dan pendidikan……….?
C.     Tujiuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana kekerabatan dan keterkaitan antara manusia, filsafat dan pendidikan.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hubungan Manusia, Filsafat dan pendidikan
Kehidupan secara lebih baik ialah tujuan yang ingin dicapai oleh insan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik insan perlu untuk dibuat atau diarahkan. Pembentukan insan itu sanggup melalui pendidikan atau ilmu yang mensugesti pengetahuan wacana diri dan dunianya, melalui kehidupan sosial, dan melalui agama.
Pembentukan insan yang lebih baik bukan dalam arti moral; baik buruknya manusia, tetapi dalam arti pembentukan insan sebagai makhluk yang hidup dan berbudaya dalam perspektif filsafat budaya, yakni hidup yang lebih bijaksana,  dan lebih kritis. Filsafat bukanlah ilmu positif menyerupai fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat yaitu ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Kelompok mencoba mengangkat tiga unsur pembentukan manusia. Ketiga unsur pembentuk itu antara lain:
 (1) pengetahuan insan wacana diri sendiri dan lingkungannya;
 (2) insan dalam hubungannya dengan hidup komunitas; dan
(3) agama memmenolong insan hidup dengan lebih baik.
Pengetahuan menjadi unsur yang penting dalam perjuangan membentuk insan yang lebih baik. melaluiataubersamaini pengetahuan yang memadai insan sanggup mengembangkan diri dan hidupnya. Apa yang diketahui secara lebih umum dalam pengetahuan, dalam ilmu diketahui secara lebih masuk akal.
Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan insan wacana diri sendiri dan dunianya. Ketika insan mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh, ia akan hidup secara lebih tepat dan lebih baik dalam dunia yang yaitu dunianya. Berkaitan dengan itu insan juga membutuhkan pengetahuan wacana lingkungan atau dunianya. melaluiataubersamaini pengetahuan yang ia miliki wacana dunia atau lingkungannya, insan sanggup mengadaptasikan dirinya secara cepat dan lebih gampang.
Manusia ternyata tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam kekerabatan dengan dan membutuhkan insan lain, yang menunjukkan hakikat dari manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk sanggup membentuk dan mengembangkan dirinya sehingga sanggup hidup secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih kritis. melaluiataubersamaini demikian insan pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau hidup dalam suatu komunitas tertentu. Jadi, kebersamaannya dengan orang lain dalam suatu komunitas inilah yang turut memilih pembentukan yang memperkenankan insan itu hidup atas cara yang lebih baik dan lebih tepat dalam dunianya.
Unsur lain yang sanggup memmenolong membentuk insan sehingga insan sanggup hidup secara lebih baik, lebih bijaksana yaitu agama. Ketiga unsur pembentuk insan untuk hidup secara lebih baik itu akan dilihat dan dijelaskan secara lebih dalam pokok-pokok diberikut.
1.      Manusia mengetahui dirinya dan dunianya
Telah dikatakan sebelumnya (pada bab penlampauan) bahwa pengetahuan ialah salah satu unsur yang penting dalam kekerabatan dengan pembentukan insan untuk hidup secara lebih baik dan lebih sempurna. Manusia yaitu makluk yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga insan juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai daerah dirinya bereksistensi.
Dunia yang dimaksudkan di sini yaitu dunia yang bisa mempersembahkan insan kegampangan dan tantangan dalam hidup. Dunia di mana insan bereksistensi sanggup mempersembahkan kepada insan sesuatu yang mempunyai kegunaan bagi pembentukan dan pengembangan dirinya. Pengetahuan ialah kekayaan dan kesempurnaan bagi makhluk yang memilikinya.
Manusia sanggup mengetahui segala-galanya, maka ia menguasai makhluk lain yang penguasaannya terhadap pengetahuan kurang. Dalam lingkungan insan sendiri seseorang yang tahu lebih banyak yaitu lebih baik jikalau dibandingkan dengan yang tidak tahu apa-apa. Pengetahuan menjadikan insan berafiliasi dengan dunia dan dengan orang lain, dan itu membentuk insan itu sendiri.
2.      Manusia dalam hidup komunitas   
Secara umum komunitas sanggup diartikan sebagai suatu perkumpulan atau komplotan insan yang bersifat permguan demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan. Dan umumnya tujuan yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan keprihatinan timbal balik satu dengan yang lain. Jadi, secara tidak pribadi hidup komunitas sanggup dimengerti sebagai suatu kehidupan dimana terdapat individu-individu insan yang membentuk suatu komplotan guna mancapai suatu tujuan bersama. Dan tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai tertentu yang diinginkan bersama.
Misalnya, nilai kebaikan, keindahan, kolaborasi dan sebagainya. Selanjutnya, dalam mencapai tujuan bersama itu setiap individu (anggota persekutuan) saling diberinteraksi atau bekerjasama satu dengan yang lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi sekaligus pula tak sanggup disangkal bahwa melalui kehidupan komunitas kepribadian insan sanggup dibuat melalui proses sosialisai dan internalisasi. Artinya, melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan kepada setiap individu (anggota persekutuan). Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan oleh pegangan dalam diri setiap individu.

3.       Agama memmenolong insan hidup lebih baik
Arti budaya sudah diangkat kembali oleh renesans dengan huruf naturalistik, yaitu budaya dipahami sebagai pembentukan insan dalam dunianya, yakni sebagai pembentukan yang memperkenankan insan hidup atas cara yang lebih bijaksana dan lebih tepat dalam dunia yang yaitu dunianya. Dalam konteks ini, agama menerima daerah dan peranan penting.
 Agama dimengerti sebagai unsur integral dari budaya, terutama alasannya yaitu mengajarkan bagaimana hidup dengan baik, hidup dengan bijaksana dan nilai-nilai universal lainnya. Dalam agama terkandung ajaran-ajaran kebijaksanaan (dalam arti tertentu filsafat dipahami sebagai kebijaksanaan) yang sanggup mengarahkan insan kepada hidup yang lebih baik. melaluiataubersamaini demikian, hidup yang lebih baik dalam perspektif filsafat budaya yaitu pembentukan kebijaksanaan secara internal dalam diri insan melalui ajaran-ajaran agama.
Manusia tidak sanggup dilepaskan dari agama dalam kehidupannya. Maksudnya yaitu bahwa agama menjadi masukana di mana insan sanggup memenuhi keinginannya untuk sanggup hidup dengan lebih bijaksana. melaluiataubersamaini kata lain agama memmenolong insan untuk sanggup hidup lebih baik. Melalui agama insan sanggup menjadi bijaksana untuk mencapai realisasi dirinya yang lengkap sehingga menjadi suatu microcosmos yang tepat dalam macrocosmos.
Setiap agama umumnya mengajarkan kepada para penganut atau pengikutnnya untuk hidup sebagai orang yang saleh, baik di hadapan insan maupun di hadapan yang Ilahi. melaluiataubersamaini demikian agama sanggup mengarahkan insan kepada hidup yang lebih baik. Agama membentuk insan untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana dengan menanamkan nilai-nilai universal dalam diri insan itu.[1]
Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai cirri-ciri sebagai diberikut.
1. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otakmya.
2. Mengadakan metabolisme atau penyusun dan pembongkaran  zat, yaitu ada zat yang masuk dan keluar.
3. Memdiberikan jawaban terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
4. Memiliki potensi untuk berkembang.
5. Tumbuh dan berkembang
6. Berinteraksi dengan lingkungannya.
7. Bergerak.
            Apabila di bandingkan dengan badan binatang tingkat tinggi lainnya, menyerupai gajah, harimau, burung, dan buaya, badan insan lebih lemah. Gajah sanggup mengangkat balok yang berat, harimau sanggup berjalan cepat, burung sanggup terbang, dan buaya sanggup berenang cepat. Sekalipun demikian, rohani manusia, yaitu nalar budi dan kemauannya sangat berpengaruh sehingga dengan nalar budi dan kemauannya, insan sanggup mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. [2]
            Rasa ingin tahu atau kuriositas insan terus tumbuh dan berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu ini tidak pernah sanggup terpuaskan apabila suatu duduk perkara sanggup di pecahakan, akan tibul duduk perkara lain yang menunggu pemecahannya, insan bertanya terus, setelah tahu apa, ia ingin tahu bagaimana dan mengapa. melaluiataubersamaini demikian, insan bisa memakai pengetahuan yang sudah usang yang di peroleh dikombinasikan dengan pengetahuan yang gres menjadi pengetahuan yang lebih gres lagi.
Manusia memakai rasionya sebagai alat untuk hal-hal diberikut.
1. Menemukan kebenaran dalam pendidikan.
2. Merasionalisasi segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan cara berpikir yang mendalam, logis, dan rasional untuk mengembangkan rujukan pendidikan yang utama bagi peningkatan akhlak insan kepada Allah SWT. Dan sesama manusia.
3. Menjadikan tiruana objek ilmu pengetahuan sebagai objek material yang cara kerjanya radikal dan mendalam untuk mengembangkan kurikulum pembelajaran.
4. Kebenaran yang bersifat observatif dan empiris sebagai langkah pertama menuju pencarian kebenaran yang hakiki. melaluiataubersamaini demikian, pendidikan dikembangkan dengan paradigm bersama depan.
            Dalam persepektif filsafat pendidikan, mempelajari jati diri insan sangat penting alasannya yaitu alasan diberikut.
1.      Semua insan tercipta dalam keadaan tidak mempunyai ilmu pengetahuan, insan bab dari alam.
2.      Manusia terlahir dalam keadaan fitrah, diciptakan dengan fitrahNya.sumber ilmu berasal dari Allah pencipta manusia.
3.      Manusia diwajibkan mencari ilmu, sumber ilmu berasal dari Allah pencipta manusia.
4.      Belajar dan mengamati jiwa insan ialah metode mengesakan Tuhan.
5.      Manusia berasal dari Tuhan. Oleh alasannya yaitu itu, insan diciptakan sebagai pelajaran bagi insan sendiri tanpa mengenal batas dan keyakinan.
Kelima alasan diberikut ialah titik tolak dan prinsip lahirnya filsafat pendidikan wacana manusia. Hal ini alasannya yaitu dengan lima pandangan tersebut, insan tidak berhenti mengembangkan pendidikan, baik secara praktis. Sebgai hasilnya, pendidikan semakin berkembang dan jati diri insan semakin diketahui eksitensinya.
      Adapun fungsi filsafat pendidikan wacana insan yaitu :
1.      Meningkatkan rujukan hidup insan di muka bumi;
2.      Meningkatkan kebudayaan masyarakat dlm merekayasa dan mengeksploitasi alam;
3.      Meningkatkan kemandirian insan dalam bertahan hidup;
4.      Memelihara kelangsungan reproduksi;
5.      Mewasdai gejalaalam yang akan menimbulkan peristiwa alam bagi manusia;
6.      Memelihara dirinya dari menyebarkan macam penyakit;
7.      Beradaptasi dengan kondisi alam yang berubah-ubah;
8.      Meningkatkan harkat dan mertabat insan dari segi pendidikan kealaman;
9.      Fungsi ekonomi, polotik, agama, dan sosial budaya; dan
10.  Sarana dedikasi kepada Tuhan,
Filsafat pendidikan wacana insan wajib dipelajari semoga insan mempunyai kapabilitas yang ilmiah dalam membaca dalam tanda-tanda kemanusiaan universal dan memanfaatkan aneka macam kelebihannya untuk menjalankan kehidupan di dunia.
Ciri-ciri filsafat wacana insan yaitu :
1.      Merupakan pengetahuan filsafat yang universal alasannya yaitu seluruh kajian filsafat akan membicarakan manusia;
2.      Menjadikan insan sebagai subjek dan objek pengembangan;
3.      Memerlukan pemahaman mendalam semoga insan menyadari kepentingan halam jagat raya ini hidup berdampingan dengan seluruh alam jagat raya ini;
4.      Memahami keberadaan insan secara komprehensif dan kontemplatif.
Adapun manfaat filsafat pendidikan wacana insan yaitu manfaat filsafat pendidikan wacana insan yaitu mempersembahkan pengethuan empiris dan terukur kepada manusia, sebagai mana tanda-tanda ke manusian yang sanggup di hitung secara matematis sehingga insan lebih wapada menghadapi aneka macam perubahan kehidupan yang akan menhadirkan mala petaka.[3]



















BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kehidupan secara lebih baik ialah tujuan yang ingin dicapai oleh insan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik insan perlu untuk dibuat atau diarahkan. Pembentukan insan itu sanggup melalui pendidikan atau ilmu yang mensugesti pengetahuan wacana diri dan dunianya, melalui kehidupan sosial, dan melalui agama.
Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai cirri-ciri sebagai diberikut; Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otakmya, mengadakan metabolisme atau penyusun dan pembongkaran  zat, yaitu ada zat yang masuk dan keluar, mempersembahkan jawaban terhadap rangsangan dari dalam dan luar, mempunyai potensi untuk berkembang, tumbuh dan berkembang, diberinteraksi dengan lingkungannya dan bergerak.










DAFTAR PUSTAKA

Prasetya ,1997, Filsafat Pendidikan, Bandung; CV. Pustaka Setia
Jalaluddin dan Idi Abdullah, 2010, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta; Ar-Ruzz Media
Salahudin Anas, 2011, Filsafat Pendidikan, Bandung; Pustaka Setia
http//leonardoansis. Wordpress.com/ goresan-pena-teman dekatku-yono/filsafat-sebagai-ilmu-perihal-kehidupan-manusia/’’\1’’-ftnref8’’.


.Jalaluddin, Filsafat Pendidikan,( Jogjakarta; Cv Ar-Ruzz Media ), 2011,hal 135-136
[2] Mascoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, ( Surabaya ; Bina ilmu ), 2006 hal 2
[3] Ana Salahudin, Filsafat Pendidikan, ( Bandung; Pustaka Setia ) ,  2011 hal 91-94

Posting Komentar untuk "Hubungan Manusia, Filsafat Dan Pendidikan"