Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor Lingkungan Dalam Perekonomian

Pada 30 Nopember hingga dengan 11 Desember 2015, Perancis menjadi tuan rumah konferensi dunia yang berkaitan dengan lingkungan, yaitu: The 21st Session of the Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change, atau lebih dikenal dengan sebutan Paris 2015.

peningkatan suhu udara secara global (global warming), serta kesiapan menghadapi persoalan-persoalan tersebut.

Pertanyaannya yakni seberapa besar permasalahan lingkungan berdampak pada perekonomian? Artikel ini akan menyajikan data-data terkait hal tersebut.



Dalam satu peluang, Mark Carney, Gubernur Bank Sentral Inggris (Bank of England) mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan terjadinya ketidakstabilan pada pasar saham dan perbankan jawaban isu-isu lingkungan.

Salah satu alasan kekhawatiran itu yakni besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulangi duduk kasus lingkungan. Hal ini diyakini akan mensugesti persepsi pelaku pasar dalam pengambilan keputusan untuk bertransaksi dan/atau diberinvestasi. Perubahan pada pengambilan keputusan tersebut pada kesudahannya akan membawa dampak signifikan pada perekonomian global (ourworld.unu.edu. Climate Concern Could Cause Global Financial Chaos, 06 October 2015).

Berikutnya, berdasarkan salah satu media lokal, pemerintah Jepang sudah tetapkan suatu rencana pembiasaan (adaptation plan) terhadap perubahan iklim. Mereka menyadari bahwa dampak global warming sudah mengganggu kehidupan masyarakat, sehingga mesti diambil tindakan untuk mengurangi dampak buruknya. Oleh alasannya yakni itu, pemerintah Jepang melaksanakan analisa, evaluasi, dan penelitian-penelitian secara terintegrasi diantara institusi pemerintah untuk menemukan solusi atas duduk kasus lingkungan.

Dalam upaya tersebut, pemerintah lokal dilibatkan dalam pencegahan dan penanggulangan kasus lingkungan, menyerupai peristiwa alam. Selain itu, kasus kesehatan mendapat perhatian fokus dari pemerintah Jepang. Secara proaktif, mereka berupaya meminimalisir kemungkinan timbulnya penyakit jawaban permasalahan lingkungan.

Lebih jauh, pada sektor pertanian, pemerintah Jepang melaksanakan riset untuk membuat varietas padi yang dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Bahkan menghangatnya suhu udara dimanfaatkan untuk pembibitan tumbuhan tertentu, menyerupai jeruk dan mangga, sehingga dapat meningkatkan kegiatan ekonomi lokal (The-japan-news.com).

Selanjutnya kita akan melihat respon pemerintah India terhadap informasi lingkungan. Pihak pemerintah India mengungkapkan bahwa perubahan lingkungan sudah menjadi bahaya fokus bagi pertumbuhan ekonomi negara. Tercatat bahwa ekspresi dominan kemarau dan peristiwa kekeenteng sudah merugikan sektor pertanian hingga US$ 370 miliar, belum termasuk hilangnya mata pencaharian.

Seperti halnya Jepang, pemerintah India juga berupaya mengurangi imbas emisi gas rumah beling dan polusi udara. Disamping itu India juga berusaha memanfaatkan energi sinar matahari (solar power) sebagai pengganti energi minyak bumi (www.ibtimes.com. India Drought 2015: Climate Change Is Biggest Threat To India's Economy, Mody Finance Aide Says, November 02, 2015).

Bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan penelitian Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), perubahan iklim yang muncul alasannya yakni kerusakan hutan dan lingkungan di Indonesia sudah menjadikan seringnya terjadi peristiwa di negeri ini (www.voaindonesia.com. Perubahan Iklim Picu Terjadinya Bencana Alam di Indonesia, 06 Agustus 2015).

Lebih jauh, perusakan lingkungan, pembakaran hutan dan lahan, serta penebangan pohon secara illegal sudah menjadikan peristiwa silih berganti.Untuk menangani kebakaran hutan saja, berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dana yang sudah dihabiskan mencapai Rp 385 milliar, sedangkan api belum juga padam. Hingga dikala ini BNPB tengah mengajukan pemanis dana Rp 750 miliar kepada Kementerian Keuangan (www.tempo.co. Anggaran Penanganan Kebakaran Melonjak, 03 Oktober 2015).

Sumber lain dari Indonesia Forest And Climate Support (IFACS) sebut bahwa perubahan cuaca memengaruhi tumbuhan pangan, daerah tinggal, serta acara dan kesehatan manusia. Mereka menegaskan bahwa dampak perubahan iklim itu benar-benar menjadi kasus fokus.

Ancaman-ancaman kasatmata jawaban perubahan iklim diantaranya:
  • menurunnya hasil pertanian, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
  • tingkat kerindangan tanah yang menurun drastis sehingga susah untuk ditanami, sehingga berakibat merosotnya produksi pangan nasional.
  • kualitas air tanah yang semakin memburuk dan kuantitasnya yang berkurang jawaban banyaknya hutan digunduli/dibakar.
  • kesehatan masyarakat yang terganggu alasannya yakni daya tahan badan yang melemah.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor lingkungan menyerupai perubahan iklim, pemanasan global, dan kerusakan lingkungan memang menjadi duduk kasus fokus pada kondisi perekonomian. **


ARTIKEL TERKAIT :
Mengenang Tragedi Minamata, ketika acara perekonomian mengabaikan faktor lingkungan
Belajar dari Pengelolaan Sampah di Jepang
Saat Pencemaran Udara Mempengaruhi Kehidupan Manusia
Menakar Kebutuhan Sumberdaya Energi di Masa Depan

Posting Komentar untuk "Faktor Lingkungan Dalam Perekonomian"