Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Etika Bisnis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Di dunia modern, etika dan tanggung tanggapan sosial bisnis ialah pokok bahasan yang fokus dalam diskusi-diskusi bisnis kontemporer ihwal perencanaan-perencanaan kebijakan, administrasi proses, bahkan dilakukan pula oleh pemerintah. Secara umum dipahami, bahwa etika bisnis ialah penerapan nilai-nilai atau standar-standar moral dalam kebajikan, kelembagaan dan sikap bisnis yang penerapannya akan dapat  meningkatkan profitabilitas jangka panjang dan good will yang diperoleh dari gambaran positif dari bisnis yang dijalankan.
Serangkaian penemuan-penemuan baru, perubahan-perubahan organisasi bisnis, perdagangan seluruh dunia, apalagi dengan semakin merebaknya bisnis di dunia maya atau yang dikenal dengan e- Business atau e- Commerce, tidak spesialuntuk merubah cara-cara dalam meperoleh penghasilan, tetapi secara radikal mengubah seluruh cara hidup bahkan mengubah cara berfikir, khususnya lantaran berkembangnya kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan secara signifikan. Perubahan-perubahan besar dalam jalan hidup sudah meningkatkan pengembangan teori-teori simpel yang menyangkut fungsi inti dan organisasi-organisasi bisnis. melaluiataubersamaini fakta ini, etika bisnis ialah salah satu dari disiplin ilmu yang bekerjasama dengan persoalan-persoalan bisnis di atas dalam banyak sekali konteksnya. Etika bisnismenawarkan seperangkat nilai-nilai bisnis, biar sanggup menjambatani persoalan-persoalan di atas dengan perubahan-perubahannya tanpa menyimpang dari makna hakikat kehidupan. Makna hakikat hidup bukan semata-mata melaksanakan pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhan hidup melainkan pencarian, pemaknaan dan dedikasi bagi keberlangsungan dan kesejahteraan kehidupan individual dan sosial baik di dunia maupaun di kehidupan setelah kematiannya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaiman Kaidah-Kaidah Keimanan Pebisnis itu?
2.      Apa Saja Model-Model Bisnis Modern dan Etikanya?
3.      Bagaimana Persaingan Bisnis : Suatu Keniscayaan?
4.      Bagaimana Ajaran Islam Dalam Memandang Bersaingan Secara Sehat Dalam Bisnis?
5.      Apa Saja Sembilan Etika Pemasar?
6.      Bagaimana Rahasia Sukses Rasulullah?






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kaidah-Kaidah Keimanan Pebisnis
Iman dan pekerjaan ialah dua shabat, yang hubungannya sama dengan korelasi rug dengan jasad. [1]Dalam Al- Qur’an, kata kepercayaan dengan pekerjaan yang baik disebutkan secara bersamaan dalam dua ratus ayat lebih.Menurut Imam Hasan al- Bashri ra., “ Iman ialah ratifikasi dalam hati yang dibuktikan dengan tindakan. Iman ialah faktor penting dan sangat perlu untuk menggerakkan seluruh kehidupan. Dari sini, maka sanggup kita pahami bahwa pentingnya dikumpulkannya antara kepercayaan dengan pekerjaan yang baik bagi para pebisnis, di tengah-tengah kejayaannya terhadap hal-hal diberikut :
·         Pertama : Harta ialah Milik Allah yang Diserahkan kepada Manusia
Alam ini berupa elemen-elemen, dengan pengaturan kalnya, ilmunya, dan mengumpulkan asa dan keinginannya, untuk memanfaatkan elemen-elemen tersebut kemudianmengambil aspek-aspek jadinya yang baik.
·         Kedua : Menanamkan Niat Saat Bekerja
Islam mengakibatkan pekerjaan sebagai cuilan dari ibadah, kalau orang yang melakukannya menanamkankan niat ketika berkecimpung di dunia ekonomi. Pebisnis yang memakmurkan bumi, menambah kekayaan, dan memetik buah, menggerakkan alat, menegeluarkan harta kekayaaan bumi, dan berdagang, kalau beliau bisa mendapatkan apa yang ada di sisi Allah, maka beliau akan mendapatkan pahala di dunia dan di alam abadi kelak.
·         Ketiga : Percaya terhadap Qadha’ dan Qadar Allah dan Senantiasa Bersyukur kepada Allah, baik dalam Keadaan Suka maupun Duka.
Jika seorang pebisnis muslim berdagang mendapatkan laba, maka hendaknya segera bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sudah dianugerahkan kepadanya, dan tidakboleh sekali-kali besar hati menyerupai cara bangganya orang-orang yang sombong.
Dan kalau beliau mempunyai nasib lain, rugi maka hendaknya beliau rela menerimanya dengan lapang dada, tenteram dan menenangkan dirinya dengan mengingat bahwa Allah tidak pernah berbuat kecuali untuk kebaikan dirinya.
·         Keempat : Mencari Rezeki Melalui Sebab-sebab dan Bekerja serta Tawakkal kepada Allah
Dalam mencari rezeki dan menyebarkan hartanya, pebisnis muslim dituntut untuk memakai sebab-sebab di samping tawakkal kepada Allah. Allah yang memdiberi rezeki kepada burung setiap pagi dan sore, Allah bisa untuk mempersembahkan rezeki kepada burung, Allah ialah Dzat yang mengatur, melapangkan, dan mengakibatkan sebab.
·         Kelima : Percaya bahwa Istighfar dan Takwa kepada Allah Merupakan Bagian dari Penyebab Datangnya Rezeki
Islam ialah spirit dan materi yang perhatian terhadap jasmani manusia. Pada waktu yang sama, ia menghargai spiritnya dengan takwa dan istighfar kepada Allah, lantaran ia bisa memperbaiki hati dan mewujudkan konsistensi terhadap hidayah Allah. Dari sini, timbullah kelapangan rezeki dan kemakmuran, menyerupai yang diinginkan manusia, yang bukan spesialuntuk angan belaka.
Atas landasan ini, seorang pebisnis dituntut untuk bertakwa kepada Tuhannya dalam mengelola harta yang dititipkan kepadanya, di samping harus banyak diberistighfar dan menjauhi seluruh larangan-Nya, lantaran tindakan itu akan menhadirkan pertolongan, berkah, dan kesejahteraan.
·         Keenam : Yakin bahwa Allah Menambahkan Rezeki kepada Sebagian Manusia atas Sebagian yang lain
Keterpautan rezeki antara hamba-hamba Allah ialah cuilan dari sunnatullah. Manusi mempunyai rezeki yang tidak sama-beda sesuai dengan kekhususan yang didiberikan oleh Allah kepada mereka, baik secara fitrah ( talenta bawaan) ataupun manfaat yang bertumpu pada talenta tersebut.
·         Ketujuh : Memelihara Tujuan-tujuan syariat dalam Ibadah
Seorang pebisnis tidak boleh melupakan kawasan kembalinya lantaran terlalu serius dalam mengurusi kehidupannya, sehingga usianya berlalau dengan sia-sia dan transaksi penjualannyapun menjadi merugi .
Laba alam abadi akhirat yang tidak didapatkannya tidak bisa ditutupi dengan keuntungan yang beliau dapatkan didunia. melaluiataubersamaini demikian, berarti beliau sudah membeli kehidupan dunia dengan akhirat, bahkan orang yang mempunyai logika normal harus menyayangi dirinya sendiri. Bentuk menyayangi dirinya sendiri yaitu dengan cara memelihara modalnya. Modalnya ialah agama dan cara memanfaatkannya.[2]

B.     Model-Model Bisnis Modern dan Etikanya
Dalam konteks bisnis perusahaan, penerapannya etika bisnis dihadapkan denagan masalah-masalah yang meliputi: proses, people dan teknologi. Pada tataran prosesnya, etika bisnis berhadapan dengan masalah-masalah klasik menyerupai cash flow, personal network,competition dan endurance. Pada people etika bsinis dihadapkan dengan duduk kasus kualitas SDM yang belum memadai, motivasi enterpreneur dan impian untuk “ cepat sukses “.
Demikian pula dalam teknologi etika bisnis dihadapkan dengan tuntutan teknologi yang mensyaratkan keserbacepatan dan efisiensi total dalam sistem kerja untuk mencapai suatu maksud dalam bisnis.Menghadapi realitas tersebut, terdapat pilihan-pilihan yang dihadapkan ialah menentukan diantara empat pilihan. Keempat kondisi itu adalah:
a.       jika tidak etis maka akan tertinggal
b.      etis tidak tertinggal
c.       etis tertinggal
d.      tidak etis tertinggal.

Terhadap pilihan-pilihan tersebut, konsepsi bisnis yang terpisah dari etika lebih banyak mengakibatkan etis tertinggal dan tidak etis tertinggal sebagai pilihan bisnis. Hanya saja dalam relitasnya kedua pilihan itu mempunyai kelemahan yang mendasar. Bisnis bukanlah dunia yang berdiri sendiri dan terpisah dari masyarakat dan masyarakat membutuhkan bisnis dalam aspek kehidupannya tidak terlepas dari eksistensi keseluruhan masyarakat dengan seluruh atribut dan simbol-simbol yang menempel pada masyarakat. Bisnis tidak terpisah dari etika dikarenakan pertama, bisnis tidak bebas nilai.
Kedua, bisnis ialah bagaian dari sistem sosial. Dan Ketiga, aplikasi etika bisnis identik dengan pengelolaan bisnis secra profesional. Perkembangan bisnis atau perusahaan, baik sebagai akhir maupun sebagai salah satu alasannya perkembangan politik, ekonomi soisal maupun teknologi serta aspek lingkungan di sekitarnya, kalau selam ia diberinteraksi dan menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat yang membutuhkannya maka bisnis atau perusahaan itu harus menyadari akan tanggung tanggapan terhadap lingkungannya, khususnya tanggung tanggapan sosial dengan segala aspekny. Agar suatu perusahaan atau bisnis sanggup mencapai tujuannya secara kontinyu dengan pemberian masyarakat luas, maka manajeman perusahaan harus menjaga efektivitas interaksi yang berlangsung antara perusahaan dan konsumen dan stake holder denga cara-carayang menurut nilai-nilai dan norma-norma etika bisnis.
Pada hakikatnya etika ialah cuilan dari integral dalam bisnis yang dijalankan secara profesional. Dalam jangka panjang suatu bisnis akan tetap berkesinambungan dan secara terus menerus benar-benar m enghasilkan keuntungan, kalau dilakukan atas dasar-dasar kepercayaan. Demikian pula suatu bisnis dalam perusahaan akan berlangsung bila bisnis itu dilakukan dengan memdiberi perhatian kepada tiruana pihak dalam perusahaan .




INI sebagian dari tujuan etika bisnis yaitu biar tiruana orang yang terlibat dalam bisnis mempunyai kesadaran  perihal adanya dimensi etis dalam bisnis itu sendiri dan biar mencar ilmu bagaimana mengadakan pertimbangan yang baik secara etis maupun ekonomis.[3]
Dari pandangan demikian maka, menjadi kemestian biar suatu bisnis atau perusahaan yang ingin berkelanjutan dan berkesinambungan dalam proses dan meraih keuntungan selalu berupaya memberlakukan pilihan kalau tidak etis maka kana tertinggal dan kalau etis maka tidak akan tertinggal pula.
 Untuk melihat relevansi dan implementasi etika bisnis dalam dunia bisnis secara berurutan diberikut akan dipaparkan empat hal terkena : 1) Hubungan produsen dan konsumen yang mencakup kualitas produk, harga dan iklan. 2) Pasar bebas .3) Tanggung tanggapan sosial perusahaan dan good Corporate Governence.  4) E- Business.
1.      Hubungan Produsen dan Konsumen
Produsen ialah suatu bisnis yang mengkhususkan diri dalam proses membuat produksi. Produksi atau manufakturing ialah proses yang dilakukan oleh produsen yang ialah acara fungsional yang mesti dilakukan oleh setiap perusahaan. Adapun konsumen ialah stakeholder yang hakiki dalam bisnis modern. Bisnis tidak akan berjalan tanpa adanya konsumen yang memakai produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Secara formal korelasi antara produsen dan konsumen bukanlah termasuk korelasi kontraktual, yaitu hak yang ditimbulkan dan dimiliki oleh seseorang ketika memasuki sebuah perjanjian dengan pihak lain.
2.      Pasar Bebas
Pasar bebas ialah perkembangan dari pasar lokal dan nasional yan gtidak mengenal keterbatasan tertentu.

Dalam implementasinya walaupun dalam pasar bebas terkesan adanya kebebasan antar kompetitor dalam memasarkan komoditas yang dimiliknya, tetapi bukan berarti kebebasan yang tiada terbatas. Kebebasan di sini dalam pengertian bahwa secara sadar dan tanpa adanya paksaan pada pelaku bisnis mengoptimalkan upaya-upaya bisnisnya.
3.      Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Good Corporate Governance
Tanggung tanggapan sosial perusahaan ialah tema yang terus berkembang dalam dunia bisnis. Lebih jauh tanggung tanggapan sosial perusahaan secara luas terkait bersahabat dengan tuntutan pembangunan pemerintahan yang membersihkan. Dalam korelasi ini etika bisnis mempersembahkan tuntutan biar dalam proses produksi yang berkesinambungan untuk memperoleh tujuan ekonomis, tidak melalaikan aturan yang sudah diputuskan sebagai perlindungan tidak terjadinya penyelewengan wewenang dan kekuasaan pemerintah dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan GNP misalnya.
Tuntutan tersebut diharapkan pelaksaan sistem dan proses baik dalam perusahaan maupun pemerintahan dan korelasi keduanya dilakukan secara terbuka dan tidak mempersembahkan peluang sedikitpun bagi munculnya praktek-praktek korupsi, kongkalikong dan nepotisme.
4.      E- Business
E- Business ialah model bisnis yang menekankan pertukaran inormasi dan transaksi bisnis bersifat paperless. Perkembangan yang pesat dalam model bisnis ini ditunjang oleh tiga faktor pemicu utama, yaitu pertama, faktor pasar dan ekonomi menyerupai kompetisi yang semakin intensif, perekonomian global, kesepakatan dagang regionaldan keuasaan konsumen yang semakin besar,Kedua, faktor sosial dan lingkungan menyerupai perubahan karakteristik. Ketiga, faktor teknologi, penemuan yang muncul setiap saat.




melaluiataubersamaini demikian etika bisnis al-Qur’an ialah pra-syarat bagi pembangunan bisnis yang Islami. Jika sisi keimanan mempunyai tugas penting dalam muamalah, biar hasil sisi ini tampak buah hasilnya, maka harus dimanifestasikan dalam bentuk sikap yang diperankan oleh pebisnis muslim yaitu dengan cara memakai seluruh batasn-batasan etika, yang sanggup disederhanakan menyerupai diberikut ini :
·         Bermualah dengan menggunaka etika Islam  yaitu : jujur , amanah, toleransi, dan memenuhi kesepakatan dan janji.
·         Bermuamalah dalam hal-hal yang baik-baik saja : Tidak bermuamalah dalam barang-barang dan kegiatan-kegiatan yang dilarang, tidak mamakan harta dengan jalan yang bathil.[4]

C.    Persaingan Bisnis : Suatu Keniscayaan
Bisnis nampaknya tidak sanggup dipisahkan dari acara persaingan. Islam menganjurkan umatnya untuk melaksanakan perlombaan dalam mencari kebaikan. Jika ini dijadikan dasar bisnis, maka praktek bisnis harus menjalankan suatu acara persaingan yang sehat. Jika dikaitkan dengan kondisi dikala ini, dengan apa yang disebut dengan perdagangan bebas. Maka acara bersaing dalam bisnis antara satu pebisnis dengan pebisnis lainnya tidak sanggup dihindarkan. Hal yang perlu dipikirkan ialah bagaimana persaingan bisnis itu sanggup mempersembahkan bantuan yang baik bagi para pelakunya. 
Harapan ideal tersebut sanggup diwujudkan kalau ada komitmen bersama di antara pesaing terhadap konsep persaingan, yaitu persaingan itu tidak diartikan sebagai perjuangan mematikan pesaing lainnya, tetapi dilakukan untuk mempersembahkan sesuatu yang terbaik dari perjuangan bisnisnya. Hal ini juga sangat dipengaruahi oleh cara pandang ihwal persaingan. [5]
Ada perbedaan paradigma dalam melihat pesaing yaitu :
CARA BARU MELIHAT PESAING
Paradigma Lama :
·         “ Yang lain” ialah musuh aku
·         Nama permainan itu adala kemenangan
·         Saya lebih baik daripada mereka
·         Saya terpisah dari yang lain
Paradigma Baru :
·         “ Yang lain” ialah benchmark aku
·         Nama permainan itu ialah pengembangan terus menerus
·         Saya ialah sesuatu yang penting
·         Saya ialah cuilan dari komunitas

D.    Ajaran Islam Dalam Memandang Bersaing Secara Sehat dalam Bisnis
Islam sebagai suatu aturan hidup yang khas sudah mediberikan aturan-aturannya yang rinci untuk menghindarkan munculnya permasalahan akhir praktik persaingan yang tidak sehat. Dalam kaitan ini, maka Islam mempersembahkan resep untuk mensikapi persaingan dalam bisnis, yaitu, ada tiga unsur yang perlu dicermati 1) pihak yang bersiang 2) cara persaingan 3) produk atau jasa yang dipersaingkan.
Ajaran diberikut sanggup dijadikan pijakan dalam melaksanakan persaingan dalam bisnis, yaitu :
1.      Hai orang-orang yang diberiman, tidakbolehlah kalian saling makan harta sesama kalian secara bathil.”
2.      Seorang muslim ialah bersaudara dengan muslim lainnya, tidak menzalimi dan tidak menekannya.
3.      Menciptakan suasana sebagai diberikut :
·         Pebisnis Muslim tidak menghalalkan segala cara
·         Pebisnis Muslim berupaya menhasilkan produk berkarakter dan pelayanan terbaik sesuai syari’ah
·         Pebisnis Muslim harus memperhatikan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan aqad-aqad bisnis
·         Negara harus bisa menjamin terciptanya sistem yang adil dan aman dalam persaingan

E.     Sembilan Etika Pemasar
Ada sembilan etika pemasar, yang akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer dalam menjalankan fungsi-fungsi pemamasukan , yaitu :
1.      Memiliki Kepribadian Spiritual ( takwa)
2.      Berperilaku Baik dan Simpatik (Shidq)
3.      Berlaku Adil dalam Bisnis ( AL-‘Adl)
4.      Bersikap Melayani dan Rendah Hati ( Khidmah)
5.      Menepati Janji dan Tidak curang
6.      jujur dan Terpercaya ( Al-Amanah)
7.      Tidak Suka Berburuk Sangka
8.      Tidak Suka Menjelek- jelekkan
9.       Tidak Melakukan Sogok ( Rishwah)

F.     Rahasia Sukses Rasulullah
·         Menjadikan Bekerja sebagai ladang menjemput syurga: Rasulullah menganggap bekerja ialah termasuk ibadah insan kepada Allah yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan berharap hasil terbaik dalam hidupnya.
·         Menerap Kejujuran dan Kepercayaan: Kejujuan dan kepercayaan ialah dua hal  yang mutlak dalam meabadikan bisnis yang kita bangun. Tidak adak tawar menawar dalam kasus ini.  Kejujuran yang kita miliki akan menumbuhkan kepercayaan dari orang lain. Karena orang yang amanah pasti sanggup dipercaya.
·         Tak spesialuntuk jago mimpi, tapi harus jago mewujudkan mimpi itu: mimpi tanpa diiringi dengan tindakan spesialuntuklah tinggal mimpi belaka. Ketika kita punya mimpi wujudkan dalam tindakan, tentukan langkah-langkahnya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
·         Berfikir visioner, kreatif, dan siap menghadapi perubahan: Sebagai seorang pebisnis ulung harus mempunyai pedoman terdepan, bisa menganalisis perkembangan bisnisnya di masa yang akan hadir, menyerupai apa perkembangan yang akan ia inginkan.
·         Tentunya juga diharapkan sikap kreatif. Mampu menangkap peluang-peluang yang ada dan senantiasa beradaptasi dengan perubahan zaman.
·         Rasulullah mempunyai planning dan goal setting yang jelas; Dalam berbisnis juga perlu perencanaan yang matang, keberhasilan menyerupai apa yang kita impikan. melaluiataubersamaini demikian kita bekerja sesuai dengan konsep keteraturan yang sudah kita rancang sebaik mungkin. Jika ada kegagalan akan lebih mudah menganalisisnya.
·         Pintar mempromosikan diri: Pebisnis ulung ialah pebisnis yang bisa mempromosikan dirinya dalam peluang apapun. Tidak spesialuntuk bisnis yang ia punya, namun pribadinya sanggup menjadi asset yang sanggup menggaet kekerabatan sebanyak-banyaknya untuk memperkuat kerajaan bisnis yang ia bangun.
·         Mengpenghasilan karyawan sebelum keringatnya mengering : dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Baihaqi menyampaikan bahwa;” Berikanlah penghasilan atau upah kepada karyawan sebelum kering keringatnya dan diberitahukan ketentuan penghasilan/upahnya, terhadap apa yang dikerjakannya”. Gaji yang didiberikan kepada karyawan hendaklah sanggup mencukupi kebutuhan hidup mereka. melaluiataubersamaini mempersembahkan penghasilan tepat waktu sanggup menjadi motivasi untuk meningkatkan kinerja seorang karyawan
·         Mengetahui Rumus, “Bekerja dengan Cerdas” : maksudnya ialah bisa memanfaatkan waktu yang terbatas dengan hasil kerja yang terbaik.
·         Mengutamakan sinergi; mampu menggandeng orang lain untuk tolong-menolong dalam memajukan bisnis. Pebisnis cerdas akan menyadari bahwa tidak tiruana hal sanggup ia lakukan sendiri, maka disinilah letak dan posisinya kerjasama untuk melengkapi belum sempurnanya-belum sempurnanyanya dalam berbisnis.
·         Pandai bersyukur dan berucap terima kasih : Orang yang senantiasa bersyukur ialah orang merasa cukup dengan apa yang didiberikan Allah SWT. Senantiasa bersyukur dengan kondisi apapun yang ia terima. Rasa syukur inilah akan mengundang nikmat-nikmat Allah lainnya.
·         Berbisnis dengan Cinta : Melakukan segala sesuatu dengan cinta akan terasa perbedaannya, kalau dibandingkan dengan keterpaksaan. Berbisnis dengan cinta akan membuat kita menikmati apa yang kita kerjakan. Tiada tekanan lantaran kita melaksanakannya dengan sepenuh hati. Bekerja dengan cinta akan menhadirkan ketenangan dan semangat dalam diri kita
·         Be The best:  Menjadi insan paling bermanfaa :melaluiataubersamaini ilmu, harta, dan keahlian menjadi modal untuk menjadi pribadi yang bermanfaa bagi orang lain. Hal inipun bisa diterapkan juga oleh  pebisnis ulung. Karena ia menyadari harta, ilmu, dan keahlian yang beliau miliki spesialuntuklah titipan yang harus dipertanggungjawabankan .[6]






BAB III
PENUTUP

Simpulan
Bisnis nampaknya tidak sanggup dipisahkan dari acara persaingan. Islam menganjurkan umatnya untuk melaksanakan perlombaan dalam mencari kebaikan. Jika ini dijadikan dasar bisnis, maka praktek bisnis harus menjalankan suatu acara persaingan yang sehat. Jika dikaitkan dengan kondisi dikala ini, dengan apa yang disebut dengan perdagangan bebas. Maka acara bersaing dalam bisnis antara satu pebisnis dengan pebisnis lainnya tidak sanggup dihindarkan. Makara dalam berbisnis di perbolehkan adanya sebuah persaingan tetapi persaingan tersebut haruslah persaingan yang sehat.















DAFTAR PUSTAKA


Hermawan Kartajaya & Muhammad Syakir Sula.2006. Syariah Marketing.Bandung, Mizan.

DR.Asyraf Muhammad Dawwabah. 2008. Meneladani Keunggulan Bisnis Rasulullah. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra

Muhammad & Alimi. 2005. Etika dan Perlindungan konsumen dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta,BPFE.

Nurul huda & Mustafa Edwin Nasution. 2007. Investasi pada Pasar Modal Syari’ah. Jakarta, Media Group.

Muhammad.2004. Etika Bisnis Islam.Yogyakarta, UPP-AMP-YKPN.

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Wijayakusuma. Menggagas Bisnis Islami.

















                                                                                                                                      


[1] Asyaraf Muhammad Dawwabah, Meneladani Bisnis Rasulullah, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2008),hlm 19


[2] Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Media Group, 2007), hlm 51-53

[3] Muhammad & Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta : BPFE, 2006),hlm 81-82

[5] Muhammad,Etika Bisnis Islam( Yogyakarta :UPP-AMR-YKPN

[6] Hermawan Kartajaya & Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan, 2006), hlm 75-78

Posting Komentar untuk "Etika Bisnis"