Contoh Autobiografi
Namaku ialah Husnul Khatimah, saya anak ke-2 dari 3 bersaudara, saya tinggal di desa Sungai Gampa Asahi, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Kal-Sel. Sekarang saya tinggal di Banjarmasin, tepatnya di Jln. Kayu Manis, Gatot Subroto. Aku disini dalam rangka melanjutkan pendidikanku di IAIN Antasari Banjarmasin. Makanan kesukaanku ialah gado-gado dan lontong. Aku juga menyukai warna putih, biru dan pink. Bagiku warna-warna itu melambangkan diriku sebenarnya.
Aku ialah orang yang suka tantangan dan hal-hal baru, perilaku suka berkawan dengan siapa saja yang menciptakanku praktis masuk dengan lingkungan baru.
Banyak kegiatan yang jauh tidak sama dibandingkan saya masih duduk dibangku sekolah. Pada masa-masa sekolah ialah masa-masa kecilku yang penuh dengan tantangan dan canda tawa, walaupun dimasa kecilku saya ialah anak yang populer bandel. Sejak kecil saya digodok biar menjadi anak yang displin, didikan dalam keluarga yang tidak mengecewakan ketat.
Dalam keluargaku, setiap anak diwajibkan sanggup membaca Al-Quran semenjak dini. Sejak saya berumur 5 tahun, orang tuaku terutama ayah selalu membimbingku dalam membaca Al-Quran dengan baik. Setiap pulang sekolah saya selalu diajari ayahku cara membaca Al-Quran yang benar. Walapun saya anak yang tidak mengecewakan usang gres sanggup membaca Al-Quran dengan lancar dan baik dibandingkan kawan-kawanku yang lain tetapi ayah tak pernah bosan membimbingku hingga benar-benar sanggup membaca dengan fasih.
Sejak kelas 5 sekolah dasar saya pertama kali mengikuti MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) mewakili kecamatanku dalam perlombaan tingkat Kabupaten tepatnya di desa Bantuil, kecamatan Cerbon. Aku ikut serta dalam lomba Tilawatil Alquran tingkat anak-anak, pengalaman pertama saya mengikuti lomba ini, banyak memdapatkan mitra gres serta tempat kafilah-kafilah dari banyak sekali kecamatan berdekatan, serta lokasi program yang menghadap eksklusif kelaut membuat pengalaman pertamaku terasa istimewa. dan hingga kini saya masih bergelut dalam kegiatan ini dan sering berangkat hingga tempat Kal-Teng dan Kal-Tim.
Pengalaman berkesan lainnya ialah ketika saya mengikuti MTQ tingkat provinsi tepatnya di Kabupaten Tapin, Rantau. Ketika itu saya mewakili kebupaten Batola dalam lomba tingkat provinsi dalam bidang tilawah tingkat bawah umur juga. Disana banyak hal menarikdanunik yang saya dapatkan ibarat mitra baru, tempat-tempat wisata, kerajinan tangan dari eceng gondok yang dibikin tas, kipas tangan yang terbuat dari bambu, dan banyak lagi yang lainnya.
Kegiatanku semakin bertambah setelah saya melanjutkan pendidikanku ke Sekolah Menengah Pertama. Banyak kegiatan yang ku ikuti diluar jam sekolah ibarat kesenian tari, pramuka, PMR, dan olahraga. Bagiku pendidikan tetaplah yang paling utama, walaupun kegiatanku selalu padat sekolah tetaplah nomor 1. Aku juga bahagia berkawan dengan siapa saja, bagiku anak kecil sekalipun sanggup dijadikan kawan.
Pengalaman yang sangat membekas pada waktu sekolah menengah pertama ini ialah ketika saya berangkat ke Kalimantan Timur untuk mengikuti lomba MTQ di Tenggarong Sebrang, perjalanan yang ditempuh selama sehari semalam dengan menggunakan bus. Selain saya juga banyak kawan-kawan sekampungku yang juga ikut MTQ disana dan dalam banyak sekali cabang lomba yang tidak sama pula. Perjalanan yang panjang dimulai berangkat dari rumah dan melewati malam yang hirau taacuh di atas laut, pemandangan alam yang sangat indah dipandang, ketika matahari pagi mulai menerangi bumi kami disuguhkan lagi dengan pemandangan pepegununganan yang dibawahnya jurang menganga dengan lebarnya, perjalanan terasa hirau taacuh ketika kami melewati pegunungan rambutan. Suasana terasa sepi dan mencekam, jalan yang berkelok-kelok serta dalamnya jurang disamping jalan menciptakanku merasa takut tuk menengok kesamping.
Perjalan panjang kesudahannya sanggup terlewati, kami menginap di Pondok Pesantren Al-Banjari, Balikpapan. Pemilik pondok pesantren ini berjulukan Ahmad Syarwani, dia ini berasal dari desa kami juga tetapi menetap dan mendirikan pondok disana. Beliau populer Alim dan Bijaksana.
Kami menginap di tempat ini selama sehari semalam, ternyata banyak santri disana yang juga ikut dengan kami mengikuti lomba ini, mereka selalu menggunakan baju piama dan gamis, mereka lebih renta dari kami, salah satu diantara mereka ialah santri tercerdas nama kakak tersebut ialah Ahmad Muradhi, orangnya sangat ramah terhadap kami, kawan-kawan dia yang lain ibarat Hasan, Humaidi, ustadz Ahyat, Ustadz Mahmud, dan lain-lain.
Perjalanan dilanjutkan menuju kecamatan Muara Jawa sebab kami mewakili kecamatan ini. Disana selama seminggu kami digodok dan selalu latihan dan latihan. Setiap orang mendapat satu guru yang membimbing dalam latihan, saya dibimbing oleh ustadz Mahmaud, orangnya sangat lucu dan suaranya SubhanaAllah sangatlah merdu kadang membuat orang ikut menangis mendengar dia membacakan ayat demi ayat Al-Quran dengan penuh penghayatan. Hari ke-lima di Muara Jawa kami melaksanakan rekreasi ke jembatan gantung dan pulau kumala, pemandangan yang sangat indah saya rasakan. Aku dan kawan-kawan menyebrangi sungai Mahakam dengan jembatan gantung yang berjalan, ada perasaan takut waktu memandang ke bawah tetapi pemandangan yang disuguhkan menghilangkan rasa takutku.
Sesudah seminggu latihan dan latihan, kesudahannya program pembukaan MTQ-nya dimulai. Pada malam pertama pembukaan sangatlah berkesan bagiku, penyambutan untuk setiap kafilah sangatlah menarikdanunik setiap orang disuguhkan setangkai bunga mawar tanda diterima sebagai peserta, serta pesta kembang api yang menandakan dibukanya program MTQ tersebut.
Aku tampil pada hari rabu dengan nomor dada 15, saya tampil urut ke-4 setelah Muhammadun. Waktu-waktu yang sangat menegangkan bagiku ketika detik-detik mau membaca, walaupun terasa gugup kesudahannya tugasku selesai dengan baik tanpa kesalahan.
Sesudah tiruananya selesai saya dan kawan-kawanku jalan-jalan kemusium Kutai Kartguagara. Dimusium ini banyak peninggalan sejarah raja-raja Kutai doloe dari silsilah raja-raja, tempat duduk raja, peralatan memasak hingga makam-makam raja disana. Ketika kami melihat-lihat makam raja-raja disana bapak Jonet yang mengajak kami jalan-jalan menceritakan ada satu raja yang tidak dikubur disana, kami bertanya kepada dia kenapa jadi dipisahkan? Beliau menjawaban sebab raja ini ialah raja yang sangat dibenci oleh rakyatnya. Kami menjadi sangat penamasukan akan tetapi bapak mengajak kami membeli buah tangan doloe biar ada kenang-kenangan dari museum ini, tempat penjualannya pun tak jauh dari makam, tepatnya di belakang museum itu sendiri, saya membeli gelang-gelang yang terbuat dari watu hitam orisinil yang diukir eksklusif dari pengrajin.
Karena rasa penamasukan kami terhadap dongeng raja tadi bapak Jonet mengajak kami mengunjungi makam raja tersebut, teryata tempat pemakam raja tersebut sangat sepi dan tercium busuk gosong. Kami makin penamasukan apa sebenarnya? Bapak Jonet kesudahannya menceritakan bahwa zaman doloe raja ini sangatlah keji akhlaknya setiap perempuan yang hidup dibawah kekuasaanya terlebih lampau dia yang mengambil keperawanannya, dan banyak lagi tingkah lakunya yang sangat tidak disukai oleh rakyatnya.
Pada waktu raja tersebut meninggal tak ada masyarakat yang mau melayat waktu pemakamannya, spesialuntuk dari keluarga raja tersebut yang melaksanakan penguburan, dan guahnya lagi tanah yang digali dan terus digali tersebut selalu tertimbun kembali setiap jenajah raja tersebut mau dimasukkan, begitu terus berkali-kali. Akhirnya diputuskan untuk meletakkan jasad raja itu di atas tanah saja dan ditutup dengan tanah yang lain. Yang lebih mengejutkan ialah ketika pemakaman selesai tanah yang menutupi jasad eksklusif bermetamorfosis hitam dan berbau hangus.
Malamnya program penutupan MTQ dimulai, saya merasa gelisah apakah saya mendapat gelar juara, Alhamdulillah saya mendapat juara satu, dan kembali ke rumah dengan selamat.
Kesuksesan yang saya dapatkan selama ini tidak luput dari bimbingan dan dorongan orang-orang terdekatku yaitu orang tua, saudara dan keluarga besarku. Aku sangatlah erat dengan ayahku. Seorang ayah yang selalu mempersembahkan suntikan semangat dalam hidupku, yaitu seorang ayah yang berjulukan Hasan Basri. Ayah ialah orang yang suka bercanda, jarang murka walaupun saya sering membuat dia kesal akan kelakuanku akan tetapi dia tetap senyum dan menasehatiku. Ayah ialah seorang petani ibarat kebanyakan orang dikampungku. Setiap hari dia pergi kesawah dari menanam benih hingga memetik hasilnya, disamping itu setiap malam selepas magrib ayah mengajari saya dan adikku menpenghasilan serta ada beberapa anak tetangga yang ikut menpenghasilan bersama kami. Umur ayahku kini ialah 51 tahun, dalam umurnya yang tak lagi muda dia tetap rajin bekerja dan tak pernah meninggalkan senyum yang selalu mengembang dibibirnya.
Disamping pigur seorang ayah, saya memiliki seorang ibu yang tegas dan selalu disiplin dalam mendidik anak-anaknya. Seorang ibu yang kuat dan menenangkan setiap saya dan saudara-saudaraku ada dalam masalah. Serta seorang ibu yang selalu membangunkanku setiap pagi selagi masih sekolah dan juga seorang ibu yang mengajariku masak. Seorang ibu yang gigih berjulukan Mutmainnah. Ibu ialah seorang ibu rumah tangga sekaligus seorang petani juga ibarat ayahku. Ibu ialah sosok yang juga sangat kuat dalam hidupku sebab perilaku disiplin yang ditanamkan kepadaku semenjak kecil menciptakanku sanggup ibarat sekarang. Umur ibu kini ialah 45 tahun.
Aku memiliki 2 saudari yaitu Sa’diah dan Al-Fisyah. Sa’diah ialah kakakku yang selalu bijaksana menghadapi adik-adiknya. Dia kini tinggal di Tanjung bersama suaminya, suaminya berjulukan Miftahun Ni’am. Usia kakakku kini ialah 24 tahun dan suaminya juga berumur 24 tahun. Dia bekerja disalah satu sekolah di Tanjung dan suaminya bekerja di salah satu bank di tanjung juga.
Adikku Al-Fisyah ialah seorang adik yang menurutku agak tomboy, badannya besar dan tinggi. Dia kini masih duduk dibangku sekolah madrasah tshanawiyah kelas 3, tepatnya di MTs Ulumul Quran. Umurnya 15 tahun. Kegiatan setiap harinya tak jauh tidak sama sepertiku masih duduk dibangku sekolah doloe ibarat npenghasilan, pramuka, maulidan, dan lain-lain.
Keluargaku ialah semangat yang tak sanggup dibandingkan dengan yang lain. Karena keluarga juga hobiku terhadap kesenian-kesenian Islam ibarat Menpenghasilan Tilawah, Maulidan, dan lain-lain berjalan dengan sukses. Disamping hobi tersebut saya sangat menyukai membaca buku, baik buku-buku komik ibarat Conan dan Naruto maupun novel-novel. Bagiku membaca buku sanggup menghilangkan kepenatan dan kebosanan. Aku juga sangat suka mengunjungi tempat-tempat wisata alam dan petualangan. Alam ialah kepingan dari kehidupanku selama ini hidupku lebih banyak dipakai diluar rumah dan di alam bebas. Kesedihan yang saya alami selama ini sering terobati dengan saya melihat dan menikmati alam. Berkat hobi-hobiku ini juga saya sanggup memenuhi kebutuhan hidupku dengan uangku sendiri dan sanggup membeli benda yang saya mau tanpa meminta kepada orang tuaku.
Aku memiliki impian ingin menjadi seorang perempuan yang sukses baik dalam kehidupanku sebagai guru maupun seorang istri dan seorang ibu dalam rumah tanggaku kelak, dan saya juga bercita-cita ingin menjadi seorang Qoriah internasional yang membanggakan buat orang tua, keluarga, bangsa dan Negara.
Untuk mewujudkan cita-citaku tersebut saya harus belajar, latihan dan tekun serta pantang mengalah dalam menggapainya. Pendidikan ialah kiprah yang sangat penting dalam mewujudkan tiruana itu. Aku menempuh pendidikan di sekolah dasar tepatnya SD Sungai Gampa Asahi selama 6 tahun, pertama kali masuk SD saya diantarkan oleh ibuku, spesialuntuk hari pertama sekolah saya diantarkan ibu, hari-hari diberikutnya saya pergi ke sekolah dengan kawan-kawan berjalan kaki sejauh 2 Km, tak pernah saya merasa lelah berjalan untuk berangkat dan pulang sekolah walaupun Cuma berjalan kaki. Masa-masa SD banyak ku lewati dengan bermain bersama kawan-kawan, sepulang sekolah kami melanjutkan sekolah lagi, sehabis ashar saya dan kawan-kawanku berangkat menpenghasilan ketempat Ustadzah Yuliyanti untuk menghafal Al-Quran. Aku juga bersekolah di Pondok Pesantren Sullamul ‘Ulum selama 14 tahun, pagi hari saya bersekolah di SD sehabis Dzuhur dilanjutkan mencar ilmu dipondok, mencar ilmu kitab-kitab. Pengalaman mencar ilmu di pondok ada bahagia ada susahnya, senangnya sanggup mendalami ilmu agama susahnya ialah menghafalkan isi kitab-kitab tesebut. Berhubung pondok pesantren erat dengan rumahku maka saya tidak masuk asrama. Banyak pengalaman menarikdanunik yang saya dapatkan ketika mencar ilmu di pondok, memiliki sahabat dekat-teman erat yang selalu ada bersamaku disaat suka maupun duka, mereka ialah Siti Munawarah, Marfuah, Mahgampang, Nor Hasanah, Siti Fatmawati dan Nurus Shabah. Sesudah lulus SD saya melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Rantau Badauh selama 3 tahun dan dilanjutkan ke MAN 4 Marabahan selama 3 tahun. Pengalamku diwaktu sekolah di MAN 4 Marabahan yang paling berkesan ialah ketika saya terpilih sebagai konselor terbaik tingkat menengah atas, dan yang lebih menggembiraan ialah spesialuntuk 6 orang yang terpilih mewakili Kal-Sel untuk berangkat ke Jakarta. Pengalam di Jakarta yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya, ketika saya bermimpi berdiri di depan Monas kesudahannya terwujud. Sebelum lulus saya kebingungan untuk menentukan meneruskan untuk kuliah atau sekolah tahfidz. Dalam kebingunganku saya bertanya kepada guru-guruku disekolah dan di pondok untuk mempersembahkan masukan kepadaku, ada yang mengusulkan untuk meneruskan kuliah dan ada juga yang mengusulkan sekolah tahfidz. Akhirnya saya putuskan untuk meneruskan pendidikanku kejenjang perguruan tinggi tinggi. Akan tetapi kebingungan pun kembali hadir untuk menentukan universitas mana yang akan saya ambil, masukang orang tuaku untuk masuk ke perguruan tinggi tinggi IAIN Antasari Banjarmasin, dan saya mengikuti masukan mereka. Pilihan yang paling berat terjadi lagi, saya disuguhkan banyak sekali macam jurusan yang membingungkanku. Orang tuaku mengusulkan untuk mengambil jurusan bimbingan konseling sebab prestasiku mendukung dalam jurusan ini, guru-guru di sekolahku juga mengusulkan untuk mengambil jurusan Ekonomi Islam dikarenakan saya menyukai pembelajaran Akuntansi, sedangkan ustadz di pondok mengusulkan untuk saya masuk jurusan Pendidikan Bahasa Arab, saya benar-benar dibikin pusing dengan banyak sekali masukan yang didiberikan, pada kesudahannya saya tetapkan setelah berunding dengan orang tuaku untuk mengambil jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dengan banyak sekali macam pertimbangan salah satunya dikrenakan saya menyukai bawah umur maka hingga kini saya masih kuliah di IAIN Antasari Banjarmasin.
Kegiatanku selain kuliah ialah mengikuti kegiatan kampus diluar jam kuliah yang diadakan organisasi-organisasi yang dibuat sekelompok bawah umur kampus. Aku mengikuti kegiatan ibarat HMJ, LPPQ dan LPPI An-Nisa, disamping itu aktivitasku diluar kampus yaitu menghafal Al-Quran dan setiap pulang kampung saya dan kawan-kawanku selalu berkumpul untuk maulidan dan burdahan.
Posting Komentar untuk "Contoh Autobiografi"