Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Problem Ketahanan Pangan Global (Global Food Security)

Problem ketahanan pangan ialah duduk kasus global yang berkaitan dekat dengan kelangsungan hidup manusia. Tulisan ini mengulas masalah-masalah yang mengemuka terkait dengan ketahanan pangan global.

Problem ketahanan pangan ialah duduk kasus global yang berkaitan dekat dengan kelangsunga Problem Ketahanan Pangan Global (Global Food Security)
Dalam the World Food Summit 1996 di Roma, Italia, ditetapkan dengan tegas bahwa ketahanan pangan yaitu kondisi ketika tiruana orang, disetiap waktu, mempunyai susukan untuk memperoleh kecukupan dan keamanan pangan, serta sumber pangan bergizi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menunjang kesehatan.

Data mengatakan bahwa menolongan internasional melalui sketsa Official Development Assistance (ODA) di sektor agrikultur mengalami penurunan dari waktu ke waktu.



Tercatat pada 1979 ada sekitar 18% menolongan yang disalurkan ke sektor pertanian, namun di 2009 persentase menolongan merosot menjadi 6%.

Demikian pula investasi pemerintah di sektor pertanian rata-rata mengalami penurunan kurang-lebih 30% di negara-negara Afrika, serta 60% di daerah Asia dan Amerika Latin.

Organisasi Pangan Dunia (FAO) mencatat pada 2011 terdapat sekitar 13.9 juta km2 lahan pertanian (arable land) yang menyokong kebutuhan pangan lebih dari 6.9 miliar manusia.

Disisi lain, masyarakat yang masuk dalam kategori miskin harus menghabiskan 50-80% penghasilan mereka untuk memenuhi kecukupan pangan.

Menurut studi the International Fund for Agricultural Development (IFAD), terdapat beberapa temuan terkait situasi pangan dunia:
  • diperkirakan sekitar 925 juta insan mengalami kelaparan di aneka macam penjuru dunia.
  • sekitar 1.4 miliar insan memperoleh penghasilan kurang dari US$ 1.25 per hari, menempatkan mereka dalam golongan miskin.
  • populasi penduduk diyakini mencapai 9.1 miliar pada 2050.
  • produksi pangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di negara berkembang pada 2050 di perkirakan mencapai dua kali lipat produksi pangan ketika ini (2012).
  • tak kurang dari 40% lahan tumbuhan pangan mengalami degradasi, bahkan persentase tersebut bisa lebih besar lagi apabila memperhitungkan dampak jelek perubahan iklim (climate change).
(The International Fund for Agricultural Development. The Future of World Food and Nutrition Security, 2012).

Sedangkan isu-isu terkait ketahanan pangan global antara lain:
  • negara-negara yang bergantung pada impor pangan, terutama di daerah Afrika, menjadi pihak yang terkena dampak paling besar akhir krisis pangan.
  • lonjakan harga pangan akhir terbatasnya persediaan pangan kemungkinan berlangsung dalam periode waktu yang lama.
  • kenaikan harga pangan merugikan tiruana pihak, baik petani sebagai produsen maupun masyarakat konsumen, terlebih yang berasal dari golongan ekonomi lemah.
  • kenaikan harga pangan dalam jangka pendek bisa menghipnotis aspek kehidupan jangka panjang, terutama terkait kesehatan dan ketahanan tubuh individu.
  • tingginya harga pangan dalam jangka pendek berpotensi memicu krisis ekonomi.
  • diperlukan strategi tepat untuk meningkatkan produksi pangan, sekaligus kebijakan-kebijakan untuk mendukung terpeliharanya ketahanan pangan dalam jangka panjang.
  • investasi di sektor pertanian memainkan tugas penting dalam mewujudkan kemandirian pangan dan pembangunan berkesinambungan.

Secara garis besar, problem ketahanan pangan muncul disisi ajakan (demand) maupun penawaran (supply), dimana:
  • terjadi kenaikan ajakan global atas produk pangan seiring pertambahan jumlah populasi penduduk.
  • terjadi penurunan ketersediaan pangan akhir berkurangnya jumlah produksi pangan, baik alasannya yaitu faktor alam, perubahan fungsi lahan pertanian, serta tidak memadainya investasi di sektor pertanian.

Perlu dicatat bahwa kecukupan pangan bagi setiap individu ialah hak asasi manusia, sesuai yang tercantum dalam the International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights dan the Universal Declaration on the Eradication of Hunger and Malnutrition.

Selain itu upaya mewujudkan ketahanan pangan tercantum dalam agenda the Sustainable Development Goals (SDGs) terutama tujuan ke-2, mengatasi kasus kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan nutrisi, serta mempromosikan sektor agrikultur yang berkesinambungan.

Untuk menjawaban tantangan krisis pangan global yang mungkin memburuk di waktu-waktu menhadir, diharapkan solusi jangka pendek dan jangka panjang.

The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dalam penelitiannya merekomendasikan poin-poin penting, diantaranya:
  • memperkuat sistem dan prosedur pengadaan produk pangan, baik di tingkat nasional, regional, maupun global; serta mengurangi biaya transportasi dan inefisiensi dalam proses tersebut.
  • mempromosikan aturan dan kebijakan yang mendukung sektor pangan dan pertanian.
  • memastikan ketersediaan pangan pada ketika terjadi krisis.
  • memmenolong negara-negara berkembang dalam merumuskan taktik di sektor pangan dan pertanian, termasuk kebijakan tarif dan hukum terkait lainnya.
  • mempromosikan sistem pertanian berkelanjutan, sehingga bisa memenuhi persediaan pangan global serta memmenolong upaya pengentasan kemiskinan.
  • meningkatkan investasi, baik dengan sketsa ODA maupun bentuk lain untuk pengembangan sektor pertanian dan peningkatan teknologi pertanian.
  • menumbuhkan iklim persaingan sehat yang memungkinkan berkembangnya sektor pertanian untuk menunjang kesejahteraan masyarakat.
  • melakukan assessment terhadap faktor ekonomi dan lingkungan, terkait produktivitas tumbuhan pangan, serta pemdiberian subsidi sektor pertanian dan penunjang ketahanan pangan.
(The United Nations Conference on Trade and Development. Addressing the Global Food Crisis: Key trade, investment and commodity policies in ensuring sustainable food security and alleviating poverty, 2008).

Selain hal-hal tersebut diatas, dibutuhkan pula terobosan-terobosan berupa:
  • pengembangan varietas tumbuhan pangan baru yang lebih berkarakter, bernutrisi, dan tahan cuaca.
  • pemeliharaan varietas tumbuhan dan binatang ternak secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga tidak cepat habis untuk konsumsi ketika ini.
  • pengembangan metode gres dalam menjaga dan meningkatkan nutrisi pada produk tumbuhan pangan.
  • pengembangan metode produksi tumbuhan pangan secara efisien dan efektif, contohnya dengan memanfaatkan media air dan pengembangan konsep urban agriculture untuk mengurangi ketergantungan produksi pada lahan pertanian tradisional.

Persoalan ketahanan pangan sudah semestinya menjadi prioritas utama untuk dicarikan solusinya, alasannya yaitu menyangkut kelangsungan hidup manusia. **

UPDATE ARTIKEL (Selasa, 30 Oktober 2018):

Laporan sebut pada 2017 terdapat sekurang-kurangnya 821 juta individu mengalami belum sempurnanya gizi (under-nourished), atau satu diantara sembilan orang di dunia.

Catatan ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 801 juta jiwa.

Sebagian besar kawasan Afrika menjadi wilayah terparah dengan angka insiden yang relatif tinggi, dimana secara total terdapat sekitar 20.4% populasi di Afrika menderita belum sempurnanya gizi.

Sementara sebagian wilayah Asia, terutama Asia Barat, Tengah, dan Selatan mencatatkan angka belum sempurnanya gizi sekitar 11%-14% dari total populasi yang mendiami daerah tersebut.

Selain itu terdapat sekitar 151 juta anak usia dibawah 5 tahun mengalami gangguan pertumbuhan (stunting), lebih dari 50 juta lainnya mengalami belum sempurnanya berat tubuh (wasting), dan kurang-lebih 38 juta anak menderita obesitas.

Di sisi lain, orang sampaumur yang mengalami obesitas tercatat lebih dari 672 juta jiwa, atau setara satu diantara delapan orang.

Problem-problem tersebut muncul akhir faktor ketersediaan pangan; dalam hal ini semakin langka ketersediaan pangan dan semakin mahal harganya, semakin jelek dampaknya bagi kehidupan individu, baik fisik maupun psikologis.

Studi menyatakan bahwa ketersediaan pangan dipengaruhi banyak hal, diantaranya perubahan iklim dan peristiwa alam yang membuat gagal pguan, serta terjadinya konflik-konflik di wilayah tertentu yang membuat harga pangan semakin mahal dan ketersediaannya semakin terbatas (FAO, IFAD, UNICEF, WFP, and WHO. The State of Food Security and Nutrition in the World 2018: Building Climate Resilience for Food Security, 2018).

Penelitian lain mencatat sekitar 90% dari 570 juta lahan pertanian secara global dikelola oleh petani secara individu atau bersama keluarga. Adapun lahan pertanian tersebut dominan berada di daerah Asia dan Sub-Sahara Afrika.

Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 84% lahan pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar. Meski demikian, lebih dari 80% persediaan pangan dunia berasal dari lahan pertanian itu.

Alhasil, hal ini menjadi tantangan bagi ketersediaan pangan dimasa-masa menhadir.

Untuk menghadapi potensi kasus yang ada, studi menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kunci utama pemenuhan ketahanan pangan global.

Dalam hal ini, ilmu pengetahuan dan teknologi harus diterapkan dari hulu sampai ke hilir, misalnya:
  • untuk pemberdayaan sumber pangan tanaman dilakukan dari semenjak pemilihan bibit tumbuhan yang unggul, metode pemupukan dan irigasi, proses pemguanan, penyimpanan hasil pguan, serta distribusi pangan siap konsumsi ke pasar.
  • untuk peningkatan sumber pangan dari peternakan dimulai dari proses pembenihan, penyediaan pakan ternak yang bergizi untuk perkembangbiakan, serta perawatan kesehatan ternak secara rutin.
(United Nations Conference on Trade and Development. The Role of Science, Technology and Innovation in Ensuring Food Security by 2030, 2017).

Demikian perkembangan kondisi ketahanan pangan global sampai ketika ini. ***


ARTIKEL TERKAIT :
Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018
Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus
Menakar Kebutuhan Sumberdaya Energi di Masa Depan
Perkembangan Produksi Beras Dunia

Posting Komentar untuk "Problem Ketahanan Pangan Global (Global Food Security)"