Peranan Sektor Pariwisata (Travel And Tourism) Dalam Pembangunan Ekonomi
Sektor pariwisata (travel and tourism) secara positif bisa menyumbang bantuan signifikan bagi perekonomian. Destinasi wisata yang tersebar diseluruh penjuru dunia juga memdiberi andil bagi pertumbuhan sektor lain diluar pariwisata itu sendiri. Pada ulasan kali ini kita akan melihat sejauh mana kiprah sektor pariwisata sebagai motor pembangunan ekonomi.
Situasi perekonomian dunia 2018 diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, tak terkecuali di sektor pariwisata yang ditandai oleh beberapa hal, diantaranya biaya perjalanan wisata yang semakin terjangkau dengan adanya maskapai penerbangan murah (low-cost flight), aturan-aturan yang mempergampang lalu-lintas wisatawan mancguagara, maraknya festival seni dan kebudayaan, perbaikan masukana transportasi dan infrastruktur jalan, serta menggeliatnya sektor pendukung pariwisata menyerupai hotel dan restoran.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 2017 sebagai tahun internasional bagi kepariwisataan dalam mendukung pembangunan (the International Year of Sustainable Tourism for Development).
melaluiataubersamaini demikian sektor pariwisata dibutuhkan bisa menjadi salah satu motor penggagas perekonomian, sekaligus berperan penting dalam pengembangan guaka kebudayaan, pelestarian lingkungan, pemelihara kekerabatan sosial, proteksi warisan budaya, serta penguatan perdamaian dunia.
Data sebut bahwa pada 2016, bantuan pribadi (direct contribution) sektor pariwisata mencapai US$ 2.30 triliun atau setara 3.1% GDP global. Adapun rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode 2017-2027 diperkirakan mencapai 4.0%. Sementara total bantuan sektor ini di 2016 sebesar US$ 7.61 triliun atau setara 10.2% GDP global, dan akan meningkat sebesar 3.9% menjadi US$ 11.51 triliun pada 2027.
Dari sektor tenaga kerja, pariwisata bisa mencetak lebih dari 292 ribu pekerjaan atau setara 9.6% total tenaga kerja secara global di 2016. Angka ini diperkirakan mengalami kenaikan menjadi 11.1% (381 ribu pekerjaan) pada 2027.
Disamping itu, sektor pariwisata juga mempunyai andil dalam mendorong ekspor yang mencapai US$ 1.40 triliun (6.5% total ekspor) pada 2016, dan diproyeksikan menjadi US$ 2.22 triliun pada 2027. Pertumbuhan rata-rata per tahun sektor ini di periode 2017-2027 diperkirakan sebesar 4.3%.
Sedangkan bemasukan investasi yang dihasilkan sektor pariwisata pada 2016 mencapai US$ 806 miliar (4.4% total investasi global) dan akan meningkat sekitar 4.5% per tahun, sampai menembus US$ 1.30 triliun di 2027 (World Travel & Tourism Council. Travel & Tourism Economic Impact 2017).
Lebih lanjut, tahun internasional pariwisata 2017 juga menjadi bab integral dari upaya mewujudkan harapan yang tertuang dalam agenda the Sustainable Development Goals (SDGs). Adapun pilar-pilar yang menjadi kerangka the International Year of Sustainable Tourism for Development akan dijelaskan dibawah ini.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Besarnya bantuan sektor pariwisata pada pertumbuhan ekonomi menyerupai tersebut diatas membawa konsekuensi terhadap pentingnya setiap negara memperhatikan ketersediaan lingkungan perjuangan yang layak, kebijakan yang mendorong pengembangan pariwisata, serta tersedianya interkonektivitas antar wilayah.
Adapun proteksi negara antara lain diwujudkan dengan membuat kebijakan dan institusi yang mendukung kepariwisataan; mengembangkan kemampuan sumberdaya insan melalui banyak sekali petes; serta mendorong masuknya investasi menyerupai Foreign Direct Investment (FDI), pengembangan perjuangan mikro-kecil-menengah yang mendukung kepariwisataan, dan kegampangan susukan menyerupai dalam pengurusan visa atau ijin lainnya.
Dari sudut pandang keterbukaan sosial (social inclusiveness), peningkatan jumlah tenaga kerja, dan pengurangan angka kemiskinan.
Selain berkontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja, sektor pariwisata juga bisa memberdayakan wanita dan anak muda melalui karya-karya kreatif. Sektor pariwisata juga berperan dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan perjuangan mikro-kecil-menengah.
Adapun proteksi negara bisa dilakukan dengan membuat lapangan kerja dan petes untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja; mendukung komunitas lokal, perempuan, dan anak muda dalam pengembangan industri kreatif; serta membuat kondisi yang aman sehingga berwisata menjadi pengalaman sangat senang bagi tiruana orang.
Terkait dengan efisiensi sumberdaya, pemeliharaan lingkungan, dan perubahan iklim.
Efisiensi sumberdaya ialah salah satu tantangan terbesar di sektor pariwisata. Tercatat, akomodasi air membersihkan yang dipakai setiap wisatawan mencapai 100-2,000 liter per malam, belum lagi kotoran dan sampah yang dihasilkan dari kegiatan wisatawan. Selain itu bahaya kerusakan lingkungan dan risiko akhir perubahan iklim juga mengancam industri pariwisata.
Hal-hal yang mesti diperhatikan untuk menjawaban tantangan-tantangan tersebut antara lain melalui peningkatan efisiensi dengan memanfaatkan sumberdaya energi ramah lingkungan; penerapan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah; pemeliharaan lingkungan; mitigasi terhadap perubahan iklim; serta peningkatan pengetahuan kepada masyarakat dan wisatawan wacana risiko perubahan iklim serta cara menghadapinya.
Dari perspektif nilai, keguakaragaman, serta warisan budaya.
Situs kebudayaan ialah salah satu daya tarik untuk menhadirkan wisatawan, bahkan terdapat sekitar 40% kegiatan wisata yang bisa dikategorikan sebagai wisata budaya. Hal ini bisa memmenolong memupuk kesadaran untuk menghargai keguakaragaman budaya, mendorong terciptanya obrolan antar budaya, serta memmenolong penyebaran pengetahuan wacana kebudayaan dunia.
Untuk mencapai hal tersebut, perjuangan yang dilakukan antara lain dengan menetapkan wisata budaya sebagai salah satu motor pembangunan berkelanjutan; mempromosikan warisan budaya ke seluruh penjuru dunia; serta mendorong wisatawan untuk menikmati hasil kebudayaan, antara lain dengan menyaksikan atraksi kebudayaan, membeli produk-produk budaya lokal, dan sebagainya.
Dalam hubungannya dengan unsur saling memahami, perdamaian, dan rasa aman.
Kondisi aman dan tenang ialah salah satu hal yang mendorong wisatawan mengunjungi suatu wilayah. Masyarakat lokal yang ramah juga bisa menjadi alasan bagi para wisatawan untuk diberinteraksi secara terbuka tanpa adanya rasa takut.
Untuk itu, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu upaya berbagi budaya perdamaian melalui pariwisata; memanfaatkan pariwisata sebagai salah satu distributor perdamaian dunia; membangun saling pengertian dan rekonsiliasi; serta memelihara keamanan dan kenyamanan bagi tiruana pihak.
(UNWTO. Tourism for Development: on the occasion of the International Year of Sustainable Tourism for Development 2017, Discussion Paper, April 2017).
Sementara dalam studinya, Bank Dunia pun menegaskan kiprah penting sektor pariwisata bagi pembangunan berkelanjutan. Selain mendorong pertumbuhan GDP, meningkatkan intensitas perdagangan internasional, menambah nilai investasi global dan menggairahkan pembangunan infrastruktur, sektor pariwisata juga berperan mengangkat posisi negara-negara berpendapatan rendah (low-income countries).
Tercatat pada 2015 setidaknya ada 48 negara berpendapatan rendah mendapatkan kunjungan tak kurang dari 29 juta wisatawan internasional, dan menghasilkan pemasukan negara sebanyak US$ 21 miliar.
Maraknya kehadiran wisatawan juga mendorong negara-negara tersebut untuk diberinvestasi di sektor infrastruktur, menyerupai pembangunan lapangan udara, jalan raya, akomodasi air membersihkan dan sumberdaya energi, serta di sektor kesehatan menyerupai akomodasi kesehatan, perlengkapan medis, dan obat-obatan.
Disamping itu, pariwisata ikut berperan dalam pengembangan model bisnis ‘sharing economy’ menyerupai penyewaan rumah tinggal dan kendaraan, sehingga banyak memmenolong wisatawan dalam memilih anggaran perjalanannya.
Lebih lanjut, pariwisata pun menjadi masukana membangun kesadaran publik untuk menyayangi dan merawat lingkungan. Studi mengungkapkan bahwa pada 2014 terdapat sekitar 66% wisatawan absurd yang berkunjung ke Australia melaksanakan kegiatan alam dalam perjalanannya. Adapun pemasukan yang diperoleh dari kegiatan tersebut mencapai US$ 18.32 miliar.
misal lain contohnya wisata mengunjungi daerah proteksi gorila (gorilla tourism) di Uganda yang bisa menyumbang pendapatan sebesar US$ 34.3 juta, sementara eco tourism di Taman Nasional Afrika Selatan mempersembahkan pendapatan sampai US$ 58 juta pada kurun 2002-2012 (World Bank. Tourism for Development: 20 Reasons Sustainable Tourism Counts for Development, 2017).
Selanjutnya, OECD (the Organisation for Economic Co-operation and Development) menekankan pentingnya sinergi antar institusi pemerintah dalam pengembangan sektor pariwisata untuk mendukung perekonomian. Dalam hal ini tanggung-jawaban pengembangan sektor pariwisata bukan spesialuntuk menjadi kiprah institusi yang mengurusi kepariwisataan, melainkan juga melibatkan institusi dibidang pembangunan masukana dan pramasukana, serta institusi perekonomian dan keuangan.
Disamping itu, negara juga perlu menyiapkan secara khusus destinasi wisata tematik yang sesuai dengan karakteristik budaya lokal; dengan demikian akan tercipta pembangunan yang bersifat menyeluruh, baik dari perspektif ekonomi maupun sosial-budaya.
Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan yaitu pengembangan digitalisasi di sektor pariwisata, contohnya dengan menyediakan susukan internet cepat bagi para wisatawan asing, mengurangi beban biaya roaming, dan sebagainya.
Selanjutnya OECD menggarisbawahi beberapa faktor yang harus dipenuhi sebagai wujud proteksi negara bagi pengembangan pariwisata yang berkesinambungan, diantaranya:
Sebagai penutup, dari uraian diatas bisa kita ketahui besarnya peranan sektor pariwisata (travel and tourism) dalam pembangunan ekonomi. **
ARTIKEL TERKAIT :
Mengunjungi Swedia, Negara Kesejahteraan dengan Daya Rekat Sosial yang Tinggi
Perekonomian Uni Emirat Arab, Kemegahan Dunia di Semenanjung Arab
Kontribusi Wahana Wisata (Theme Park) pada Perekonomian
Dampak Pentas Olahraga (Sport Event) pada Perekonomian
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 2017 sebagai tahun internasional bagi kepariwisataan dalam mendukung pembangunan (the International Year of Sustainable Tourism for Development).
melaluiataubersamaini demikian sektor pariwisata dibutuhkan bisa menjadi salah satu motor penggagas perekonomian, sekaligus berperan penting dalam pengembangan guaka kebudayaan, pelestarian lingkungan, pemelihara kekerabatan sosial, proteksi warisan budaya, serta penguatan perdamaian dunia.
Data sebut bahwa pada 2016, bantuan pribadi (direct contribution) sektor pariwisata mencapai US$ 2.30 triliun atau setara 3.1% GDP global. Adapun rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode 2017-2027 diperkirakan mencapai 4.0%. Sementara total bantuan sektor ini di 2016 sebesar US$ 7.61 triliun atau setara 10.2% GDP global, dan akan meningkat sebesar 3.9% menjadi US$ 11.51 triliun pada 2027.
Dari sektor tenaga kerja, pariwisata bisa mencetak lebih dari 292 ribu pekerjaan atau setara 9.6% total tenaga kerja secara global di 2016. Angka ini diperkirakan mengalami kenaikan menjadi 11.1% (381 ribu pekerjaan) pada 2027.
Disamping itu, sektor pariwisata juga mempunyai andil dalam mendorong ekspor yang mencapai US$ 1.40 triliun (6.5% total ekspor) pada 2016, dan diproyeksikan menjadi US$ 2.22 triliun pada 2027. Pertumbuhan rata-rata per tahun sektor ini di periode 2017-2027 diperkirakan sebesar 4.3%.
Sedangkan bemasukan investasi yang dihasilkan sektor pariwisata pada 2016 mencapai US$ 806 miliar (4.4% total investasi global) dan akan meningkat sekitar 4.5% per tahun, sampai menembus US$ 1.30 triliun di 2027 (World Travel & Tourism Council. Travel & Tourism Economic Impact 2017).
Lebih lanjut, tahun internasional pariwisata 2017 juga menjadi bab integral dari upaya mewujudkan harapan yang tertuang dalam agenda the Sustainable Development Goals (SDGs). Adapun pilar-pilar yang menjadi kerangka the International Year of Sustainable Tourism for Development akan dijelaskan dibawah ini.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Besarnya bantuan sektor pariwisata pada pertumbuhan ekonomi menyerupai tersebut diatas membawa konsekuensi terhadap pentingnya setiap negara memperhatikan ketersediaan lingkungan perjuangan yang layak, kebijakan yang mendorong pengembangan pariwisata, serta tersedianya interkonektivitas antar wilayah.
Adapun proteksi negara antara lain diwujudkan dengan membuat kebijakan dan institusi yang mendukung kepariwisataan; mengembangkan kemampuan sumberdaya insan melalui banyak sekali petes; serta mendorong masuknya investasi menyerupai Foreign Direct Investment (FDI), pengembangan perjuangan mikro-kecil-menengah yang mendukung kepariwisataan, dan kegampangan susukan menyerupai dalam pengurusan visa atau ijin lainnya.
Dari sudut pandang keterbukaan sosial (social inclusiveness), peningkatan jumlah tenaga kerja, dan pengurangan angka kemiskinan.
Selain berkontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja, sektor pariwisata juga bisa memberdayakan wanita dan anak muda melalui karya-karya kreatif. Sektor pariwisata juga berperan dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan perjuangan mikro-kecil-menengah.
Adapun proteksi negara bisa dilakukan dengan membuat lapangan kerja dan petes untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja; mendukung komunitas lokal, perempuan, dan anak muda dalam pengembangan industri kreatif; serta membuat kondisi yang aman sehingga berwisata menjadi pengalaman sangat senang bagi tiruana orang.
Terkait dengan efisiensi sumberdaya, pemeliharaan lingkungan, dan perubahan iklim.
Efisiensi sumberdaya ialah salah satu tantangan terbesar di sektor pariwisata. Tercatat, akomodasi air membersihkan yang dipakai setiap wisatawan mencapai 100-2,000 liter per malam, belum lagi kotoran dan sampah yang dihasilkan dari kegiatan wisatawan. Selain itu bahaya kerusakan lingkungan dan risiko akhir perubahan iklim juga mengancam industri pariwisata.
Hal-hal yang mesti diperhatikan untuk menjawaban tantangan-tantangan tersebut antara lain melalui peningkatan efisiensi dengan memanfaatkan sumberdaya energi ramah lingkungan; penerapan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah; pemeliharaan lingkungan; mitigasi terhadap perubahan iklim; serta peningkatan pengetahuan kepada masyarakat dan wisatawan wacana risiko perubahan iklim serta cara menghadapinya.
Dari perspektif nilai, keguakaragaman, serta warisan budaya.
Situs kebudayaan ialah salah satu daya tarik untuk menhadirkan wisatawan, bahkan terdapat sekitar 40% kegiatan wisata yang bisa dikategorikan sebagai wisata budaya. Hal ini bisa memmenolong memupuk kesadaran untuk menghargai keguakaragaman budaya, mendorong terciptanya obrolan antar budaya, serta memmenolong penyebaran pengetahuan wacana kebudayaan dunia.
Untuk mencapai hal tersebut, perjuangan yang dilakukan antara lain dengan menetapkan wisata budaya sebagai salah satu motor pembangunan berkelanjutan; mempromosikan warisan budaya ke seluruh penjuru dunia; serta mendorong wisatawan untuk menikmati hasil kebudayaan, antara lain dengan menyaksikan atraksi kebudayaan, membeli produk-produk budaya lokal, dan sebagainya.
Dalam hubungannya dengan unsur saling memahami, perdamaian, dan rasa aman.
Kondisi aman dan tenang ialah salah satu hal yang mendorong wisatawan mengunjungi suatu wilayah. Masyarakat lokal yang ramah juga bisa menjadi alasan bagi para wisatawan untuk diberinteraksi secara terbuka tanpa adanya rasa takut.
Untuk itu, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu upaya berbagi budaya perdamaian melalui pariwisata; memanfaatkan pariwisata sebagai salah satu distributor perdamaian dunia; membangun saling pengertian dan rekonsiliasi; serta memelihara keamanan dan kenyamanan bagi tiruana pihak.
(UNWTO. Tourism for Development: on the occasion of the International Year of Sustainable Tourism for Development 2017, Discussion Paper, April 2017).
Sementara dalam studinya, Bank Dunia pun menegaskan kiprah penting sektor pariwisata bagi pembangunan berkelanjutan. Selain mendorong pertumbuhan GDP, meningkatkan intensitas perdagangan internasional, menambah nilai investasi global dan menggairahkan pembangunan infrastruktur, sektor pariwisata juga berperan mengangkat posisi negara-negara berpendapatan rendah (low-income countries).
Tercatat pada 2015 setidaknya ada 48 negara berpendapatan rendah mendapatkan kunjungan tak kurang dari 29 juta wisatawan internasional, dan menghasilkan pemasukan negara sebanyak US$ 21 miliar.
Maraknya kehadiran wisatawan juga mendorong negara-negara tersebut untuk diberinvestasi di sektor infrastruktur, menyerupai pembangunan lapangan udara, jalan raya, akomodasi air membersihkan dan sumberdaya energi, serta di sektor kesehatan menyerupai akomodasi kesehatan, perlengkapan medis, dan obat-obatan.
Disamping itu, pariwisata ikut berperan dalam pengembangan model bisnis ‘sharing economy’ menyerupai penyewaan rumah tinggal dan kendaraan, sehingga banyak memmenolong wisatawan dalam memilih anggaran perjalanannya.
Lebih lanjut, pariwisata pun menjadi masukana membangun kesadaran publik untuk menyayangi dan merawat lingkungan. Studi mengungkapkan bahwa pada 2014 terdapat sekitar 66% wisatawan absurd yang berkunjung ke Australia melaksanakan kegiatan alam dalam perjalanannya. Adapun pemasukan yang diperoleh dari kegiatan tersebut mencapai US$ 18.32 miliar.
misal lain contohnya wisata mengunjungi daerah proteksi gorila (gorilla tourism) di Uganda yang bisa menyumbang pendapatan sebesar US$ 34.3 juta, sementara eco tourism di Taman Nasional Afrika Selatan mempersembahkan pendapatan sampai US$ 58 juta pada kurun 2002-2012 (World Bank. Tourism for Development: 20 Reasons Sustainable Tourism Counts for Development, 2017).
Selanjutnya, OECD (the Organisation for Economic Co-operation and Development) menekankan pentingnya sinergi antar institusi pemerintah dalam pengembangan sektor pariwisata untuk mendukung perekonomian. Dalam hal ini tanggung-jawaban pengembangan sektor pariwisata bukan spesialuntuk menjadi kiprah institusi yang mengurusi kepariwisataan, melainkan juga melibatkan institusi dibidang pembangunan masukana dan pramasukana, serta institusi perekonomian dan keuangan.
Disamping itu, negara juga perlu menyiapkan secara khusus destinasi wisata tematik yang sesuai dengan karakteristik budaya lokal; dengan demikian akan tercipta pembangunan yang bersifat menyeluruh, baik dari perspektif ekonomi maupun sosial-budaya.
Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan yaitu pengembangan digitalisasi di sektor pariwisata, contohnya dengan menyediakan susukan internet cepat bagi para wisatawan asing, mengurangi beban biaya roaming, dan sebagainya.
Selanjutnya OECD menggarisbawahi beberapa faktor yang harus dipenuhi sebagai wujud proteksi negara bagi pengembangan pariwisata yang berkesinambungan, diantaranya:
- penyederhanaan mekanisme pembuatan visa dan ijin masuk negara lain (permit entry), baik dalam hal persyaratan maupun waktu pemrosesan, serta adanya kerjasama bilateral antar negara di sektor pariwisata.
- dukungan kepada perjuangan mikro-kecil-menengah yang terkait dengan sektor pariwisata, antara lain melalui petes, pembangunan cluster ekonomi, serta kegampangan susukan pasar.
- peningkatan kualitas layanan melalui penerapan standar kualitas tertentu bagi para pelaku di sektor pariwisata.
- penyederhanaan hukum terkait dengan perjuangan dan investasi di sektor pariwisata.
- pengembangan investasi jangka panjang pada sektor pariwisata, antara lain berupa menolongan finansial untuk pembangunan destinasi wisata.
Sebagai penutup, dari uraian diatas bisa kita ketahui besarnya peranan sektor pariwisata (travel and tourism) dalam pembangunan ekonomi. **
ARTIKEL TERKAIT :
Mengunjungi Swedia, Negara Kesejahteraan dengan Daya Rekat Sosial yang Tinggi
Perekonomian Uni Emirat Arab, Kemegahan Dunia di Semenanjung Arab
Kontribusi Wahana Wisata (Theme Park) pada Perekonomian
Dampak Pentas Olahraga (Sport Event) pada Perekonomian
Posting Komentar untuk "Peranan Sektor Pariwisata (Travel And Tourism) Dalam Pembangunan Ekonomi"