Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tiga Model Pendekatan Dalam Kajian Ilmu Ekonomi Makro

Pada bahan terlampau, kita sudah mempelajari hakikat ilmu ekonomi serta perbedaan antara ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Kita juga sudah mengulas kajian-kajian yang terdapat dalam ilmu ekonomi mikro. Mulai bahan ini dan selanjutnya, kita akan mengulas pokok-pokok pikiran yang ada dalam ilmu ekonomi makro.

 kita sudah mempelajari hakikat ilmu ekonomi serta  Tiga Model Pendekatan dalam Kajian Ilmu Ekonomi Makro
Sebagai permulaan, kita akan memahami konsep dasar ilmu ekonomi makro serta pendekatan atau teori yang dipakai dalam kajiannya.

Untuk diingat kembali bahwa ilmu ekonomi makro ialah ilmu yang mempelajari sikap dan pengambilan keputusan pelaku ekonomi secara agregat atau keseluruhan, terkait output, pendapatan, harga, tingkat pengangguran, serta faktor lain yang bersifat agregat.




1. TIGA MODEL PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI ILMU EKONOMI MAKRO.

Terdapat 3 model atau teori yang dipakai untuk mengkaji ilmu ekonomi makro, yakni:
  1. Pendekatan jangka pendek (the short-run theory). Model ini juga dikenal dengan istilah business-cycle theory. Kerangka pikirnya ialah bahwa fluktuasi ajakan memilih kapasitas produksi yang tersedia untuk digunakan; dengan demikian mempengaruhi kuantitas output dan tingkat pengangguran. Dalam model ini harga cenderung tetap/konstan, sementara jumlah output relatif bervariasi. Dalam realita, model teori jangka pendek inilah yang sering dipakai dalam pengambilan kebijakan makroekonomi.
  2. Pendekatan jangka panjang (the long-run theory). Dalam pendekatan ini, unsur modal dan tingkat memanfaatkan teknologi dianggap konstan, namun tetap mempertimbangkan terjadinya shock pada teknologi.
  3. Pendekatan jangka sangat panjang (the very long-run theory). Fokus utama pendekatan ini ialah pertumbuhan ekonomi dan kapasitas produksi barang/jasa. Adapun faktor penting yang menjadi pembahasan antara lain akumulasi modal, investasi, dan perkembangan teknologi.
(catatan: terdapat literatur yang memakai istilah tidak sama untuk pendekatan ke-2 dan ke-3 menyerupai tersebut diatas, yakni the medium-run theory (untuk model ke-2), dan the long-run theory (untuk model ke-3)).

Adapun klarifikasi sederhana dari ketiga model tersebut ialah sebagai diberikut:
  • the short-run theory/business-cycle theory dipakai untuk menerangkan kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun.
  • the long-run theory dipakai untuk menjawaban perkembangan perekonomian dalam satu atau beberapa dekade.
  • the very long-run theory dipakai untuk melihat perekonomian pada satu atau beberapa abad.

Kita bisa memakai contoh sederhana sebagai diberikut:
  • perekonomian Jepang di era 1900’an menitikberatkan pada sektor pertanian; namun memasuki era 2000’an, kegiatan ekonomi banyak memanfaatkan aplikasi teknologi, sehingga mengubah Jepang yang sebelumnya negara agraris menjadi negara industri maju sampai ketika ini.
  • kita bisa melihat tren positif perkembangan perekonomian Jepang selama lebih dari satu abad. Namun kalau dilihat dari tahun ke tahun, terdapat masa-masa dimana Jepang mengalami kemunduran ekonomi, terutama setelah mengalami abadiahan pada perang dunia ke-2 (catatan: pembahasan lengkap bisa dibaca pada artikel Mencermati Perkembangan Perekonomian Jepang).

2. SEJARAH AWAL KAJIAN ILMU EKONOMI MAKRO.

Studi menyatakan bahwa krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada era 1930’an (the great depression) ialah pertama munculnya ajaran dan kajian ekonomi makro.

Pada ketika itu, John Maynard Keynes (1883-1946), seorang ilmuwan dari Inggris, melaksanakan studi untuk menjawaban aneka macam dilema yang terjadi, mulai dari penyebab terjadinya krisis sampai langkah yang perlu diambil untuk mengatasinya.

Satu diantara karya Keynes yang menjadi pola studi ekonomi makro tertuang dalam buku The General Theory of Employment, Interest and Money (1936).

Salah satu ajaran Keynes yang mendasar ialah jika permasalahan makro (agregat) diselesaikan dengan kebijakan mikro, maka yang dihasilkan justru inefisiensi dan kemunduran.

Analoginya demikian:
  • dalam sebuah rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak, spesialuntuk sang ayah yang bekerja untuk menghidupi keluarga.
  • suatu ketika perusahaan daerah ayah bekerja mengalami kebangkrutan, yang membuat ayah kehilangan pekerjaan.
  • untuk sementara waktu (sebelum ayah memperoleh pekerjaan baru), keluarga tersebut melaksanakan penghematan dalam pengeluaran, contohnya dengan mengurangi konsumsi telur dari 1 kg/minggu menjadi 0.5 kg/minggu.

Menurut Keynes, langkah yang dilakukan keluarga tersebut sudah tepat, yakni memangkas anggaran pengeluaran (spending cut) biar bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, selama ayah belum bekerja (keterangan: ini bisa dibaca sebagai perspektif ilmu ekonomi mikro).

Namun begitu, kalau keputusan keluarga tersebut dilakukan secara kolektif (oleh banyak keluarga), maka yang didapatkan justru inefisiensi ekonomi.

Mengapa demikian? Karena dalam perekonomian agregat, pengeluaran bagi satu keluarga ialah penghasilan bagi keluarga lain (Ingat! ketika keluarga tersebut mengurangi jumlah belanja telur dari 1 kg menjadi 0.5 kg, maka pendapatan yang diperoleh penjual telur akan berkurang).

Lebih lanjut Keynes menyatakan jika sektor industri tidak mau melaksanakan investasi dan produksi, sementara sektor rumah tangga tidak mau melaksanakan konsumsi, maka pemerintah yang harus memutus siklus negatif tersebut.

Adapun caranya ialah dengan menerapkan instrumen kebijakan, menyerupai pemangkasan tarif pajak untuk mendorong produktivitas sektor riil, sekaligus mengurangi beban yang harus ditanggung sektor rumah tangga.

Kebijakan lain contohnya dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah (government expenditures), diantaranya melalui pembangunan infrastruktur (jalan, pelabuhan, dsb) untuk mempercepat rantai produksi dan distribusi, sehingga meningkatkan efisiensi. Hal ini akan menarikdanunik sektor industri untuk diberinvestasi dan melaksanakan produksi.

Efisiensi tersebut pada gilirannya akan bisa menekan ongkos produksi, sehingga menghasilkan harga jual yang lebih kompetitif bagi konsumen.

Selain itu Keynes juga memasukkan konsep ketidakpastian (uncertainty) dan impian (expectation) dalam menganalisa sikap ekonomi, alasannya ialah setiap keputusan ekonomi bergantung pada banyak faktor, termasuk dua hal tersebut.

Secara ringkas, terdapat beberapa samasukan utama dalam pengambilan kebijakan makroekonomi, yakni:
  • besarnya output ekonomi yang diukur dalam GDP.
  • peningkatan angka tenaga kerja, disertai dengan turunnya angka pengangguran.
  • tercapainya harga-harga yang stabil.

Sedangkan dalam penerapan kebijakan makroekonomi, terdapat dua instrumen yang bisa digunakan, yaitu:
  • kebijakan fiskal (fiscal policy), yakni kebijakan yang diambil pemerintah melalui beberapa instrumen menyerupai pajak dan anggaran pengeluaran pemerintah.
  • kebijakan moneter (monetary policy), yakni kebijakan yang diputuskan oleh bank sentral untuk mengelola jumlah uang beredar, memilih tingkat suku bunga, serta administrasi sistem perbankan nasional.

Demikian konsep dan pendekatan yang dipakai dalam kajian ilmu ekonomi makro. *



Referensi:
  1. Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). Macroeconomics, 6th Edition. Pearson Education, Inc.
  2. Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). Macroeconomics, 11th Edition, McGraw-Hill.
  3. Mankiw, N. Gregory. (2010). Macroeconomics, 7th Edition, Worth Publishing.
Materi sebelumnya:
Kurva Permintaan-Penawaran serta Ekuilibrium di Pasar Faktor Sumberdaya Fisik (Land) dan Modal (Capital)
Ekuilibrium di Pasar Tenaga Kerja dan Pasar Input Monopsonistik

Materi selanjutnya:
Memahami Konsep GDP, GDP Nominal-GDP Riil, dan GDP Deflator
Komposisi GDP pada Sistem Perekonomian Sederhana, Perekonomian Tertutup, dan Perekonomian Terbuka

Posting Komentar untuk "Tiga Model Pendekatan Dalam Kajian Ilmu Ekonomi Makro"